Gadis cantik itu terus melangkahkan kakinya di sepanjang trotoar . Bersenandung pelan sambil menikmati semilir angin malam . Sinb beruntung , jarak antara kantor agensi dengan dormnya hanya berjarak sekitar beberapa ratus meter . Jadi ia tidak perlu repot-repot menelfon managernya untuk menjemputnya setelah latihan .
Senyum tipisnya berkembang . Rasa penatnya akibat latihan berjam-jam rasanya telah menghilang . Tatkala iris sayunya menatap langit dengan banyaknya gugusan bintang . Begitu menenangkan .
Suasana malam sepertinya mempunyai arti tersendiri bagi Sinb . Gadis itu menyukainya . Langit malam dengan taburan bintang-bintang adalah favoritnya .
Aneh kan ?
Berbeda dengan sebagian besar orang yang menyukai cerahnya pagi dan siang , gadis itu justru sangat menantikan malam . Entahlah , dari dulu saat malam adalah hal paling menyenangkan menurutnya .
Senyum itu terus berkembang . Ketika bayangan – bayangan tentang masa trainee nya dulu kembali terngiang . Mengajaknya kembali untuk mengenang .
Dulu , ia harus selalu berlatih berjam – jam . Bahkan baru berakhir hingga tengah malam . Gelapnya malam dan sunyinya jalan sudah menjadi pemandangannya setiap pulang latihan . Menyeramkan memang . Tapi saat melihat bintang entah kenapa ia merasa tenang . Rasanya seperti ia tidak sendirian .
Senyuman manis itu tiba-tiba saja menghilang . Ketika mengingat alasan lain kenapa ia menyukai malam . Ah sungguh , bahkan untuk membayangkan wajah tampan itu saja ia sudah tak sanggup . Apalagi harus mengingat ketika dulu tangan kekar itu menggengam jemarinya ketika mengantarnya pulang . Menemaninya dalam perjalanan pulang . Bahkan merengkuhnya ketika dirinya merasa ketakutan .
Ck , bisakah Sinb bilang jika ia rindu ?
Bisakah ia bilang jika ia menyesali keputusannya ?
" Sinb-shi "
Suara itu menghentikan langkah Sinb . Buru- buru ia mengusap tetesan air mata yang mengalir dengan punggung tangannya . Gadis itu mendongak kemudian mengalihkan pandangannya . Sepertinya dirinya terlalu larut dalam tangisannya , sampai-sampai ia tidak menyadari jika dirinya telah sampai di pelataran apartemen miliknya .
Iris sayunya tiba-tiba menyipit . Menatap sosok jangkung yang tengah bersandar pada mobil hitam di depan bangunan apartemennya. Wajahnya terlihat begitu familiar di matanya .
" Yugyeom sunbaenim " ucapnya pelan .
Kim Yugyeom menolehkan kepalanya . Kemudian tersenyum hangat kearah Sinb . Pria itu pun menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana sebelum akhirnya berjalan mendekat . Berdiri tepat di hadapan Sinb .
" Apa kau ada waktu , ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu "
*****
Kedua nya sama-sama diam . Tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan . Sinb sibuk dengan americano nya dan Yugyeom sibuk untuk menyusun kalimatnya .
Suasana di dalam cafe itu terlihat sepi . Hanya terdapat mereka berdua dan 2 orang pelayan . Mungkin karena faktor waktu yang sudah menunjukkan pukul 22.30 malam . Orang-orang pasti lebih memilih untuk terlelap ketimbang mampir untuk membeli minuman .
" Jadi... apa yang ingin sunbaenim bicarakan denganku ? " tanya Sinb .
Kim Yugyeom menyesap cappucino dinginnya sebentar , sebelum akhirnya menatap gadis di hadapannya itu .
" Aku tau ini bukan urusanku . Aku juga paham jika aku tidak seharusnya ikut mencampuri masalah ini . Tapi melihat bagaimana hancurnya sahabatku , aku berpikir jika aku memang harus membicirakan hal ini denganmu " ucap Yugyeom .
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dance ; Sinkook ✔
FanfictionKarena kisah mereka hanyalah kepingan cinta terlambat yang berharap untuk berakhir bahagia