She Hated Situation #6 (edited)

1.1K 68 6
                                    

Ila terkejut, bagaimana bisa setelah ia bangun ada satu pesan yang tidak ia sangka.

Ia menatap ponsel nya tidak percaya. Rasa nya, ia ingin memaki-maki saja orang yang mengirim pesan itu.

Ila membaca nya berulang-ulang dengan kesal

19:36
Raffa Adiptr
Jadi pacar gue, kuy.
(Read)

"Sinting nih anak." Gumam Ila sambil melempar ponsel nya keatas kasur.

Ia mulai memakai seragam nya lalu membenarkan tampilan nya. Baju SMA yang di Crop dan rok Span yang sangat ketat.

Dia mengambil ponsel nya dan mengantongi nya. Setelah itu, dia keluar tanpa membawa tas.

"Abang! Anterin gue." Pinta Ila didepan Revan yang sedang menonton acara sponge bob.

"Astagfirullah, zina mata gue." Revan langsung menutup mata nya dan menyingkirkan tubuh Ila kesamping dengan kaki nya.

"Jauh-jauh lima meter dari gue, kaya nya baju lo kemarin nggak kaya gitu." Ujar Revan dengan kesal.

"Jadwal gue make baju Crop tuh, hari... hari apa, ya? Setiap hari kaya nya." Kata Ila. "Kemarin gue nggak pakai baju ini tuh gara-gara gue asal ngambil aja."

"Udah, ayo anter gue dulu." Ila langsung menarik Revan agar keluar dari rumah dan mengantar nya sekolah.

"Yaudah, jauh-jauh lima meter dari gue." Pinta Revan sambil berjalan keluar rumah.

"Oke." Ila menuruti.

Mereka memasuki mobil dan Revan langsung menancap pedal gas untuk sampai kesekolah Ila.

Beda dengan Ila yang tadi pemaksa, kini Ila menjadi diam didalam mobil. Menghanyutkan pikiran nya menuju orang yang membuat luka.

Seakan tahu isi pikiran Ila, Revan berbicara, "Mau sampai kapan diinget?"

"Entah, gue juga nggak mau inget hal itu." Jawab Ila datar tanpa melihat Radhit.

Radhit memberhentikan mobil karna sudah sampai sekolah Ila. Tapi, Ila masih bergeming tanpa berniat turun.

"Gue nggak suka ngeliat lo jadi kaya gini lagi, jadi Ila yang cengeng, Ila yang lemah, Ila yang doyan murung dan bengong." Celetuk Radhit. "Gue lebih suka kalo lo jadi cewe yang nggak bisa diem, ketawa kaya pake TOA, marah-marah nggak jelas atau jadi Bad abal-abalan."

"I just hate this situation."

"Yeah, i know. Tapi, jangan ngestuck kemasalah lo yang sekarang, gue nggak mau lo jadi Ila yang dulu." Radhit menepuk bahu Ila.

Ila terkekeh sumbang. "You not my brother, but, you myfriend."

"Kita 'kan Sibling goals." Radhit tertawa. "Udah sono masuk. Jangan bolos! Yang ada lo malah keinget terus sama kejadian itu."

Ila mengangguk dan keluar dari mobil. Berjalan memasuki sekolah nya, sekolah keluarga nya.

Walaupun sekolah itu milik keluarga nya, tapi peraturan sekolah tetap harus ditaati.

Tidak boleh memakai seragam ketat.
Tidak boleh mewarnai rambut.
Tidak boleh memakai sepatu berwarna.

Itu adalah beberapa peraturan disekolah nya. Dan yang tadi di tulis, itulah yang sering Ila dan teman-teman nya langgar.

Tapi, Ila santai aja. Nggak peduli mau ditegur apa nggak. Yang penting dia nggak akan pernah dikeluarin 'kan?

Seperti tidak ada beban apapun, dia menaikkan kaki nya diatas meja.

Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang