EXTRA CHAPTER
Clara dan Amber mati. Musnah. Kalah dalam peperangan. Seperti yang mereka harapkan. Tidak ada lagi penganggu. Tidak ada lagi tikus yang kerjaannya membuat masalah di istana. Kedua pesulap yang menganggu kehidupan untuk sebagian dunia immortal telah mati dan mereka senang akan fakta yang satu itu.
Kematian mereka membawa angin segar namun kematian mereka membuat masalah bagi kehidupan istana. Tidak ada yang lebih menyedihkan ketika Sara harus ikut mati karena Clara. Tidak ada yang lebih mengenaskan ketika Queen Jeny meregang nyawa. Banyak yang pergi dan Helena tidak menyukai fakta dan kenyataan itu.
Prajurit yang gugur di medan peperangan telah dimakamkan dan diberi penghormatan dengan gelar pahlawan di depan nama mereka. Hallstatt pun sudah mulai berjalan seperti biasanya. Pemerintahan sudah mulai bekerja. Sama halnya dengan penduduk Hallstatt yang kembali menjalani rutinitas mereka. Berdagang, bertani, beternak, dan sebagainya.
Medan peperangan pun telah dibersihkan. Tampak seperti awal. Darah-darah itu hilang seiring turunnya hujan. Layaknya seperti tidak pernah terjadi peperangan.
Istana masih sama seperti dulu. Meskipun ada beberapa bangunan yang harus direnovasi karena adanya kerusakan akibat perang. Ledakan yang ditimbulkan memang membuat rumah-rumah menjadi puing seperti istana yang di bagian sebelah barat hancur.
"Yang Mulia," panggilan itu membuat Helena yang termenung di rumah kacanya tersentak.
"Iya, kenapa?"
"Saya hanya memberikan ini," kata Charles yang menyodorkan sebuah undangan berwarna biru dengan ukiran emas nan cantik. Tertulis disana, Lady Charlotte dan Pangeran Hector. Diam-diam Helena bernafas lega. Setidaknya setelah perang itu masih ada yang berbahagia. Terlebih, ia juga senang dengan hal itu. Lady Charlotte memang pantas bersanding dengan Pangeran Hector.
"Terima kasih. Oh iya, dimana Sheila?" Tanya Helena ingat ketika belakangan ini ia tak melihat sosok anak kecil itu.
"Sheila masih berada di bawah pengawasan tabib." Helena mengangguk dan membiarkan Charles kembali ke tempatnya. Perang itu memang membawa dampak yang besar terlebih anak seumuran Sheila yang harus melihat dimana mereka saling melawan, membunuh, dan terluka. Padahal waktu itu ia sudah memberi perintah agar mereka menjaga Sheila namun sayang, penjagaan istana waktu itu dapat ditembus oleh mereka. Queen Jeny yang diberi pengobatan oleh Judy pun harus terhenti karena pasukan prajurit itu menyerang Judy hingga perempuan itu tidak dapat melakukan apa-apa. Ditambah dengan efek ledakan membuat ihu mertuanya tidak dapat diselamatkan. Kesedihan dan kehilangan yang mendalam bagi Hallstatt.
Helena menghela nafas dan beranjak menuju kamar. Di belakangnya Emy dan Greena mengikuti. "Dia sudah pulang?"
"Belum, Yang Mulia," jawab Emy. Helena lagi-lagi hanya bisa menghembuskan nafas gusar. Ia mengusap perutnya yang membesar. Setidaknya perang itu tidak merenggut nyawa anaknya. Meskipun, ia harus menerima perawatan intensif. Berbicara tentang ini, ia teringat Acqua. Elemen pertama yang menjadi sahabatnya dan selalu ada di saat ia susah dan berduka telah hilang. Acqua juga ikut menyusul Sara dan Queen Jeny. Tindakan Acqua yang melindunginya agar tidak terkena efek langsung dari ledakan iru membuat ia harus kehilangan Acqua. Hal yang tidak pernah ia bayangkan bahwa ia harus kehilangan elemen tersayangnya. Helena benci 'kehilangan'.
Di tengah jalan menuju kamarnya, ia berpapasan dengan ayah mertua yang tampak mengurus dan wajah menirus. King Chale yang dikenal dengan ketenangannya seakan lenyap. Tidak pernah Helena melihat ayah mertua sekacau ini. Lebih pendiam dan cenderung mengurung diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen And The Dark
Fantasy[TAMAT] Helena adalah harapan orang tua dan rakyatnya agar bisa membebaskan mereka dari kaum penghisap darah menjijikan itu. Namun, takdir berkata lain. Helena dengan mudahnya tertangkap dengan makhluk yang amat dibencinya. Sedang mencoba membuat...