Changed and Comeback#16 (edited)

867 55 1
                                    

Ila membersihkan luka Raffa didalam rumah nya. Tidak ditemani oleh Revan karna lelaki itu sudah tertidur duluan.

"Aw sakit!" Celetuk Raffa saat Ila mengompres luka yang ada dimata nya.

Ila menghiraukan nya. Sebenarnya, dia juga tidak kuat mengobati Raffa, tapi karna dia nggak kuat juga melihat Raffa terluka. Jadi dia mau nggak mau bersihin luka Raffa.

"Tahan, dikit lagi kok." Ucap Ila dengan suara yang gemetar. Menahan tangisan.

Raffa menatap Ila. Menahan sakitnya kompresan yang menempel diwajahnya. Raffa tahu, Ila mau menangis.

Ila mau menangis karna melihat keadaan Raffa. Dan Raffa sekarang yakin, Ila memang beneran mencintainya.

"Udah selesai." Kata Ila membuyarkan lamunan Raffa.

Ila meletakkan kain yang tadi membersihka luka Raffa kebaskom. Lalu menatap Raffa yang daritadi juga menatap dia.

Raffa melihat mata Ila yang sudah berkaca-kaca. Menunggu Ila berkedil agar air mata itu jatuh seutuhnya.

Sesungguhnya, Raffa tahu tangisan Ila itu karna mengkhawatirkan dirinya. Tapi Ila terlalu gengsi menyatakan itu. Raffa ingin mendengar itu.

Raffa mengedip membuat Ila ikut berkedip. Dan benar saja, air mata Ila langsung jatuh. Dengan cepat, Ila menghapus air matanya.

"Nggak apa-apa, nangis aja." Raffa membawa Ila kepelukan nya.

Ila langsung menangis. "Gue nggak tega liat lo yang jadi sasaran. Gue nggak tau kalo lo bakal kena sial juga. Mending kita putus aja. Gue nggak mau lia--"

"Ssst! Nangis aja, nggak usah ngawur ngomong nya." Potong Raffa cepat.

Sebenarnya, Sakit hati Raffa mendengar kata putus dari Ila. Tapi ini tugasnya, ikut mempertahankan dan menahan hubungannya agar tidam hancur.

"Gue nggak tega liat orang yang gue sayang kaya begini." Ucap Ila masih menangis dan masih memeluk Raffa.

"Yaudah, itu kan udah berlalu. Kita jalanin aja yang sekarang, jangan Stuck ke yang tadi terus. Masih banyak rintangan yang harus kita lewati habis ini." Raffa menangkan Ila dengan mengelus belakang Ila.

"Jangan nangis terus, gue udah nggak apa-apa."

"Gue khawatir sama lo, bego." Sela Ila cepat.

Raffa tersenyum. Akhirnya Ila menyatakannya. Walau kata terakhir sangat nyelekit.

"Yaudah iya gue tau. Udah ya, gue pulang dulu. Ntar besok sekolah gue jemput." Raffa melepas pelukannya. "Masuk kekamar sono. Nggak usah anterin gue sampe depan."

Ila menggeleng. "Gue anter sampe depan."

Raffa pasrah dan menuruti Ila saja.

"Eh tapi, motor lo mana?" Tanya Ila setelah mereka berdua berdiri.

"Udah dianterin kesini sama Bang Wildan sama Daffa juga sih."

Ila manggut-manggut. "Kok mereka nggak mampir?"

"Capek mungkin." Raffa membuka pintu dan mereka berdua berjalan kearah motor Raffa.

Raffa naik kemotor nya dan menyalakan motor nya. "Gue pulang ya. Lo langsung masuk terus tidur."

Ila mengangguk. Raffa langsung menjankan motornya keluar dari pekarangan rumah Ila.

Ila masuk kedalam rumah nya dan mengunci pintunya terlebih dahulu. Lalu dia masuk kekamar nya dan mulai tertidur.

******

Pagi hari nya tidak seperti biasa. Pagi itu langit berubah menjadi gelap. Menandakan akan turun nya hujan.

"Abang, gue berangkat ya." Pamit Ila yang langsung berlari keluar rumah.

"Iye." Meski menjawab, Revan tetap fokus sama ponselnya. Memainkan permainan.

"Cilukbaaaa." Seru Ila saat Raffa membuka helmnya.

Raffa terkekeh. Lalu menyuruh Ila naik. Ila menuruti.

Berpegangan dengan erat kepada pinggang Raffa.

"Sepiii, GO!" Seru Ila lagi saat Raffa sudah menjalankan motornya keluar dari pekarangan rumah Ila.

Mereka diam sampai disekolah. Raffa memakirkan motornya seperti biasa.

Ila yang sudah turun dari motor Raffa langsung menguncir rambut nya yang berantakan akibat kena angin.

Raffa dan Ila langsung berjalan bersisian sampai dikoridor sekolah. Jelas mereka jadi bahan tatapan para murid.

Ila mah acuh sama tatapan itu. Sama juga kaya Raffa.

"Pulang sekolah kerumah gue, ya." Ucap Raffa sebelum Ila masuk kekelas.

"Iyain aja." Kata Ila santai.

"Serius, bego."

"Iye, yailah, iye." Balas Ila. "Udah, gue mau masuk."

Ila langsung masuk kekelas nya. Menatap Indah yang sedang tertidur. Kelihatannya kelelahan gara-gara semalam.

"Mbak, Risol nih dua."

"Mana risol." Indah bangun dan mengelap Air liur yang ada disekitar mulut nya.

"Ih, Indah jorok. Nggak suka." Kata Ila menatap Indah sok Jijik.

Indah menatap Ila datar dan kembali tidur. "Si kebo capek ternyata." Sambung Ila dengan terkekeh.

Kemudian Guru masuk kedalam kelas Ila. Melakukan kegiatan belajar mengajar. Sengaja Ila tidak membangunkan Indah.

Gurunya juga ngerti kok.

Iya lah ngerti, setiap pertemuan dikasih asupan terus sama Ila. Asupan yang bikin naik darah. Jadi daripada naik darah lagi, mending nggak usah urusin Ila lagi.

*****

"Jadi, Kamu Ila?"

Ila tersenyum dan mengangguk. Sok manis, sok anggun, padahal aslinya cablak. Tapi Raffa tetap sayang.

"Udah berapa lama sama Raffa? Raffa nggak pernah cerita sama tante." Mila, Mama Raffa, berusaha tersenyum dengan baik. Seolah dia memang baik-baik saja dengan sifat Raffa selama ini.

"Baru beberapa minggu sih."

Bertepatan dengan itu, Raffa turun dari kamar nya dan duduk disamping Ila.

"Najis, Sok manis banget lo." Celetuk Raffa kepada Ila.

Mila mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tidak mau ikut campur. Alasannya, karna dia tidak mau Raffa akan mendiamkannya lagi.

"Ma, jangan percaya ya. Ila itu cewek cerewet, galak, suka bolos, suka marah-marah."

Mila membulatkan mata nya. Tadi Raffa berbicara padanya kan? Iya kan? Mimpi apa Mila semalam hingga Raffa mau bicara lagi padanya.

"Lo mah cuma kasih tau sisi buruk gue." Ila cemberut dan memukul Raffa.

"Sisi baik lo berarti cengeng."

Ila semakin kencang memukul Raffa. Mengembungkan pipinya dengan kesal.

"Raffa nggak boleh gitu. Dia kan pacar kamu." Mila akhirnya berbicara.

"Dia mah emang begitu orangnya, Ma."

Mila tersenyum. Raffa membalas ucapannya. Raffa-nya sudah kembali. Siapa yang membuat Raffa kembali? Mila yakin, Ila lah yang berhasil membuat Raffa kembali.

Kemudian, Mila memperhatikan mereka berdua yang terkadang tertawa, marah-marah, berantem.

Mila yakin, didalam perdebatan mereka itu pasti ada rasa Cinta yang mampu membuat kedua nya menjadi lebih baik.

Seperti Raffa. Raffa kembali karna rasa cinta kepada Ila.

Mila yakin itu. Seratus persen. Insting seorang ibu adalah yang paling kuat diantara apapun.

➖➖➖➖➖➖➖

Tambahin chapter nggak ya nanti?

Soalnya chapter asli cuma 35 wkwk

Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang