2.2

98 6 0
                                    

Kyiara.

"Gue suka sama lo," mata gue melebar dan jantung gue sempat berhenti berdetak selama beberapa detik, "Lo mau jadi pacar gue?" deg. Bukannya seneng karena di tembak Grayson, justru gue malah merasakan sesak mendengar pengakuan itu.

Kenapa dia mesti menyatakan cinta di saat gue ingin menjauhinya?

Gue kelagepan nggak jelas setelah mendengar pengakuan itu. Gue langsung menjatuhkan garpu dan pisau tersebut di atas meja dan gue langsung membuang tatapan ke arah lain. Gue nggak berani untuk menatap Grayson.

Dari sini gue bisa merasakan kalau Grayson sedang mengernyitkan keningnya melihat tingkah laku gue yang mendadak berubah nggak jelas.

Gue megedarkan pandangan ke arah sekitar sambil meminum jus jeruk yang isinya tinggal setengah. Saat gue sedang menatap sekitar, nggak lama pandangan mata gue menangkap satu sosok misterius yang sedang menatap ke arah gue. Dia berada di luar restaurant, berdiri di dekat jendela.

Orang itu mengenakan jubah panjang. Sehingga gue nggak tau siapa orang di balik jubah tersebut.

Dan tiba-tiba manusia aneh tersebut mengeluarkan secarik kertas dari kantung jubahnya yang berisi tulisan 'Jauhi Grayson'. Deg. Jantung gue hampir berhenti berdetak, tangan gue dingin dan sempat gemeteran. Itu orang yang sering meneror gue setiap hari.

Gue langsung nggak nyaman, duduk pun gue merasa gelisah. Grayson yang melihat gelagat aneh gue dia pun juga ikut-ikutan bingung melihatnya. Beberapa kali Grayson menegur dan bertanya ada apa. Tapi gue terus meyakinkannya kalau gue nggak kenapa-napa.

"Serius? Kok kelihatannya gelisah banget?" dari raut wajahnya Grayson terlihat kebingungan.

"I-iya. Nggak apa-apa kok," jawab gue bohong.

"Ra, sumpah lo kenapa sih? Jangan bikin gue bingung. Lo kenapa?" Grayson terus mendesak gue dengan pertanyaan semacam itu, "Lo nggak nyaman di sini?"

"Enggak kok,"

"Kalo nggak nyaman kita bisa pulang sekarang. Atau pergi ketempat lain."

"Enggak usah."

Grayson menarik nafasnya pelan lalu di hembuskannya lewat mulut. Kemudian tangan kanannya terulur kedepan untuk menggenggam tangan gue yang dingin. Seakan-akan dia memberikan gue kekuatan. Dia berusaha menenangkan.

"Ayok kita pulang."

🍦

Selama di mobil menuju perjalanan pulang, gue masih aja ngerasa ketakutan, gue masih merasa gelisah. Beberapa kali pula gue menengok ke arah spion untuk melihat apakah orang aneh itu mengikuti gue atau enggak.

Tangan gue udah dingin karena ketakutan, jantung gue berdegup nggak karuan. Gue takut kalo orang aneh itu mengikuti gue sampai ke rumah. Gue takut dia melakukan hal-hal yang bukan manusiawi ke gue.

Gue termenung menatap ke arah jalan yang ramai. Lampu-lampu kendaraan para pengemudi menyala menghiasi suasana malam yang gelap. Langit mendung bertanda akan turun hujan.

Bokap-nyokap gue nggak ada di rumah. Mereka sedang pergi keluar kota karena pekerjaan. Gue sendirian di rumah, dan gue ketakutan. Pengennya sih ngajak Nessie menginap di rumah gue untuk malam ini. Tapi, perempuan itu sedang menghadiri acara keluarga. Gue nggak tau mau minta temenin sama siapa.

Apa iya, gue minta Grayson untuk menginap di rumah gue malam ini? Nggak! Rasanya gila.

"Ra," Grayson menegur gue yang sedari tadi bengong. Gue menatapnya selama beberapa detik, setelah itu gue kembali menatap ke arah jalan.

"Lo kenapa sih? Kenapa sikap lo mendadak berubah kayak gini?" gue masih diam. "Bilang aja ke gue, Ra."

Bukannya bercerita, justru gue malah menundukan kepala dan meneteskan air mata. Iya. Gue nangis.

Grayson yang melihat itu langsung kelagepan nggak jelas. Dia kelihatan bingung harus ngapain. Karena, gue nangis secara tiba-tiba.

Akhirnya mobil yang di kendarai Grayson berhenti di pinggir jalan. Dia langsung mengangkat kepala gue setelah mobil yang di kendarainya berhenti. Diq terus bertanya kenapa gue nangis tapi nggak ada satupun pertanyaan darinya yang gue jawab. Gue memilih untuk tetap menangis. Dan setelah itu Grayson menarik tubuh gue kedalam dekapannya yang hangat.

Bukannya diam, gue justru semakin menangis menjadi-jadi. Dan ada rasa ketenangan ketika Grayson memeluk gue.

🍦🍦🍦

Grayson.

"Gue ingin minta sesuatu sama lo, apa lo bisa mengabulkannya?" tanya Kyiara di sela-sela tangisnya yang sudah sedikit mereda.

"Kalo gue sanggup, gue pasti akan mengabulkan permintaan lo." jawab gue tenang.

Kyiara diam selama beberapa detik, dan gue pun juga melakukan hal yang sama. Sebelum membuka suara Kyiara menyeka air matanya yang hampir jatuh dengan kasar.

"Gue pengen lo jauhin gue. Apa lo bisa?" gue bergeming di tempat selama beberapa saat. Mata gue menatap dalam kearah bola mata milik perempuan di samping gue.

Gue mencari sebuah keseriusan di sana. Apa benar, Kyiara meminta gue untuk menjauhinya? Atau ini hanya sekedar bercandaannya saja?

Sekian detik gue menatap dalam ke arah manik matanya, namun tak gue temukan tanda-tanda kebohongan di sana, malainkan tanda keseriusan.

Kyiara benar-benar meminta gue untuk menjauhinya. Gue menarik napas dalam. Tiba-tiba kepala gue terasa sangat pening. Jantung seakan berhenti. Hati gue berdenyut sakit. Gue nggak bakalan bisa ngejauhin orang yang gue sayang dengan semudah itu. Gue butuh alasan yang tepat. Yang bisa menjawab semua pertanyaan bingung yang terus muncul di dalam pikiran.

"Kyiara—"

"Please ..." Kyiara memasang wajah memohon dan masih ada sisa air mata yang keluar dari sudut matanya.

Gue bingung, mau menuruti permintaan dia atau enggak. Karena, apa kalian bisa menjauhi orang yang kalian sayang?

🍦🍦🍦

Iya tau. Kayaknya ini part teralay yang pernah gue tulis. Wgwgwg. Maap dah klo ga suka.

First Love | Grayson DolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang