#10 (edited)

967 58 5
                                    

Sejak kejadian Raffa dan Ila menjadi sepasang kekasih. Orang-orang disekolah jadi sibuk membicarakan itu.

Pasal nya, ini adalah sejarah disekolahan nya. Awal itu, Raffa dan Ila jika dipersatukan pasti kayak kucing sama anjing. Berantem terus.

Jadi, orang-orang mikir kalau mereka tidak benar berpacaran. Kalau berpacaran, bisa hancur sekolah itu karna teriakan Ila yang kalau ketemu sama Raffa sambil marah-marah.

Jika kalian pikir Raffa dan Ila walau berpacaran akan terus berantem, jawaban nya adalah...

... itu benar.

Karna yang memulai masalah itu Raffa. Dia selalu ngomong yang asal jeplak aja.

Jika kalian pikir Raffa dan Ila walau sudah berpacaran, Ila tidak pernah membolos dan jadi anak yang pendiem, jawaban nya...

... Salah.

Kata nya Ila, itu udah bawaan dari lahir kalau dia nggak bisa diem. Kalau dia diem, kelihatan nya aneh. Dan Ila punya konsep sendiri, kalau dia diem, berarti dia ada masalah besar yang sedang ditutupi.

Catat itu.

"Nih lo makan sambel aja, jangan makan mie, nggak bagus." Celetuk Raffa sambil memberikan tempat sambal ke Ila.

"Eh, lo goblok apa idiot? Orang mana yang mau gadoin sambel." Cemooh Ila dengan hidung kembang-kempis.

"Gue mah nggak yakin kalau kalian pacaran." Kata Jasmin yang sedari tadi melihat kejadian Ila dan Raffa.

"Oh jelas kita pacaran lah." Kata Raffa sambil merangkul Ila dengan keras.

"Wey! Jangan nyekek gue!" Ujar Ila sambil memukul-mukul tangan Raffa yang terbelit dileher nya.

Raffa langsung melepas rangkulan nya dan cengengesan nggak jelas kearah Ila.

"Tuhkan, gue nggak yakin kalian berdua pacaran." Timpal Resi sambil menggigiti sedotan es. Kurang kerjaan.

"Nggak, kita berdua emang pacaran. Cuma cara kita beda buat nunjukkin ke semua orang kalau kita pacaran." Jawab Raffa sambil mengacak-acak rambut Ila pelan.

"Nah, kalau begini gue percaya." Seru Daffa sambil bertepuk tangan senang.

"Wih, makan gratis nih kita." Sahut Indah dengan wajah yang berbinar.

"Bayarin nggak nih, La?" Ucap Raffa sambil menoleh kearah Ila.

"Bayarin aja udeh." Kata Ila. "Ntar gue juga dibayarin sama lo."

Raffa menghela nafas nya. "Yaudah sono pesen makanan. Gue sama Ila juga pesenin."

"Bisa nggak lo minggu depan temenin gue futsal?" Tanya Raffa sambil menopang pipi nya dengan telapak tangan nya dan menghadap Ila.

"Bisa lah, emang gue orang sibuk." Celetuk nya sambil menggetok Raffa dengan sendok yang sudah tersedia di meja kantin.

"Parah ya, kita memang bukan kaya orang pacaran." Ucap Raffa setelah dipikir-pikir.

Ila berdecak sebal. "Mau pake cara apa buat nunjukin ke orang-orang kalau kita pacaran? Ciuman depan umum? Pelukan nggak tau tempat? Atau ena-ena dilapangan? Kalau dengan cara itu, mending kita nggak usah kasih tau orang-orang susah payah kalau kita memang pacaran."

"Wih! Boleh juga pemikiran nya." Raffa terkekeh sambil menoyor dahi Ila pelan.

"Lagipula, kita mending kaya gini kali. Nggak kaku kaya beha baru."

"Najis, beha baru."

"Asli, gue nggak dianggep ada disini." Kata Daffa yang berada didepan Ila dan Raffa.

"Maaf, suka lupa sama orang kalo lagi sama masa depan."

"Najis, bahasa lo." Daffa mencibir Raffa sampai mau meludahi nya.

Nggak deng, bercanda.

Lalu, makanan mereka datang dan mereka memakan nya. Berbagai rasa terletak dimakanan mereka.

Ada yang pedes, manis, asin, sedang-sedang aja, dan pahit karna kebanyakan dimasuki janji manis mantan.

Nggak deng, bercanda lagi.

********

"Oh, bagus lah kalo lo udah punya pacar. Seengganya pelindung lo bukan cuma gue doang."

Ila yang dalam posisi sedang melakukan Step by step choreogrphy nya sendiri, dia menjelaskan semua ke Radhit.

"Yang mana anak nya?" Lanjut nya.

"Ntar gue kasih tau." Revan mengangguk dan bangkit untuk keluar dari ruangan kebesaran adik nya itu.

Ila berjalan menuju speaker untuk memutar lagu, tapi niat nya diurungkan saat Raffa menelfon nya.

"Apaan?" Tanya Ila setelah mengangkat telfon itu.

"Dimana lo?"

"Dirumah lah!"

"Temenin gue ke toko buku dulu."

"Beliin gue novel, ya?"

"Beli sama toko-toko nya sekalian."

"Dih, eh tapi gue bau keringet."

"Abis ngapain lo keringetan?"

"Abis latihan."

"Udah ah! Nggak usah sok cantik lo. Nggak usah mandi, biarin aja bau keringet. Cantik nya lo buat gue aja."

"Najis banget lo, goblok." Ila terkekeh yang diikuti kekehan juga dari sebrang. "Yaudah gue ganti baju aja, ya."

"Nggak usah!"

"Eh, bego! Masa gue pergi pake baju mini!"

"Oh, yaudah sono ganti baju. Lima menit gue udah dirumah lo."

Tut..tut...tut...

"Lah, dimatiin."

Ila keluar dari ruangan latihan nya dan menuju kamar nya.

Sesuai kata nya, dia ganti baju aja. Pakai Parfume juga biar Raffa nggak ilfeel.

"Yah... warna nya pudar. Ntar gue warnain lagi ah." Gumam nya sambil memegang rambut nya yang mulai luntur.

"La, ada pacar lo." Teriak Revan dari depan kamar Ila.

"Tunggu dulu bentar."

Ila buru-buru bangkit dan keluar dari kamar nya.

"Najis, sok cantik banget." Cibir Revan yang melihat Ila dari atas sampai bawah.

"Bodoamat, gue emang cantik." Ila langsung berlari turun ketempat Raffa yang lagi duduk dengan santai nya.

"Weh! Ayo." Ajak Ila teriak dari belakang nya.

Raffa bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Ila.

"Abang! Gue pergi, ya."

Tanpa pegangan. Ila dan Raffa berjalan keluar rumah dan menuju motor Raffa.

Raffa dan Ila menaiki motor Raffa. Lalu setelah itu, Raffa menjalan kan motor nya untuk sampai ketoko buku.

"Mau beli apa lo?" Ucap Ila yang kepala nya sudah ada dibahu Raffa.

"Beli buku lah,"

"Iya, maksud gue, buku apa."

"Buku pelajaran."

"Wih, Sok pinter."

Raffa menghiraukan dan tetap fokus pada jalanan. Hingga sampai ketempat tujuan selamat sentosa.

*******

Hehe.

#777 dalam romance. Hmm alhamdulillah wkwk❤❤

Btw, baca Teenfiction pertama gue dong😂 judul nya I'm Vulnurable.

Spoiler aja. Yang kepo sama gue, itu cerita tentang kehidupan nyata gue.

Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang