Chapter 20

1.7K 244 35
                                    

Iris sayu itu masih tetap memujanya . Menatap wajah damai yang masih belum juga ingin membuka matanya . Tidak ada tanda . Tidak ada suara . Hanya bunyi alat pendeteksi detak jantung yang terus berdetik mengudara .

Jemari lentiknya tergerak perlahan . Menyusuri wajah rupawan tanpa cela itu dalam diam .

Bahkan saat terlelap pun dia masih terlihat begitu tampan .

Iris sayu itu terlihat lelah . Mata sembab nya terlihat memerah . Akibat air mata yang terus mengalir tanpa diperintah .

Hati Sinb masih belum kembali seperti semula . Rasa sakit itu tak kunjung sirna . Setiap detiknya bahkan makin terasa menyiksa .

Rasa takut akan kehilangan terus menghantuinya . Dokter mungkin berkata Jimin baik-baik saja , namun mereka tidak bisa menjamin sepenuhnya .

Kondisi pria itu masih sangat mengkhawatirkan . Membuat semua orang belum dapat merasa tenang .

Jemari lentiknya menggengam tangan lemah Jimin erat . Merasakan hilangnya kehangatan yang dulu selalu pria itu berikan .

" Oppa ... sampai kapan kau mau tidur seperti ini . "

Bibir tipis itu menggumam perlahan . Disertai dengan setetes air mata yang sudah mengalir keluar .

" Bogoshipeo-yo oppa . Kumohon bangunlah "

Isakan kecil itu keluar dari bibir tipis Sinb . Sinb tak sanggup . Hatinya sesak bukan main jika harus melihat Jimin seperti ini .

Melihat bagaimana sosok tampan itu terbaring lemah tak berdaya , dengan segala macam alat medis yang menancap pada tubuhnya setiap saat . Berusaha membantu mempertahankan hidupnya . Menghitung setiap detik degupan jantung nya untuk bertahan .

Sinb merindukannya . Merindukan sosok Jimin yang selalu siap merengkuhnya kapan saja . Sosok tampan yang selalu siap menghapus air matanya setiap saat . Merindukan senyuman hangat pria itu ketika menyapanya . Dan ucapan cinta pria itu ketika menatap matanya .

" Oppa "

" Bangunlah jebal ... " pintanya lirih .

Sebuah tangan mengelus lembut bahu Sinb . Menyadarkan gadis itu dari tangisannya . Sinb menoleh . Menatap sosok wanita yang kini tersenyum ke arahnya dengan iris berkaca-kaca .

" Eomonim "

" Kita bicara di luar ya . "

****

Kilauan cahaya oranye bersemu menghilang . Menghias langit dengan meganya yang memanjakan . Membius seluruh kota dengan nuansa magic hour yang mengagumkan .

Dua wanita itu terduduk di bagian outdoor kafetaria rumah sakit itu . Rumah sakit Seoul Internasional Hospital memang berstandar rumah sakit internasional . Jadi tak heran jika rumah sakit ini memiliki fasilitas lengkap dan mewah di dalamnya .

Sinb terduduk dalam diam . Tidak berniat untuk menyentuh americano pesanannya yang sudha terhidang . Pandangannya menatap sekitar dalam . Menikmati hembusan pelan angin malam .

Di hadapannya , wanita paruh baya itu menyesap tehnya perlahan .

" Dari kecil Jimin memang anak yang pemalu . Ia selalu menolak untuk mengungkapkan segala yang diinginkannya kepada kami . "

Iris wanita itu menerawang dalam . Membuat Sinb tertarik untuk mendengarkan ceritanya .

" Ia jatuh cinta pada musik sejak masuk SMP . ia selalu menari setiap ada musik yang diputar . Dimanapun itu . Maka dari itu , kami memasukkannya ke sekolah seni saat lulus SMA . "

Last Dance ; Sinkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang