3

4K 350 3
                                    

Helena harusnya sekarang sudah berlari kabur dari tempat ini bukannya berjalan anggun menuju ke ruang makan ditemani Emy dan Greena seperti ini. Kalaupun ia nekat melarikan diri, Helena yakin ia bisa tertangkap dengan mudah dan bisa dijadikan tahanan di penjara bawah tanah atau yang lebih mengerikan lagi kepalanya terpenggal dari tubuhnya. Helena tak bisa membayangkannya dan lebih memilih seperti biasa sambil menyiapkan strategi.

"Silahkan, Nona." Pengawal yang ada di depan ruang makan membukakan pintu sehingga terlihat ruang makan yang mewah dan elegan.

Emy menarik kursi untuk ia tempati dan mulai menyajikan makanannya.

Helena bergidik jijik ketika melihat ada beberapa daging merah dan minuman yang Helena yakin itu adalah darah. Warna merah pekat dan kental. Menjijikan.

"Terima kasih,"u cap Helena. Ia hanya menatap makanannya tak berminat. Nafsu makannya hilang ketika melihat makanan menjijikan itu di depannya.

"Nona, silahkan dimakan," ucap Greena. Helena tetap tak bergeming.

Helena bisa merasakan ada seseorang yang duduk di depannya. Penasaran ia pun mendongak dan melihat mata sepekat darah nyalang menatapnya. Wajahnya tampan dan tubuhnya pun proporsional. Alisnya yang tebal membuat kesan menyeramkan. Rambutnya berwarna cooper brown dan tebal. Kalau saja mata itu tidak berwarna merah bisa ia pastikan mungkin ia jatuh cinta pada pemuda di depannya ini.

"Kau siapa?" tanya orang itu berat penuh penekanan. Hawa di ruangan itu mencekam membuat dada Helena dan yang lainnya sesak.

"Tu..a..n.." ucap Rose terbata-bata.

Orang itu menoleh menatap ketua pelayan di istananya meminta penjelasan. Melihat pelayannya yang kesusahan ia pun mengatur hawa tubuhnya hingga membuat mereka yang disana bisa bernafas lega.

"Saya tidak tahu Yang Mulia, Tuan Zurich yang meminta saya untuk melayani Nona ini agar bisa dibawa kehadapan Yang Mulia," ucapnya takut.

"Untuk apa?" Tanya pria itu yang dipanggil Yang Mulia.

"Saya tidak tahu Tuan," jawab Rose takut. Ia menundukkan kepalanya tak berani menatap raja.

Alfonso Collin Carter. Dialah Raja Vampire di negeri ini. Raja yang terkenal dingin dan kejam. Tak memandang orang ataupun usia jika ia hendak membunuh. Semua kuasa ada di tangannya. Berani menentangnya, rasakan sendiri akibatnya.

"Panggil Zurich ke ruangan saya," kata Alfonso tajam lalu pergi meninggalkan ruang makan tanpa menatap Helena lagi.

Helena memandang punggung tegap pria itu yang sekarang menghilang dengan cepat menggunakan kekuatannya.

Benar-benar menjijikan.

"Siapa dia?" tanya Helena yang sudah bisa menguasai dirinya.

"Yang Mulia Raja Alfonso, Nona." Helena melotot tajam. Diakah raja yang membunuh keluarga dan rakyatnya? Kurang ajar.

"Nona.." panggil Rose pelan.

"Aku akan kembali ke ruanganku," ucap Helena lalu pergi meninggalkan ruang makan masih dengan pikiran dan hujatan yang ia layangkan untuk pria tadi.

Ruanganku? Ini gila. Bahkan sekarang ia sudah menganggap istana ini sebagai tempatnya.

****

Zurich melesat masuk ke ruangan raja. Disana Alfonso duduk tenang dengan hawanya yang mencekam. "Yang..Mu..lia.."

Alfonso mendongak. "Katakan apa maksudmu Zurich?" tanyanya tenang.

"Yan..g..Mu..lia..to..long..le..pas..kan..saya," ucap Zurich terbata-bata.

Alfonso yang menanti penjelasan pun menurunkan hawanya untuk membuat Zurich--pengawal kerajaannya-- berbicara.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang