4

3.8K 308 1
                                    

Tiga hari dari hari dimana ia bertemu dengan Queen Jenny, selama tiga hari itu pula, seperti yang diperintahkan, ia tidak keluar kamar. Rose dan beberapa pelayan yang akan melayaninya langsung di kamar. Ia hanya duduk diam dan sesekali mencoba beberapa mantra yang ada di bandulan kalungnya.

Saat ini ia sudah menguasai mantra pemanggil. Sekarang ia tak perlu repot-repot untuk mengambil sesuatu yang diperlukannya. Jika ia ingin mengambil barang, ia hanya mengucap mantra. Mudah sekali, bukan?

Seperti saat ini, Helena yang duduk di tepi kasur ingin mengambil buku kecil dimana beberapa mantra yang sudah ia kuasai ia tulis disana.

"Accio.." Buku itu terbang dan sudah berada di tangan Helena. Helena tersenyum senang karena usahanya tidak sia-sia.

"Putri.." Helena yang sedang asyik membaca buku terkejut hingga membuat buku itu terjatuh. Helena menengok siapaa gerangan yang mengejutkannya itu.

"Ampuni saya, Putri, "ucap Emy gemetaran menyadari kesalahannya.  Helena menghela nafas.

"Ada apa, Emy? "tanya Helena lembut agar membuat pelayan itu tidak takut.

"Kami akan menyiapkan Anda, Putri."

"Menyiapkan apa?" tanya Helena bingung.

Emy tampak gelisah seperti seseorang yang sedang menyembunyikan sesuatu. "Sudahlah, terserah kau saja," ucap Helena yang tak ingin membuat pelayan wanita yang sudah ia anggap temannya itu ketakutan. Emy menghembuskan nafas lega.

"Tunggu sebentar, Putri.."ujar Emy lalu keluar dari kamar. Tak lama kemudian, Emy masuk dengan membawa empat pelayan wanita termasuk Greena.

Helena menatap bingung. Mengapa untuk melayani dirinya seorang perlu banyak pelayan?

Helena menurunkan pandangannya ke arah tangan salah satu pelayan yang memegang sebuah gaun berwarna putih. Cantik dan Helena menyukainya.

"Mari Putri, saya sudah menyiapkan air," Helena mengangguk dan membersihkan diri.

Helena menatap pantulan dirinya di cermin. Korset super ketat yang ia kenakan membuatnya kesulitan bernapas. Apalagi dengan gaun yang ia kenakan sekarang begitu berat.

"Cantik sekali.." puji Greena diangguki pelayan lainnya. Helena tersenyum terima kasih.

Memang hal satu ini tak diragukan lagi. Sejak kecil ia sudah memiliki paras yang cantik, tubuh menawan dan otak yang cerdas. Kemampuannya dalam beberapa bidang memang tak diragukan. Menari, bermusik dan berpuisi adalah keahlian khususnya. Tak heran kalau banyak yang memintanya untuk dijadikan istri baik dari kalangan bangsawan atas sampai kelas terendah. Namun, ayahnya, Carr selalu menolak. Alhasil hingga sekarang Helena masih sendiri.

****

Helena menunduk sedih. Ternyata maksud sang Ratu adalah acara pernikahannya. Bodohnya ia tak mengerti ucapan Queen Jenny waktu itu. Apa yang bisa ia perbuat sekarang. Ia sudah resmi menjadi istri Alfonso. Niatnya ingin kabur tapi terhalang dengan banyaknya pengawal yang sudah siap menjaganya. Belum lagi, dengan taring yang ada di gigi mereka membuat Helena bergidik. Andai saja ia bisa teleportasi, pasti ia sudah melakukannya sejak tadi.

Setelah dirinya resmi menjadi istri Alfonso, ia kemudian diboyong ke arah balkon. Langit sudah malam. Disisinya ada obor yang menyala sebagai penerangan. Betapa ingin pingsannya ia saat di luar istana banyak rakyat yang berkumpul.

Helena dipinta untuk meneteskan darahnya ke arah sebuah cawan emas berukiran cantik begitupula Alfonso. Saat itu dilakukan, Helena bisa melihat rakyat yang menatapnya nyalang dengan mata merah darah. Hal konyol lainnya adalah saat Alfonso menghisap darahnya untuk mengesahkan pernikahan. Tandanya ia sudah siap menjadi seorang ratu yang akan mengabdikan dirinya untuk sang raja dan rakyat.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang