2

4.8K 371 11
                                    

Helena mengerjapkan matanya pelan. Pusing yang menderanya perlahan menghilang. Helena mengedarkan pandangannya menatap tempat dimana ia berada sekarang.

Sebuah kamar dengan pencahayaan minim sehingga terlihat menakutkan. Di sisi ranjang ada sebuah lilin kecil sebagai penerangannya. Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana buruknya tempat ini hingga tidak pantas untuk disebut sebagai kamar. Kamar yang Helena tahu adalah tempat yang nyaman dan menenangkan. Nyaman untuk beraktivitas ataupun untuk sekedar tidur. Tapi apa dengan kamar ini? Kamar ini lebih pantas disebut gudang tetapi bedanya disini ada kasur. Kasurnya saja tak empuk, baunya tak enak dan gelap. Helena beranjak dari kasur menuju pintu karena itu adalah jalan keluar satu-satunya. Kamar ini hanya memiliki satu jendela yang letaknya sangat tinggi dan kecil. Pastinya ia akan menyiksa dirinya sendiri jika tetap lewat melalui jendela itu.

Helena mengintip keluar memastikan keadaan aman. Helena yakin ia berada di istana dimana vampire tadi membawanya. Setelah yakin tak ada siapapun di luar, Helena segera berlari pergi. Sesekali ia melihat ke belakang memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Helena bingung. Sedari tadi ia tidak menemukan dimana pintu keluarnya. Daritadi ia hanya berputar di situ-situ saja hingga membuatnya kelelahan sendiri. Helena terduduk lemas dan menyandarkan tubuhnya ke dinding.

"Aku akan membawa gadis itu kehadapan Raja secepatnya," ujar seseorang dengan tawa menggelegar. Tubuh Helena bergetar dan merapatkan tubuhnya ke dinding. Sedemikian rupa agar ia tak terlihat. Helena beruntung karena tidak ada cahaya sehingga ia bisa menyembunyikan dirinya.

"Lostasio," gumam Helena pelan agar baunya tidak tercium.

"Gadis itu memiliki aura tersendiri dan aku bisa merasakannya. Ia bisa menjadi umpan yang pas untuk raja," ujar orang itu dengan penuh analisa menakjubkan.

"Kau yakin? Dia gadis yang cantik."

"Aku tak pernah seyakin ini. Aku tahu dia gadis yang cantik, jika kau melihatnya aku yakin kau akan mengigit bibirmu sendiri. Apalagi kalau kau melihat matanya tadi."

"Memangnya kenapa dengan matanya?"

"Matanya berwarna hijau muda. Aku tak pernah melihat orang memiliki mata secantik itu. Kau tahu saat aku membawanya pergi, dia bisa melepaskan diri dengan mudah."

"Benarkah?! Bagaimana bisa?"tanya lawan bicara penasaran.

"Aku tak tahu yang pasti ia bisa melepaskan diri. Kurasa dia bukan gadis biasa dan aku akan menyerahkannya untuk raja kita," kata orang itu yang samar-samar bisa di dengar oleh Helena.

"Apa keuntungan yang kau dapat?"

"Tentu saja banyak. Seperti yang kubilang, gadis itu cantik dan unik. Aku bisa mendapat pelayanan yang bagus jika Raja benar-benar tertarik dengan gadis itu," katanya lagi penuh keoptimisan sedangkan lawan bicaranya hanya mengedik.

"Ya semoga saja."

Dirasa orang-orang itu sudah jauh, Helena kembali melanjutkan tujuannya. Kali ini ia berjalan santai namun penuh kewaspadaan. Meskipun istana ini gelap tapi ia bisa melihat jalan di depannya dengan mudah. Salah satu kelebihan dari matanya yang orang lain agungkan.

"KAU CARI DIA DI SANA!!! BERANI SEKALI DIA PERGI!! AKAN KUBUAT DIA MENYESAL!!!!!!" ucap seseorang dengan suara menggelengar. Kaki Helena gemetar. Ia takut kalau orang itu mencari dan menemukannya. Sekuat tenaga Helena berlari dan sesekali bersembunyi di balik tembok. Merapatkan tubuhnya dengan dinding dan menutup mulutnya agar suara nafasnya tak terdengar. Helena lelah. Wajahya penuh dengan keringat dan rambutnya pun berantakan. Penampilannya benar-benar memalukan.

Disaat seperti ini harusnya Helena mengeluarkan kekuatan witch-nya. Namun lagi lagi masalah waktu. Belum saatnya ia tumbuh menjadi witch sempurna. Ia harus menguasai beberapa elemen terlebih dahulu. Dari enam elemen hanya dua yang mampu dikuasai Helena dengan baik. Dari tujuh belas mantra utama hanya tiga yang bisa ia kendalikan. Masih banyak yang perlu ia lakukan untuk menjadi witch sesungguhnya.

Queen And The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang