Chapter 16

2.2K 277 35
                                    

Gadis itupun membalikkan tubuhnya , menatap ke arah sumber suara .

Tubuh Sinb seketika menegang . Ketika mata sayunya bertemu dengan iris coklat milik seseorang dihadapannya . Bibir tipis gadis itu bergetar hebat . Menggumamkan satu nama yang tidak diduganya .

" Ji...Jimin oppa "

******

Hening ...

Kedua orang itu masih saja saling bungkam . Tidak ada yang berniat untuk menjelaskan . Atau mungkin hanya untuk sekedar mencairkan kecanggungan . Terhanyut dalam dunianya masing – masing , dengan beribu pemikiran yang terlalu menggebu untuk dicurahkan .

Entahlah , baik Sinb maupun Jimin masih saling menunggu . Berharap ada salah satu yang mau bersuara . Menanti penjelasan satu sama lain untuk di dengarkan .

Keadaan ini terus berlalu , semenjak Park Jimin melesatkan mobil sedan hitamnya meninggalkan bangunan apartemen gadis itu . Membawanya dan Sinb di kursi penumpang menjauh tanpa tujuan yang jelas .

Pria itu menyetir dengan pikiran gusar . Bayang demi bayang mimpi buruk itu terus terngiang . Menghantui Jimin dengan perasaan kalut sepanjang malam . Membuat hatinya berkecamuk dalam kebimbangan .

Tepat disampingnya , Hwang Eunbi terlihat ketakutan . Jemari lentiknya saling bertaut menahan kegugupan . Iris mata coklat karamel itu terus memandang dalam diam . Menatap wajah sang pangeran yang masih terfokus pada jalanan .

Ada yang berubah pada Jimin . Dan Sinb yakin akan hal itu .

Wajah pria itu terlihat kaku . Rahang pria itu terlihat mengeras dengan genggaman tangan yang mengerat pada kemudi . Senyuman manis yang biasanya bertengger di wajah tampannya kini menghilang entah kemana .

Sinb tidak bisa menyangkal . Sedari tadi kepalanya terus dipenuhi berbagai pemikiran .

Bagaimana jika Jimin melihat semuanya ?

Bagaimana jika Jimin tau tentang hubungan gelapnya dengan Jeon Jungkook ?

Bagaimana jika Jimin kecewa padanya ?

Sinb menghela nafas pelan . Kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan .

*****

Cukup lama mereka berkendara . Menjauhi padatnya perkotaan dan membawa mereka ke daerah pegunungan . Jimin pun menghentikan laju mobilnya . Memarkirkan sedan hitam itu di dekat sebuah danau yang dikelilingi hamparan pohon mapple yang menjulang .

Jimin melepaskan selfbeltnya . Kemudian menatap Sinb yang tengah memperhatikan keadaan luar lewat jendela .

" Ayo turun " ucapnya pelan .

Sinb mengangguk . Lalu menyusul Jimin yang sudah lebih dulu turun dari mobil .

Aroma sejuk pegunungan merasuk melalui indera penciuman Sinb begitu gadis itu menutup pintu mobil . Hembusan angin musim gugur berhembus pelan . Menggoyangkan ranting demi ranting daun mapple yang daunnya mulai kekuningan . Menggugurkan dedaunan seperti salju yang turun pada malam perayaan natal .

" Cantiknya " gumam Sinb .

Sinb menengokkan kepalanya . Iris caramel miliknya menatap punggung Jimin yang mulai berjalan . Kemudian mengikuti pria itu dari belakang . Hanya diam , menurut kemana pun langkah kaki Jimin melangkah . Menatapi jalan setapak menuju pinggiran danau di ujang jalan .

Langkah kaki Jimin berhenti . Mata gelapnya memandang hamparan danau di hadapannya . Memejamkan matanya sebentar . Merasakan semilir angin yang berhembus menyentuh permukaan kulitnya . Berusaha untuk sejenak lepas dari bayang-bayang mimpi buruknya . Mencoba untuk merilekskan tubuh dan juga hatinya .

Last Dance ; Sinkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang