5

3.5K 285 2
                                    

Helena mulai meracik obat. Seharusnya dengan posisinya sebagai ratu, ia tak perlu repot-repot. Ia tinggal meminta kepada tabib untuk membuatkannya. Hanya saja masalahnya ini menyangkut tentang kerajaan ke depannya. Mana mau tabib itu melakukan hal yang merugikan dirinya dan kerajaan nantinya? Oleh karena itu, Helena lebih memilih membuatnya sendiri.

Bekas luka akibat tamparan dan perbuatan Alfonso tadi malam, belum sepenuhnya hilang. Untunglah ia sudah menguasai mantra penyembuh luka walaupun itu hanya berlaku untuk luka kecil saja. Apalagi menurut analisanya, rasa sakitnya tidak ada cuma tersisa memar dan lecet sedikit saja. Helena yakin ini merupakan salah satu kelebihan vampire.

Helena mulai mencampurkan beberapa bahan agar pas menjadi ramuan nantinya. Ia memang pandai dalam beberapa bidang termasuk kesehatan. Tak salah kalau orang tuanya selalu mengurungnya di istana. Untuk mengusir kebosanannya, Helena juga sering menyendiri di perpustakan kerajaan untuk membaca. Meskipun ibu dan pengasuhnya sering melarangnya karena menganggap apa yang ia lakukan bukan sikap yang baik untuk seorang wanita sepertinya. Terlebih dirinya adalah seorang putri.

Menurut mereka, wanita hanya perlu mahir dalam urusan berdandan dan mengurus suami agar mereka senang. Pendidikan dan apapun itu tak penting karena nantinya mereka pun hanya menghabiskan waktunya untuk mengurus keluarga. Ini yang sebenarnya tidak disukai Helena karena kaum wanita dianggap masih rendah dan lemah. Mereka hidup di bawah ketiak suaminya. Apa yang dikatakan suaminya itulah yang akan mereka lakukan. Mereka hanya mengangguk menyetujui semua perkataan suami tanpa bantahan. Bukankah itu sangat bodoh?

Untunglah dengan mahirnya ia bersembunyi dan menyelinap diam-diam, ia bisa membaca buku. Ini merupakan hal yang tak lazim untuk wanita sepertinya. Bagi mereka, ini sudah melanggar tata krama. Membaca dan menulis adalah urusan pria, wanita tak perlu mencampurinya. Itulah mengapa banyak wanita yang buta huruf dan terbatas untuk mengenali dunia. Bukankah itu pemikiran yang sempit?

Helena menatap ramuan obat yang sudah ia buat. Ia juga merapal mantra perbaikan agar nantinya obat itu memperbaiki kalau-kalau obatnya nantinya bereaksi lebih. Helena tersenyum dan kembali ke kamar. Ia menyembunyikan botol kecil itu di kantong bajunya agar tak ketahuan.

Di luar sudah ada Emy dan Greena yang tadi ia suruh untuk menunggu di luar. Sebenarnya ia penasaran dengan Emy dan Greena. Apakah mereka juga vampire ataukah manusia atau makhluk immortal lainnya? Ia ingin mengetahuinya namun belum sempat bertanya.

Ketika ia berjalan di koridor, seseorang menabraknya membuat ia harus jatuh tersungkur di lantai. Emy dan Greena dengan sigap membantunya. Helena melihat siapa yang membuatnya jatuh ternyata itu Alfonso yang sedang terburu-buru. Helena melotot ketika ingat sesuatu. Bukan Alfonso yang ia khawatirkan tapi botol kecil yang berisi ramuan yang ia buat tadi. Helena meraba kantongnya takut-takut benda kecil itu tidak ada.

Helena gelisah dan menatap lantai siapa tahu benda itu jatuh disana.

"Kau mencari ini?" Tanya Alfonso mengangkat botol hijau kecil di depannya.

Helena menatap tak percaya. Kenapa botol itu bisa ada di tangan Alfonso?

"Yang Mulia, maafkan hamba tapi Anda sudah di tunggu oleh Pangeran Arkin," kata pegawal kerajaan tertinggi.

Alfonso tak bergeming dan menatap Helena. "Tinggalkan kami sebentar." Mereka pun mundur teratur dan menyisakan mereka berdua.

"Kembalikan," ujar Helena berani.

Alfonso mengerutkan alis bingung dan memandang Helena tajam. Memangnya apa yang wanita itu takutkan dari botol kecil ini. Tanpa mengindahkan ucapan Helena, ia pun membuka dan mengendusi isi botol.

Prang!!!

Botol itu dihempas ke lantai hingga isinya berceceran ke luar. Helena melotot tajam. Ia sudah menguras tenaga dan pikirannya untuk membuat sebotol obat pencegah kehamilan tapi Alfonso membuangnya begitu saja.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang