1.7

128 11 0
                                    

Kyiara.

Bukannya senang karena sudah bisa masuk sekolah, gue justru malah cemberut bete. Mood gue lagi hancur. Entah apa alasannya. Pokonya, gue hari ini lagi malas untuk bertemu Grayson.

Perkataan Lily kemarin sore masih terngiang di pikiran gue. Sedari kemarin gue terus-terus kepikiran ucapannya Lily yang sebenarnya nggak penting itu.

Gue bingung. Apa iya, gue harus menjauhi Grayson hanya karena gue merasa, gue bukan tipenya Grayson banget. Betul apa yang di katakan Lily. Sebenarnya, nggak ada yang bisa di banggain dari diri gue. Gue nggak cantik. Dan gue nggak tinggi-tinggi banget. Gue amat sangat jauh dari kata sempurna.

Pukul sembilan lewat sepuluh menit. Gue masih asik duduk di kantin sambil menikmati kentang goreng yang udah gue kangenin dari kemarin. Gue istirahat sendiri. Nggak sama Nessie.

Nggak ada yang bisa gue ajak ngobrol. Rasanya sepi, dan aneh banget. Gue nggak biasa istirahat sendiri.

Dari sini, gue bisa mendengar suara seseorang yang memanggil nama gue. Tapi, gue mencoba untuk tetap diam, dan berpura-pura nggak mendengar. Namun, sampai akhirnya gue melihat sosok Grayson yang sudah duduk manis di depan gue sambil tersenyum manis. Dan tiba-tiba, debaran jantung gue mendadak berdetak nggak karuan. Gue menjadi salah tingkah ketika di tatap sama orang yang gue suka.

Demi apapun, gue bingung harus apa sekarang. Tiba-tiba aja suasananya berubah menjadi canggung. Grayson hanya menatap gue dengan tatapan bahagia. Sedangkan gue, sedang merasakan debaran jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Desiran darah di dalam tubuh terasa berjalan sangat cepat. Dan gue mendadak kaku di depannya.

"Hai," kata pertama yang terucap dari mulut Grayson.

Dengan gugup gue menjawab, "Hai," gue tersenyum. Walaupun senyumnya sangat terlihat kaku.

"Sendirian aja? Nessie mana?"

"Nggak tau tuh. Dari tadi gue nggak ngeliat dia." jawab gue jujur. Karena memang sedari tadi gue nggak melihat kehadiran cewek itu.

Grayson hanya mengangguk tanda mengerti. "Udah sekolah aja. Emangnya udah sembuh?" tanya nya dengan alis yang di angkat sebelah.

Aduh ya Tuhan. Ini jantung berdetak cepet banget. Padahal cuma di tatap seperti itu.

"U-udah lha."

"Bagus deh kalo udah sembuh." gue cuma tersenyum menanggapi ucapannya itu.

"Oh iya. Lo bawa mobil?" tanya Grayson tiba-tiba.

Gue menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Pulang sama siapa?" untuk yang kedua kalinya gue menggelengkan kepala.

"Yaudah, nanti pulangnya bareng gue aja, ya?" gue diam sebentar untuk berpikir.

"Kalo diem tandanya iya." sambung Grayson tiba-tiba. "Pokonya nanti pas pulang gue tunggu di parkiran ya," gue menganggukan kepala patuh.

"Oke. Kalo gitu, gue mau ngumpul dulu sama anak-anak." Grayson bangun dari posisi duduknya. Ia bersiap-siap untuk meninggalkan kantin.

"See you." ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut gue.

"See you."

🍦🍦🍦

Grayson.

Saat di perjalanan pulang, Kyiara lebih banyak diam. Gue merasa ada sesuatu yang sedang dia tutupi dari gue.

"Kenapa sih?" gue memberanikan diri untuk bertanya.

"Hah?"

Gue mendengus pelan, "Kamu kenapa?" tanya gue lembut.

"Eng-gak kenapa-napa, hehe."

"Beneran?" Kyiara mengangguk.

"Tapi gue merasa lo beda."

Kyiara diam selama beberapa detik sambil mengerutkan kening. "Beda? Beda apanya?" tanya dia bingung.

"Gue merasa hari ini lo itu lebih banyak diemnya." kata gue agak jengkel.

"Lho, bukannya emang dari dulu gue kayak gini? Lebih banyak diam, dari pada ngomongnya kalo lagi sama lo?"

"Enggak. Sebelumnya kita udah deket banget."

"Deket apa si Gray?" intonasi suaranya naik satu oktaf.

"Kita itu udah mulai deket, Kyiara." ucap gue dengan penuh penekanan. " Sebelumnya lo emang pendiem banget kalo lagi sama gue. Tapi, gue mulai merasa, seiring berjalannya waktu, lo udah mulai berubah. Kalo ketemu gue, lo udah nggak segugup waktu pertama kali kita ketemu."

Gue menjeda. Kyiara diam mendengarkan.

"Ada sesuatu yang lagi lo tutupin dari gue ya?"

🍦🍦🍦

Kyiara.

Jauhin Grayson.

Untuk yang kesekian kalinya dalam sehari, gue mendapatkan pesan dari nomor yang nggak gue ketahui. Semua isi pesan yang di kirimkan oleh orang itu sama semua. Dia meminta gue untuk menjauhi Grayson.

Awalnya gue nggak terlalu peduliin isi pesan itu. Tapi, lama kelamaan gue merasa seperti sedang di terror. Gue jadi takut.

Jauhin Grayson

Ponsel gue kembali menyala. Pesan dari orang asing itu muncul kembali. Gue mendengus pelan. Gue bingung, dia bisa dapet nomor gue dari mana? Perasaan yang tau nomor ponsel gue itu cuma orang-orang terdekat aja.

Kalo lo masih belom mau jauhin Grayson, lo bisa tanggung sendiri akibatnya

🍦🍦🍦

A/n: aku minta maaf kalo part ini ga jelas. Karena ga di baca ulang. Dan ngetiknya sambil ngantuk-ngantukan😂 hehe.

First Love | Grayson DolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang