7

3.1K 286 0
                                    

Helena membantu Mrs. Grette mengurus kebun bunga padahal Emy dan Greena tadi sudah melarangnya karena ratu sepertinya tidak pantas untuk melakukan hal seperti itu. Helena memberi pengertian kalau ini merupakan salah satu pengalihan agar ia tak kebosanan. Ia tak ingin kalau hanya tidur dan diam di kamar, itu bukan dirinya sama sekali.

Sedikit demi sedikit Helena mulai bisa menyesuaikan dengan kehidupan kerajaan yang dipenuhi oleh vampire dan makhluk lainnya kecuali witch tentunya karena hanya dialah satu-satunya witch murni kerajaan yang tersisa. Helena juga sering berkomunikasi dengan Acqua untuk membantunya belajar mantra-mantra. Sebagian sudah ada yang ia kuasai bahkan elemen petir dan tanah pun ia bisa. Usianya memang sudah delapan belas tahun. Perlahan-lahan kekuatannya yang tersegal akan terbuka seiring dengan datangnya bulan ke 12 tahun ini. Helena tak sabar menantikan hari itu.

Helena menatap bunga di depannya. Hanya dia seorang di kebun ini. Mrs. Grette dan pelayan lainnya pergi ke luar sesuai perintahnya. Helena suka dengan harum bunga dan keindahan yang ditujukannya. Helena menengok kanan kiri memastikan tidak ada yang melihatnya. Merasaa tidak ada orang, ia pun menumbuhkan beberapa bunga yang ia sukai di lahan yang masih kosong. Sesekali ia membuat bunga itu terlihat mekar dan harum. Siapapun yang melihatnya pasti akan berdecak kagum.

Helena tersenyum puas karena kebun bunganya semakin indah. Alangkah lebih bagusnya kalau di dekat sini ada meja sehingga ia bisa duduk santai sambil menikmati secangkir teh dengan pemandangan kebun bunga di depannya. Helena berdiri dan memanggil pengawal.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Charles sopan.

"Bisa saya minta tolong?" Ujar Helena balik bertanya.

"Tentu saja. Apa yang Anda inginkan, Yang Mulia?"

Ucapan Charles membuatnya senang. Rencananya bisa segera diwujudkan. "Bisakah kau menaruh kursi meja di ini? Saya ingin duduk dengan secangkir teh sambil memandang kebun bunga ini," ujar Helena menyuarakan keinginannya.

Charles mengangguk dan mulai melaksanakan perintahnya. Helena pun berjalan ke arah kamarnya karena hari sudah mulai petang. Ia percaya dengan Charles yang segera mewujudkan mimpinya.

Saat Helena dan rombongan berbelok disana ia melihat rombongan raja. Helena tak mengindahkan. Ia terus berjalan tanpa peduli dengan kehadiran raja. Bahkan ia tak repot-repot untuk sekedar menyapa atau membungkukkan badan sebagai tanda kesopanan dan hormatnya.

Alfonso memang tak acuh awalnya tapi melihat sikap Helena yang semakin angkuh membuat Alfonso harus melakukan sesuatu. Tak ada seorangpun yang bisa berjalan angkuh di kerajaannya, wilayahnya dan kekuasaannya.

"Aku akan kembali nanti," ujarnya kepada pengawal kerajaan--Scott.

Alfonso melesat masuk ke kamar Helena. Disana ia bisa melihat wanita itu duduk di tepi kasur dengan buku di tangannya.

"Mau apa kau disini?" Ketus Helena. Alfonso menyipit tajam akan pertanyaan angkuh wanita itu.

"Ini kerajaanku, istanaku, kau hanya menumpang disini," ujar Alfonso melesat ke depan Helena dan menampar istrinya. Alfonso mencengkram dagu Helena kuat dengan kuku panjangnya. Helena merasa takut namun segera ia enyahkan. Dengan berani Helena menantang mata merah darah di depannya.

Alfonso melukai lehernya dengan kuku panjanngnya kemudian menghisapnya begitu seterusnya hingga membuat tubuh Helena penuh dengan luka dan kulitnya semakin pucat. Helena tetap menantang. Alfonso menyeringai. Ia melukai jarinya hingga darah mengalir disana dan ia tunjukkan ke depan wajah istrinya.

Helena mengerutkan alis bingung dengan kelakuan raja sialan ini di depannya. Tanpa aba-aba, Alfonso memasukkan jarinya yang berdarah ke mulut Helena agar wanita itu menghisapnya.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang