32. "Why?"

53.4K 8K 391
                                    

Sehun menatap dua bungkus mie hitamnya dengan pandangan berseri-seri. Ini pertama kalinya Hye Jin meminta sesuatu padanya. Tentu saja hal itu membuat Sehun senang. Setidaknya, sekarang ini Hye Jin mulai bergantung padanya.

Dengan terburu-buru Sehun memasuki apartemen mereka. Ia meletakan bungkusan itu di dapur. Senyum Sehun mengembang saat melihat meja makan tertata dengan rapi. Pasti gadisnya itu menyibukkan diri mebuatkan makan malam untuknya.

Seulas senyum tercipta di bibir Sehun, ia melonggarkan sedikit dasinya lalu mengangkahkan kaki ke lantai dua.

"Hye!" panggil Sehun, saat ia mendapati kamarnya kosong tak berpenghuni.

Kening Sehun mengkerut, ia membukan pintu kamar mandi. Tapi tidak ada siapa-siapa. Dengan sedikit terburu-buru Sehun memeriksa ke kamar Hye Jin yang dulu, ternyata sama saja. Kosong!

Sehun tidak ingin berfikir bermacam-macam, ia mengganti baju kerjanya dengan pakaian santai. Lalu memutuskan mandi terlebih dahulu. Badan Sehun lengket, seharian ini ia lelah karena pekerjaan kantor yang menumpuk. Belum lagi bertemu dengan Irene yang membuatnya mood nya bertambah buruk.

30 menit membersihkan diri, Sehun keluar dari kamarnya dan memutuskan pergi ke lantai bawah. Hye Jin ternyata masih belum pulang.

Jam menunjukkan pukul 08.45, Sehun semakin khwatir. Beberapa kali ia menelpon Hye Jin, tapi nomor gadis itu tidak aktif.

Dengan wajah kusut yang dilipat-lipat Sehun segera ke meja makan. Sebaiknya ia makan terlebih dahulu agar mood nya membaik.

Tapi gerakan Sehun seketika terhenti saat melihat surat kecil terselip di antara piringnya.

Perasaan Sehun semakin resah, matanya bahkan memanas menerka-nerka apa isi dari surat itu.

Apapun itu... Sehun harap, itu bukan sesuatu yang buruk.

Dear My Husband Oh Sehun,

Maafkan aku Sehun, aku pergi tanpa pamit.
Jangan lupa, makan dengan teratur. Jauhi minuman keras, jangan merokok dan jangan tidur terlalu larut.
Aku pergi bukan karena aku membencimu, tapi aku hanya terlalu kecewa.
Jangan salah paham, aku bukan kecewa denganmu, tapi dengan diriku sendiri.
Seharusnya, aku percaya padamu. Percaya pada kata-kata cinta yang kau ucapkan.
Tapi kenapa rasanya sangat sulit?

Jujur, kebersamaan kita selama 6 bulan ini merupakan kebahagian terbesar dalam hidupku.
Terimakasih Sehun, karenamu aku bahagia...
Maafkan aku, karena mengucapkan selamat tinggal dengan cara yang buruk.
Percayalan dimanapun aku berada, aku akan selalu mendoakan kebahagianmu.
Selamat tinggal Sehun....
Selamat tinggal suamiku, selamat tinggal cinta masa laluku.

Dari gadis yang selalu mencintaimu dalam diam,

Park Hye Jin.

Sehun terdiam, ia masih mencerna apa yang baru saja ia baca dalam surat itu. Pikirannya kosong, ia tidak bisa memikirkan apapun. Semuanya terasa seperti mimpi.

Yang Sehun lalukan saat ini hanya satu, menunggu. Menunggu Hye Jin pulang dan menjelaskan apa yang terjadi.

4 jam, 7 jam, 9 jam, hingga pagi menjelang. Hye Jin belum kembali. Sehun sama sekali tidak tidur. Ia hanya berdiam diri di meja makan, ia bahkan belum melakukan pergerakan sama sekali.

Sehun melirik jam besar yang berada di ruang tamu, sudah pukul 8 pagi tapi rumahnya masih sepi.

Biasanya Hye Jin jam segini sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuknya. Tapi sekarang, kenapa wanitanya belum pulang?

Sehun menatap ponselnya, lalu mencoba menghubungi Hye Jin sekali lagi. Tapi nihil! Nomornya tidak aktif.

Dengan mata berkaca-kaca Sehun membaca kembali surat yang ia lihat tadi malam.

Disitu tertulis bahwa Hye Jin telah pergi.

Sehun menggeleng, tidak mungkin Hye Jin pergi darinya. Gadis itu sudah berjanji akan selalu bersamanya, mereka akan membuat dua orang anak sesuai permintaan Hye Jin. Tapi kenapa gadis itu kini berbohong dan malah pergi meninggalkannya?

Cairan bening itu sukses jatuh mengenai surat yang Hye Jin tuliskan.

Kenapa kau pergi Hye? Salahku apa?


***

Hehehe.

Kayaknya asik nyiksa cogan😏

Shopaholic Girl And Mr. Perfect✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang