28

2.6K 239 5
                                    

Helena melesat bersama Jasmine menuju tempat persembunyian Anne. Sebelum itu, ia sudah membuat mantra pelindung istana. Kali ini bukan dengan darahnya seperti saat itu. Helena cukup merapal mantra meski akibatnya sedikit menguras tenaganya. Mata Helena menatap luar istana. Para jendral menyiapkan pasukannya, sebagian prajurit sudah dikerahkan menjaga tempat di berbagai sudut istana sedangkan sang pemeran utama, pemimpin Hallstatt tampaknya masih mengadakan rapat bersama para petinggi kerajaan.

"Yang Mulia," panggil Jasmine dengan kepala menunduk. Helena menoleh dan mengangguk sekilas lalu memegang tangan Jasmine dan melesat dengan kekuatan vampire-nya.

"Dimana tempatnya?" Helena mengedarkan pandangannya ke sekeliling hutan terlarang. Tak menyangka jika Anne si peniru akan memilih hutan ini sebagai tempat tinggalnya.

"Mari Yang Mulia," kata Jasmine menuntun Helena agar lebih masuk ke dalam hutan. Tempat ini membawa kenangan buruk bagi Helena. Tempat dimana ia ditemukan oleh Zurich si pengawal Alfonso yang ingin menumbalkannya untuk sang raja.

Helena tidak bertanya lagi dan memilih diam sambil memperhatikan jalannya agar tidak tersandung. Tangannya memeluk erat perutnya untuk melindungi sang anak. Sunyi dan menyeramkan. Suara burung gagak mengisi kehampaan. Semua gelap. Tidak ada cahaya matahari yang tembus karena pohonnya yang tinggi dan lebat.

Hingga mata Helena menemukan suatu titik yang ia yakini tujuannya. Sebuah gubuk reyot dengan beberapa bagian yang rusak. Jika ada badai, Helena yakin gubuk itu hilang diterbang angin.

"Disini, Yang Mulia," kata Jasmine. Kemudian ia segera membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Kau?! Kurang ajar, kemana kau sialan?!" Helena memejamkan matanya sejenak ketika suara teriakan penuh amarah itu yang ternyata menyambut kedatangannya. Badan Jasmine gemetar ketakutan.

"Selow, peniru."

"Siapa kau?! Berani sekali kau Jasmine membawa makhluk lain kesini!" Anne kembali membentak.

"Jangan berteriak. Aku Helena Carter," kata Helena terlihat santai. Mata Anne memincing dengan tatapan penuh selidik.

"Aku kesini ingin mengajakmu bekerja sama."

Mendengar ucapan Helena, Anne tertawa mencemooh. "Kerja sama? Tidak ada gunanya bagiku."

Helena tersenyum kecil. "Tentu saja ada, Anne. Kau bisa membalas dendam pada teman sekaligus musuhmu itu, Amber."

Mendengar nama Amber membuat Anne tertarik. Oh ayolah, Helena sudah menduga jika Anne tidak akan menolak tawarannya. Jika Helena lihat, dendam Anne sangat besar. Keinginan membunuh wanita itu kuat. Terbukti hanya menyebut nama sang musuh saja sudah membuat Anne terpancing.

"Jangan sok tahu," ujar Anne sok tak peduli. Helena terkekeh.

"Tentu saja aku tahu, Anne. Amber adalah murid kesayangan Clara, aku sangat mengerti jika berada di posisimu. Dimata Clara, Amber adalah murid yang sempurna. Bahkan Clara mempercayai Amber untuk mempelajari sihir tingkat tinggi. Kemampuannya diakui, kemenangannya dipuji, sementara kamu sama sekali tidak dihargai."

Mata Anne berkilat tajam. "Tutup mulutmu!"

"Anne, aku kemari hanya ingin mengajakmu bekerja sama. Aku melawan Clara dan kamu melawan Amber. Bukankah menarik?"

Anne terdiam.

"Percayalah, aku ini penyihir murni kerajaan langit blasteran vampire."

"Bagaimana bisa?" Anne melotot.

Helena tersenyum tipis. "Tentu saja bisa, Anne. Apa yang tidak mungkin di dunia ini. Jadi, apa kamu mau bekerja sama?"

Anne tampak ragu. Matanya memindai Helena penuh ketelitian. Bisa saja jika Helena ternyata hanya memakai topeng untuk membunuhnya.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang