Semua sudah siap di posisi masing-masing. Begitupula Alfonso yang sudah berada di medan perang. Ia menatap dingin musuhnya yang baru saja sampai. Ralph menyeringai.
"Rupanya kedatangan kita telah ditunggu-tunggu," ujar Ralph mengejek sembari membungkuk. "Suatu kehormatan bagi kami."
Pasukan Ralph tertawa membuat keadaan semakin panas. Helena tak tinggal diam, ia lalu berlari menuju dimana Sara dan Ollie berada. Sesuai dengan rencana, fairy yang dihipnotis itu terpisah dari barisan dan mereka tidak menyadarinya.
"Yang Mulia, sepertinya fairy ini juga dikendalikan," kata Ollie merasa ada yang janggal dengan mereka. Pasalnya mereka hanya diam, tidak berbuat apa-apa.
Helena terdiam. Ia pun bingung mengapa jalan mereka semudah ini. Helena pun maju dan mencoba menyentuhnya namun apa yang ia dapat membuatnya tercengang.
"Ini hanya boneka," pekik Ollie ketika Helena membaca mantra pada fairy itu.
"Wah wah ternyata kalian mengetahuinya. Kalian pintar, tak sebodoh yang aku kira." Suara itu membuat mereka menoleh pada seseorang yang baru saja datang. Helena menatapnya datar berbeda dengan Amber yang wajahnya penuh jenaka.
"Wow, suatu kehormatan bagiku bertemu Anda, witch oh atau aku harus menyebut Anda siluman? Witch campuran vampire," Amber tertawa hingga matanya mengeluarkan air mata. Helena memejamkan matanya agar tidak emosi dengan perkataan wanita di depannya ini. Helena tahu bahwa ini hanyalah rencana Amber untuk memancing emosinya.
Namun, ternyata bukan Helena yang tersinggung tetapi justru Sara yang sekarang sudah melawan Amber membuat wanita itu tersungkur karena mendapat serangan tiba-tiba. "Oh, budaknya ternyata," kata Amber tersenyum membuat Sara terbakar emosi. Sara pun melanjutkan aksinya.
Helena menghembuskan nafas. Ia menatap medan perang dimana peperangan sudah dimulai. Helena berdoa semoga saja ramuan yang dibuat Judy itu memberi manfaat.
"Arghhhh," teriakan Sara membuat Helena kembali mengalihkan atensinya. Amber, wanita itu mengucap mantra penghancur membuat Sara terpental jauh. Melihat saudaranya, Ollie pun tak tinggal diam.
Helena kembali menghembuskan nafas. Tangannya terangkat membuat gerakan kecil dan menunjuknya pada Amber. Sekejap saja, Amber terbatuk darah. Amber membulat ketika ia lengah dengan kehadiran Helena.
"Lawanmu denganku, peniru!" Ujar Helena membuat Amber emosi. Apalagi Helena mengatakan kaumnya sebagai peniru. Oh, perempuan ini akan mati di tangannya. Liat saja!
"Menjauh Ollie sembuhkan Sara, bantu mereka disana," perintah Helena. Ollie pun segera melesat membawa Sara.
Helena kembali mengalihkan atensinya pada pesulap wanita. "Namamu Amber? Ehm kita belum berkenalan, bukan?" Tanya Helena yang justru kembali memancing Amber.
"Jangan banyak bicara! Kita selesaikan, ini witch!"
"Oooo ternyata kaum peniru sungguh tak sabaran," gumam Helena yang didengar oleh Amber. Tanpa pikir panjang, Amber melempari Helena dengan bola api. Namun, tentu saja Helena segera menghindar.
"Sebenarnya, Amber aku tidak tahu apa yang harus kita selesaikan. Jika kaummu itu tidak membuat kekacauan, aku tidak akan mengotori tanganku seperti ini," Helena kembali melempar Amber dengan bola api. Seakan mengejek Amber bahwa kekuatannya bukan apa-apa. Ia pun bisa bahkan lebih kuat dari peniru itu.
"Tenyata penyihir sepertimu lupa posisimu," Amber tertawa dengan tangan yang diam-diam membuat sebuah bola api. Helena tersenyum kecil, ia tentu saja tahu apa yang diperbuat Amber.
"Apa yang aku lupakan, Amber?" Helena meladeni perkataan Amber dengan pandangan was-was. Ia juga melihat sekelilingnya yang sudah menjadi lautan darah. Sekitar dua puluh kaki darinya, ada Alfonso yang masih menghalau gerakan Ralph. Alfonso masih bisa bergerak walaupun beberapa luka sudah mulai melukai tubuhnya.
Mata Helena terbelalak bahwa bola api yang dibuat oleh Amber ternyata ditujukan pada Alfonso yang tidak tahu apa-apa. Lelaki itu masih fokus menyerang Ralph. Bola api itu kian lama kian membesar dan bisa dipastikan siapapun yang terkena bola itu bisa tewas di tempat. Amber tentu saja sudah menaruh mantra disana.
"Awas!" Teriak Helena berlari dengan kecepatannya. Alfonso menyadari Helena yang mendekat dan wanita itu langsung menahan serangan bola api. Lengah, Alfonso tidak menyadari Ralph dan beberapa prajurit menghantam tubuhnya.
Alfonso tersungkur. Kemarahan mulai menyelimutinya. Belum lagi, melihat Helena yang sekuat tenaga menghalau bola api itu membuat tubuh Helena lemas.
"Arghhhh," teriakan Amber membuat Helena mengernyit. Pasalnya bola api yang ia tahan ternyata melukai sang pemilik. Disana Ollie dengan cermin di tangannya menyeringai senang.
Melihat Amber yang terluka parah, Ralph berlari ke arahnya. "Amber!"
Amber melenguh kesakitan. "Wanita itu!" Geramnya.
"Ayo, kita pergi dari sini," ujar Ralph yang tidak bisa melanjutkan peperangan tanpa Amber. Ia pun menarik pasukannya.
"Kita belum selesai, Vampire. Aku akan kemari dengan dendam yang lebih besar! Tunggu pembalasanku," ujar Ralph. Ia tersenyum melihat Helena. "Witch, kamu harusnya tidak ikut campur. Ingatlah posisimu!"
Alfonso geram hendak melawan Ralph namun tangannya dipegang oleh Helena. "Dan kamu! Tunggu pembalasanku, aku akan menghancurkan dirimu sialan!" Ralph menatap Ollie emosi. Melihat itu, Ollie merasa sakit hati. Apakah Ralph sama sekali tidak mengingatnya? Namun, sebisa mungkin ia tidak menunjukkan perasaannya. Ollie menyeringai. "Aku menunggu hari itu, serigala!"
Mata Ralph menggelap. Andai saja Amber tidak terluka parah, ia pasti akn menghabisi semuanya. Namun, Ralph tidak ingin gegabah. Apalagi dengan adanya Helena tentu saja akan menyulitkan mereka. Dengan dendam membara, Ralph dan pasukannya segera pergi.
Ollie menghampiri Helena yang terbaring lemas. Amber tentu saja tidak bisa diremehkan. Kekuatan Amber tidak selemah yang ia kira. Jika saja ia tidak menyerang diam-diam pastilah Helena akan lebih parah dari ini.
"Yang Mulia Ratu," panggil Ollie.
"Helena," panggil Alfonso. Helena tersenyum lirih meski sekarang dadanya terasa sakit.
"Bawa Helena ke dalam, Al," ujar Ollie yang tak tega melihat Helena. Tanpa menunggu lama, Alfonso membawa Helena ke istana setelah memberi perintah pada jenderalnya untuk mengurus prajurit yang terbunuh.
"Judy!" Teriak Alfonso.
"Tidak usah, Yang Mulia. Aku hanya perlu istirahat," ujar Helena menolak. Alfonso tidak mendengarkannya apalagi melihat wajah Helena yang pucat.
"Yang Mulia Raja, hamba datang," ujar Judy menunduk.
"Periksa Helena, Judy!" Judy pun segera memeriksa ratunya. Dengan jantung berdebar, takut kalau Alfonso membunuhnya karena melakukan kesalahan, Judy memeriksa Helena dengan teliti. Wajahnya mengernyit ketika merasakan sesuatu yang lain.
"Ada apa, Judy?" Tanya Alfonso yang melihat raut wajah Judy yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.
"Sepertinya, Yang Mulia Ratu....."
"Kenapa?" Tanya Alfonso mendesak. Ia melihat Helena yang tertidur.
"Yang Mulia Ratu sedang mengandung, Yang Mulia."
Alfonso diam. Raut wajahnya tanpa ekspresi membuat Judy bingung bagaimana perasaan rajanya. Sulit ditebak.
"Keluar!" Tanpa membantah, Judy segera keluar sebelum ia dibunuh oleh Alfonso. Setelah kepergian Judy, Alfonso menatap Helena dalam.
"Anak ini....."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen And The Dark
Fantasy[TAMAT] Helena adalah harapan orang tua dan rakyatnya agar bisa membebaskan mereka dari kaum penghisap darah menjijikan itu. Namun, takdir berkata lain. Helena dengan mudahnya tertangkap dengan makhluk yang amat dibencinya. Sedang mencoba membuat...