Helena sudah meminta bantuan teman-temannya untuk mencari dimana tongkat kecilnya berada. Namun, hingga sekarang tidak ada yang tahu dimana tongkat itu. Helena menyerah. Ia kelelahan karena mencari benda tersebut.
"Kami akan mencarinya lagi, witch," ujar Acqua menatap Helena dengan mata besarnya agar majikannya tenang.
Helena menggeleng pasrah. Ia mendongak menatap langit-langit kamarnya. "Menurutmu siapa yang mengambilnya, Acqua?"
Acqua berputar-putar di depannya menandakan ia tidak tahu ingin menjawab apa. Helena menghela nafas lalu memanggil Terra dan Fulmini. "Menurut kalian siapa yang mengambilnya?"
Sama seperti Acqua, Fulmini dan Terra diam karena tidak tahu ingin menjawab apa. "Kami akan mencarinya, Witch. Lebih baik sekarang Anda beristirahat."
"Emy! Greena! Ya, mereka," ujar Helena tiba-tiba ketika mengingat kalau saja Emy dan Greena pernah melihat dimana tongkatnya.
Helena berjalan ke luar kamarnya tanpa peduli dengan perintah Alfonso yang tak memperbolehkannya keluar kamar. Helena tetap Helena. Sampai kapanpun perintah Alfonso akan menjadi angin lalu saja baginya.
Helena mencari Emy dan Greena di wilayah dimana para pelayan berada. Helena mengangkat gaunnya agar membuatnya lebih mudah melangkah. Helena mengintip dari balik gerbang kayu yang menghubungkan istana dengan kamar pelayan. Dirasa tidak ada yang melihatnya, Helena masuk mengendap sambil sesekali menoleh agar tidak ketahuan.
"Yang Mulia Ratu," ucap seseorang membuat Helena terkejut. Jantungnya seketika melompat dari tempatnya. Helena memejamkan mata mengatur nafas agar tingkahnya tidak menimbulkan kecurigaan.
Helena tersenyum kepada seorang pelayan yang membungkuk di depannya. "Ada apa?"
"Apa Yang Mulia Ratu lakukan di sini?" Tanya pelayan itu penasaran. Helena menggerutu sebal karena dirinya yang ketahuan. Huh.
Menelisik dari atas sampai ke bawah lalu kembali lagi ke atas, Helena memperhatikan pelayan itu. Dirasa bahwa pelayan itu tidak akan membeberkan rahasianya ia pun mulai mengangkat dagunya angkuh. "Dimana Emy dan Greena?"
Pelayan itu tetap membungkuk. "Mereka..."
Helena yang tak sabar menunggu jawaban pelayannya pun kesal sendiri. "Katakan yang benar!"
"Emy dan Greena di penjara bawah tanah, Ratu." Helena terbelalak kaget. Ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh pelayan istana. Tanpa berkata apa-apa, Helena segera berlari menuju tempat kedua pelayannya di penjara.
Kedatangan Helena tentu saja membuat gempar seisi istana karena seorang ratu yang pergi ke ruang bawah tanah. Harusnya ratu seperti dirinya tidak melakukan hal tersebut, tapi Helena tidak peduli. Pelayannya itu pasti diduga telah dituduh melakukan kejahatan. Alfonso benar-benar...
"Ratu, Anda tidak boleh kemari," ujar pengawal menyilangkan kedua tombaknya untuk menghalangi jalan Helena.
"Aku ingin bertemu dengan Emy dan Greena," kata Helena tetap pada pendiriannya.
"Raja Alfonso melarang siapa saja yang ingin mengunjungi mereka, Ratu"
"Apa kamu membantahku?" Tanya Helena tajam dengan dagu yang terangkat angkuh. Pengawal itu menunduk takut.
"Acumento," gumam Helena merapal mantra membuat pengawal itu terpental jauh. Helena masuk dan mencari Emy dan Greena yang dikurung.
"Yang Mulia Ratu," ucap keduanya lirih. Helena berjongkok di depan penjara. Memperlihatkan mereka dalam keadaan mengenaskan. Kulit Emy yang putih itu kini sudah memerah bahkan ada bekas koyakan akibat cambukan yang menganga lebar. Sama seperti Emy, Greena pun tak kalah mengenaskan. Wanita itu dengan terseret-seret menuju ke depan penjara, menyentuh sel tahanan. Bajunya pun terkoyak dan meninggalkan luka di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen And The Dark
Fantasy[TAMAT] Helena adalah harapan orang tua dan rakyatnya agar bisa membebaskan mereka dari kaum penghisap darah menjijikan itu. Namun, takdir berkata lain. Helena dengan mudahnya tertangkap dengan makhluk yang amat dibencinya. Sedang mencoba membuat...