Helena dibantu oleh Mrs. Grette membersihkan rumah kacanya. Meskipun ia bisa memerintahkan, namun rasanya berbeda jika ia yang melakukannya sendiri. Mrs. Grette sudah sedari tadi memohon agar Helena diam saja, memperhatikan, dan memberi perintah lalu ia akan dengan senang hati melaksanakan. Namun, Helena tetap Helena, si wanita keras kepala.
"Growsio," gumam Helena mengucap mantra. Tiba-tiba bunga yang tadinya layu menjadi hidup kembali. Kini rumah kaca itu terlihat semakin menarik sama seperti awal. Helena berjalan ke arah lemari yang menyimpan berbagai peralatan teh miliknya. Helena mengambil daun teh yang sudah ia minta dari Emy dan mulai mengolahnya. Gerakannya elegan, tidak terburu-buru dan pandangan Helena yang terlihat serius membuat siapa saja mengakui kecantikan penyihir itu.
Helena mempesona. Kecantikannya mampu membuat sebuah kerajaan runtuh. Tidak ada yang menyainginya. Semua orang iri padanya apalagi orang yang memang dari awal tidak suka padanya. Dengki, iri, dan penyakit hati lainnya mungkin semakin bertambah di hati para pembencinya. Namun, mereka tidak memiliki kuasa. Tidak berani membuat sang penyihir marah. Terlalu berbahaya, sama saja mengantarkan nyawanya pada kematian.
Mrs. Grette saja yang berada di dekat sang ratu merasa tersingkir, ah bukan lebih tepatnya minder. Tubuhnya kurus dan ringkih tidak sebanding dengan tubuh Helena yang mampu membangkitkan gairah lelaki. Belum lagi dengan kekuatan yang dimiliki, melihat Helena mampu menghidupkan kembali tumbuhan, ia yang wanita tua pun masih ternganga takjub. Betapa sempurnanya wanita itu.
"Yang Mulia, saya ti----" ucapannya terhenti ketika Helena menatapnya tajam.
"Nikmatilah, Mrs. Aku tidak menerima penolakan," kata Helena melirik Mrs. Grette dan cangkir teh yang tersaji di depan wanita tua itu. Mrs. Grette menghela nafas berat, sungkan ketika majikannya, ratu Hallstatt menyajikan ini padanya. Mrs. Grette benar-benar terharu.
"Enak sekali," komentar Mrs. Grette ketika cairan berwarna hijau dengan suhu hangat dan aroma enak yang memberi efek menenangkan itu masuk ke tubuhnya, terasa hangat.
"Yang Mulia, maaf menganggu. Lady Charlotte dan Lady Harley berkunjung," pemberitahuan pengawalnya---Charles---membuat perhatian keduanya menoleh ke arah pintu. Benar saja, dua lady cantik itu ada di sana dengan penampilan 'istimewa' mereka.
Lady Charlotte terlihat cantik dan manis secara bersamaan, apalagi gaun berwarna biru bergradasi merah muda jambu yang membalut tubuhnya, begitu serasi dan menarik sedangkan Lady Harley, lady yang ja selamatkan dulu saat di pesta ketika semua orang disana menggosipkan suaminya---suami lady Harley---yang katanya berselingkuh dengan sahabatnya itu terlihat anggun dengan gaun sederhana berwarna biru dongker dengan sedikit aksen bunga-bunga di bagian bawah dress. Helena berdiri menyambutnya, entu saja ia senang dengan kedatangan keduanya. Mrs. Grette pun berdiri dan memberi salam.
"Kalian tidak mengatakan jika ingin ke rumah kaca milikku," sambut Helena yang ditanggapi kekehan keduanya.
"Saya memberi kejutan kepada Anda, Yang Mulia." Helena mengangguk mengiyakan. Ia menatap dari atas sampai bawah pada Lady Harley yang tersenyum kikuk padanya.
"Bagaimana bisa kalian datang bersamaan?"
Lady Harley meringis. "Kami tidak sengaja bertemu saat hendak kemari, Yang Mulia."
"Ayo masuk," ajak Helana. Lady Harley terpana, ini pertama kalinya ia datang untuk memenuhi ajakan Helena dulu di pesta.
"Indah sekali," gumam Lady Harley. Helena tersenyum. "Terima kasih, Lady Harley."
Helena meminta Mrs. Grette untuk menuangkan teh ke cangkir tamunya. Lady Charlotte merasa senang karena bisa merasakan teh itu kembali sedangkan Lady Harley memejamkan matanya merasakan kenikmatan teh yang sepertinya baru ia minum, berbeda dari teh biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen And The Dark
Fantasy[TAMAT] Helena adalah harapan orang tua dan rakyatnya agar bisa membebaskan mereka dari kaum penghisap darah menjijikan itu. Namun, takdir berkata lain. Helena dengan mudahnya tertangkap dengan makhluk yang amat dibencinya. Sedang mencoba membuat...