Chapter 24

1.6K 215 55
                                    

Aku ingin menyalahkan waktu

Yang dengan teganya menahanku ketika tangan itu merengkuhmu pergi jauh

.

.

.

Tidak ada yang bisa dilakukan . Pura-pura bahagia adalah satu-satunya jalan keluar . Apalagi memang ?

Urat marahnya sudah tertahan oleh kenyataan . Bahkan untuk hanya sekedar bernafas sekarang saja sudah terasa begitu menyakitkan . Angannya sudah jauh melayang . Menatap kedua sosok itu semakin mendekat saling bertautan . Di tengah-tengah riuh suara tepuk tangan .

Tubuhnya ada . Senyumnya berkembang tapi jiwanya menghilang .

****

" Ya Kim Taehyung . Jangan kau habiskan makanan itu . Aku membuatnya susah payah untuk menyambut kepulangan Jimin "

Kim Seokjin berteriak kesal . Tangannya sudah berkacak pinggang sambil menatap Taehyung tajam .

" Aku kan hanya mencobanya . Aku harus memastikan jika makanan ini baik untuk Jimin nantinya "

Taehyung membela diri . Tidak lupa sambil memasukan satu suapan tteokboki terakhir ke dalam mulutnya . Memandang hyung tertuanya denga tatapan tak bersalah .

Seokjin geram , pria itu mengelus dadanya sabar . Butuh tenaga ekstra untuk menghadapi adiknya yang satu ini .

" Sudahlah hyung . Masih ada banyak makanan di meja . Lebih baik kita bersiap sebelum Jimin datang . "

Kim Namjoon muncul dari arah kamar . Mengingatkan kita pada sosok ayah yang menjadi penengah dalam pertengkaran antara ibu dan anaknya . Taehyung merasa menang . Matanya menatap Seokjin dengan senyuman lebar .

" Namjoon hyung benar . Kita harus cepat bersiap sebelum Jimin datang . Jadi daripada marah-marah , lebih baik hyung mendekorasi ruangan . " ucap Taehyung .

Seokjin menghela nafas kasar . Mulutnya bergumam penuh kedongkolan . Dasar adik tidak sopan .

" Baiklah . Ayo Namjoon-ah . Bisa mati muda aku jika terus berdebat dengan anak ini " ujar Seokjin .

Kedua pria itu beranjak menjauh . Meninggalkan Taehyung yang tertawa menang di meja makan sendirian . Menyusul Suga , Jungkook dan juga Jhope yang sedang mendekorasi ruangan .

****

" Aku senang oppa bisa pulang "

Hwang Sinb menatap sang pria dengan sneyuman lebar . Kedua jemari mereka saling berpegangan . Menyalurkan setiap detik kehangatan yang menguar .

Dalam hati Sinb tersiar penuh kelegaan . Perkembangan tubuh Jimin mengalami peningkatan . Mungkin sedikit lagi hampir sampai pada tahap kesembuhan . Itulah yang menyebabkan pihak dokter berani mengijinkan Jimin untuk pulang .

" Aku juga . Begitu tersiksa jika harus berada di sini lebih lama " ucap Jimin .

Sinb tersenyum penuh pengertian . 2 Minggu dirawat di rumah sakit memang tidak menyenangkan . 14 hari dengan jadwal pengobatan memang sangat membosankan . Mulai dari suntikan obat pada saat fajar , dilanjutkan dengan terapi untuk kakinya pasca kecelakaan di waktu siang hingga jadwal visitter dokter setiap petang menjelang malam . Belum lagi ditambah dengan larangan untuk meninggalkan kamar dan beristirahat . Pasti terasa sangat memuakkan . Apalagi untuk orang seperti Jimin yang mencintai kebebasan .

Ingatan Sinb kembali berputar . Saat melihat wajah lemah Jimin yang terbaring tak berdaya dengan segala macam alat penyokong kehidupan . Batin gadis itu meringis pelan . Sinb tidak sanggup . Cukup sekali saja ia melihat Jimin dengan kondisi seperti demikian . Berada di tengah-tengah ambang kematian .

Last Dance ; Sinkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang