Apa yang berikutnya? #19 (edited)

788 50 1
                                    

Perjuangkan apa yang patut kamu perjuangkan. Lepaskan apa yang perlu kamu lepas.

"Eh, Ila. Masuk, sayang." Penyambutan Mila yang hangat membuat diri Ila tidak tertahankan untuk menyembulkan senyum nya.

"Gue ganti baju dulu, ya." Kata Raffa pada Ila. Ila mengangguk dan Raffa segera keatas.

"Sini, sayang. Duduk dulu." Titah Mila yang sudah duluan duduk disofa ruang tengah.

Mila menuju dapur mengambil minuman untuk dirinya, Raffa dan Ila.

Kemudian, dia kembali duduk di sofa Single. Menyuruh Ila meminum terlebih dahulu. Ila meminumnya dengan anggun.

Mila tentu menyunggingkan senyum senang nya. Dia sangat menyukai Ila. Karna, dia perempuan dua tahun yang lalu yang berhasil membawa Raffa kembali kebentuk semula.

"Tumbenan kesini?" Tanya Mila masih dengan senyumnya.

"Kangen aja sam Tante." Jawab Ila cengengesan.

"Eh, ada Ila." Seru orang yang baru masuk kedalam rumah Raffa.

Sontak, Mila dan Ila menatap orang itu. "Iya, Daf."

Daffa kemudian duduk disofa yang berhadapan dengan Ila. "Apa kabar, La?"

"Haha, Baik, Bos." Balas Ila tertawa.

Raffa turun dari kamarnya dan duduk disamping Ila. Menatap Daffa dengan tatapan yang menahan rindu kepada saudara terngeselin itu.

Daffa mengetikkan sesuatu keponsel nya dan mengirim nya dalam sekali sentakan.

Ting!

Ponsel Raffa berbunyi, Raffa langsung membacanya. Awalnya menyernyit bingung karna pesan itu dari Raffa, untuk apa? Jarak mereka kan dekat.

Daffagsndr : entar yak pelukannya. W jg kangen sama L

Raffa adiptr : ga usah menjyjykan.

Daffa tertawa membaca balasan dari Raffa. Tidak berubah anak itu.

"Gimana Kuliahnya, La?" Tanya Daffa setelah mengantungi kembali kesakunya.

"Ya gitu, tugas berjejer nggak karuan." Ila menjawab sembari terkekeh begitupun Daffa dan Mila.

Lalu, mereka berlarut dalam obrolan. Ila tidak ada habisnya dalam topik tersebut. Begitupun Daffa yang selalu menimpali dengan lelucon.

Semakin larut mereka mengobrol, semakin larut juga keadaan hari itu.

Sudah mau malam, tetapi langit menandakan akan turun hujan.

Langit berubah menjadi gelap. Dan petir terus menyusul untuk membunyikan suaranya.

Tidak, Ila tidak takut akan hujan. Dia hanya takut akan suara petir.

Soalnya, dia pernah trauma akan itu. Waktu kecil, dia pernah hampir tersambar petir saat mau Jajan kewarung di bawah hujan dan dilindungi oleh payung.

Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang