27

2.6K 254 3
                                    

Mayat-mayat itu berserakan mengotori wilayah perbatasan barat Hallstatt. Alfonso menyeringai dengan pedang berlumuran darah di tangan kanannya. Ia mendekati salah satu mayat yang kepalanya terpenggal dan lidahnya menjulur keluar. Dengan tak berperasaan, Alfonso kembali menghunus dada mayat itu lalu mengoyaknya hingga terlihat organ-organ dalamnya. Alfonso mengambil jantung mayat tersebut dan melihatnya dengan mata merah darah miliknya. Inilah akibatnya jika Ralph masih melawannya.

Scott yang melihat rajanya berbalik setelah membuang asal jantung mayat tersebut pun mendekat. “Biarkan mayat itu disana, Ralph pasti datang dan melihatnya,” kata Alfonso menyeringai. Ia pun melesat pergi seperti desingan angin meninggalkan Scott yang menjalankan perintahnya.

Helena mengernyit ketika melihat suaminya yang pulang dalam keadaan kotor. Bukan karena bermain tanah, tapi sepertinya raja kejam nan keji itu sedang bermain-main dengan darah, membunuh nyawa makhluk hidup—entah siapa---tanpa belas kasihan. Alfonso melenggang masuk ke kamar khususnya tanpa menatap ke arah Helena. Melihat itu, Helena pun membuntuti dari belakang.

“Al.”

Helena mendelik kesal. “Alfonso!”

Lagi-lagi Alfonso mengabaikannya. Kesal, Helena merapal mantra. “Rottura.”

Vas bunga yang ada di dekat Alfonso pecah. Ia menghadap Helena yang menatapnya tajam. “Ada apa?” tanyanya datar.

Dada Helena bergemuruh. “Ada apa?” ulang Helena tak percaya dengan Alfonso saat ini. Apa ia melakukan kesalahan?
Distrutto,” gumam Helena membuat beberapa barang disana hancur. Pecah berserakan.

“Apa-apaan kau ini?” Mata Alfonso berkilat tajam.

“Kau yang apa-apaan, hah?!”

Alfonso menghembuskan nafas kesal dan berbalik membuka lemari. Namun, Helena menutup lemari itu dengan kasar. “Ada apa denganmu, Helena?” bentak Alfonso.

Helena terkejut. Ia mundur perlahan menatap Alfonso dengan pandangan terluka. Kedua matanya yang hijau muda berubah. Tanpa berkata apa-apa, Helena pergi meninggalkan Alfonso yang terdiam di tempatnya.

Suara pintu terbanting membuat Alfonso tersadar. Apa yang sudah ia lakukan? Harusnya ia tidak melampiaskan kekesalannya pada Helena. Masalah Ralph cukup membuat emosinya berubah-ubah.

Alfonso menghela nafas lalu pergi membersihkan diri. Biarlah, setelah ini ia akan menemui istrinya.

Helena menghapus air mata yang tak berhenti mengalir. Alfonso berubah. Pria itu berubah seperti awal membuat hati Helena sakit. “Yang Mulia, Anda baik-baik saja?” tanya Acqua yang melihat Helena menenggelamkan wajahnya di tumpukan bantal meredam tangisnya.

“Pergi, jangan ganggu aku, Acqua,” kata Helena. Acqua memandang majikannya sedih dan langsung pergi. Helena masih menangis. Kenapa ia bisa secengeng ini sekarang? Bahkan Alfonso dulu memperlakukannya lebih dari ini.

“Helena, maafkan aku,” Helena terkejut. Ia semakin menenggelamkan wajahnya.

Alfonso mengangkat tubuh Helena hati-hati. Meski terkejut, Helena tidak bergeming. Ia menutup rapat wajahnya dengan kedua tangan.

"Sayang..."

Helena jangan luluh!

"Sayang, maafkan aku. Aku hanya kesal dan lelah," kata Alfonso lembut. Well, ini pertama kalinya Alfonso meminta maaf. Dulu, ia benar-benar tidak peduli jika ia menyakiti orang lain. Tapi sekarang? Bahkan Alfonso harus mengemis untuk membujuk istrinya.

Alfonso berusaha melepaskan tangan Helena yang menutupi wajahnya namun dengan sekuat tenaga Helena menahan. "Sayang, nanti kamu susah bernafas."

Alfonso kembali mencoba dan berhasil. Namun, Helena dengan cepat langsung menyembunyikan wajahnya di dada Alfonso. Ia enggan dan rasa kesalnya pun tak kunjung hilang.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang