Gadis itu berlari menjauhi kerumunan. Ia terus berlari tanpa peduli dengan hal yang terjadi di belakangnya. Hanya satu yang ia pikirkan sekarang. Menjauh dari sana sebelum ia mati terbunuh. Bukannya ia takut mati tapi ini perintah dari ibunya untuk tetap bertahan hidup. Mengingat ibunya yang melindunginya hingga titik darah penghabisan membuatnya harus tetap bertahan.
Ia menoleh ke kanan dan kiri memastikan apakah ia sudah aman. Sebelum ia sampai disini, ia bisa melihat ayahnya yang sedang berjuang melawan monster itu. Monster yang haus akan kekuatan dan kekuasaan. Gadis itu menatapnya benci dan dihatinya penuh dendam yang membara. Makhluk bertaring penghisap darah memang monster yang menjijikan.
Helena Hilton atau kerap di panggil Helena duduk di bawah pohon besar. Ia ingin beristirahat sejenak untuk melepas lelah. Ia sudah berlari cukup jauh dan bisa ia perkiraan sekarang ia sudah berasa di kawasan perbatasan. Tempat yang sebenarnya tidak boleh ia injaki.
Sebentar lagi aku akan sampai.
Helena menyandarkan tubuhnya ke pohon besar, wajahnya mendongak ke atas dengan mata menutup. Membiarkan angin menyapu wajahnya. Sekarang yang ia pikirkan ia harus pergi kemana? Helena tidak tahu bagaimana keadaan ayah ibunya. Ia juga tidak tahu keadaan kerajaannya. Tidak tahu kondisi negerinya. Apakah sudah luluhlantak tak bersisa? Lalu bagaimana dengan keadaan rakyatnya?
Ditengah pikirannya yang tak karuan, suara gemerisik daun-daun membuatnya membuka mata. Ia melihat ke atas pohon dan jantungnya berdetak lebih kencang. Seorang pria yang menatap tajam dirinya. Matanya merah darah dan yang paling membuatnya benci adalah taring di giginya. Bisa Helena pastikan kalau dia adalah seorang vampire. Bangsa yang menyerang kaumnya demi sebuah kekuasaan dan kekuatan.
Helena berdiri cepat dan segera menjauh dari sana. Sesuai perkataan ibunya ia harus menghindari vampire. Ibunya pun sebisa mungkin menyamarkan bau witch di tubuhnya. Begitupun dengan dirinya, ia sering merapal mantra agar bau darahnya tersamarkan dan memanipulasi lawan.
Helena terus berlari hingga ia keluar dari perbatasan. Wilayah yang tidak boleh dilalui dan sekarang Helena benar-benar melewatinya. Namun seberapa jauh dirinya berlari, vampire itu tetap saja bisa menangkapnya. Lihat saja vampire itu sudah ada di hadapannya! Dengan seringaian yang tidak Helena suka, ia segera berbalik arah dan kembali berlari. Lagi lagi vampire itu ada di hadapannya menghalangi jalannya. Memang tak mengherankan kalau vampire itu ada di depannya, mereka adalah kaum yang memiliki banyak keahlian tapi mereka tetap saja serakah. Helena benci dengan mereka semua.
"Mau apa kau?!" hardik Helena yang sudah muak dengan kelakuan vampire di depannya ini.
Vampire itu menyeringai lagi. Kali ini disertai dengan tawa yang bagi siapapun yang mendengarnya pasti sakit telinga. "Buruan yang mantap," ujarnya lalu menghilang. Helena menatap ke kanan kiri mencari dan ketika tidak menemukan vampire itu Helena kembali berjalan santai.
"Tak semudah itu melepas buruan langka seperti ini," kata seseorang yang sekarang mengikat tangannya ke belakang. Helena mencoba mengintip siapa gerangan yang melakukannya seperti ini. Demi Tuhan ia seorang putri penyihir tertinggi yang selalu di jaga kesucian dan kehormatannya. Tak ada yang berani dengannya bahkan untuk sekedar menyentuh ujung kuku pun tak ada yang berani. Helena terkejut ketika tahu kalau yang mengikat tangannya adalah vampire yang tadi. Helena menggerakkan badannya ke kanan kiri dan sesekali memberontak untuk dilepaskan. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang. Kekuatannya sebagai seorang witch masih belum sempurna, masih banyak yang perlu ia lakukan untuk memperdalam dan memperlihai kekuatannya. Lagipula ia sekarang seorang diri tidak ada yang bisa membantunya untuk menjadi witch sesungguhnya. Orang tuanya tidak diketahui keberadaannya dan mereka hanya berpesan agar ia melarikan diri agar bisa menjadi witch yang mampu melindungi rakyatnya. Helena adalah satu-satunya harapan orang tua dan rakyatnya untuk membebaskan mereka dari kaum penghisap darah yang menjijikan.
Vampire itu membawanya pergi dengan kekuatan larinya yang kencang. Helena memejamkan mata menghalau angin yang menerpa wajahnya. Mencoba melarikan diri dengan merapal mantra yang ia pelajari.
"Laçumento," gumam Helena sangat pelan. Mantranya berfungsi! Helena bisa melepaskan diri dari vampire itu. Ia kembali berlari. Andaikan ia menguasai mantra teleportasi mungkin ia sudah pergi dari hutan ini. Sayang, ia masih belum menguasainya apalagi mantra itu cukup berbahaya karena bisa saja dirinya kehilangan anggota tubuhnya saat itu juga.
"Mau kemana gadis kecil, kau tidak mungkin bisa lari dariku," katanya dengan taring yang terlihat mengerikan.
"Pergi!"
"Sudah kukatakan kau tidak bisa lari dariku. Aku akan membawamu kepada rajaku," ujarnya semakin mengerikan. Helena ketakutan ia mundur 2 langkah kebelakang dan lagi lagi berlari.
Usahanya selalu gagal. Vampire itu dengan cepat membawanya pergi hingga ia berada di sebuah istana yang mengerikan. Helena bergidik ngeri. Tak pernah ia melihat ada istana semengerikan ini. Pohon-pohon tinggi menjulang, semak-semak belukar memenuhi halaman depannya. Sunyi sepi dan suram. 3 kata yang pantas menggambarkan suasana istana itu. Helena mendongak dan matanya melotot. Ia baru menyadari kalau di atas istana itu ada segerombolan kalelawar. Benar-benar menjijikan dan menakutkan.
Helena yang sudah kelelahan berlari pun tidak ada tenaga lagi untuk berlari. Apalagi tadi ia menggunakan kekuatannya untuk melepaskan diri dari vampire menjijikan itu dan sekarang ia melihat sesuatu di luar nalarnya membuat tubuhnya bergetar dan lemas seketika. Tiba-tiba pandangannya mengabur dan pusing menderanya.
Helena kehilangan kesadarannya.
/�\�K
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen And The Dark
Fantasy[TAMAT] Helena adalah harapan orang tua dan rakyatnya agar bisa membebaskan mereka dari kaum penghisap darah menjijikan itu. Namun, takdir berkata lain. Helena dengan mudahnya tertangkap dengan makhluk yang amat dibencinya. Sedang mencoba membuat...