38: "Please"

73.5K 8.9K 853
                                    

Jinri menatap perempuan di hadapannya dengan pandangan yang sulit di artikan. Setengah jam yang lalu, wanita paruh baya itu dikejutkan dengan keadaan Hye Jin yang terlihat acak-acakan sambil menangis di lantai dapur. Jinri bisa menebak aktivitas apa yang baru saja mereka lakukan, mengingat banyaknya bercak kemerahan di leher Hye Jin.

Siang ini Jinri berniat membawakan Sehun makan siang, karena ia tahu Sehun pasti belum makan. Kadang-kadang ia jengah sendiri mengurusi pria berusia tiga puluh tahun itu. Tapi langkahnya terhenti saat melihat menantunya yang menangis sesegukkan di lantai.

"Jadi hanya karena alasan itu kau meninggalkan Sehun?" tanya Jinri tak percaya.

Jinri menjadi geram sendiri saat Hye Jin menjelaskan perihal kepergiannya. Hye Jin wanita dari kalangan terhormat, ia bahkan bersekolah di universitas terbaik di Seoul. Tapi Jinri heran, kenapa menantunya masih bodoh? Ahhh... ia lupa Hye Jin pernah tidak lulus sebanyak  dua kali, pantas saja wanita itu mudah di bodohi.

"Hye dengar..." Jinri menatap Hye Jin lembut, ia juga wanita jadi ia mengerti pola pikir Hye Jin. Kadang wanita mengambil keputusan menggunakkan hati, bukan logika. Jadi, apa yang Hye Jin lakukan saat ini masih bisa ia makumi.

"Aku mengerti bagimana perasaanmu saat itu, tapi asal kau tahu, cinta Sehun tidak main-main. Dia hancur saat kau pergi. Dia tidak makan dengan baik dan terus minum-minuman beralkohol. Asal kau tahu, anakku sampai dua kali masuk rumah sakit karena pingsan sambil menangis."


Jinri tidak sedang membuat drama, tapi memang itu kenyataannya. Mungkin itu semua terdengar terlalu melakonis bagi pria yang hanya sekedar patah hati. Tapi percayalah, tidak akan ada pria yang baik-baik saja selepas ditinggal oleh wanita yang ia sayang.

Jinri menatap Hye Jin kecewa, "Dan sekarang, berani-beraninya kau kembali dengan membawa pria yang lebih muda dari Sehun. Apa kau tidak memirkan perasaan anakku?" tanya Jinri.

Hye Jin menangis sesegukkan. Ia menyesal telah pergi, saat itu kondisinya juga tidak baik. Mengingat Sehun yang pernah menyatakan cinta kepada Irene, dan bahkan menemani gadis itu di rumah sakit, bukankah ia pantas ragu jika Sehun mengatakan dia mencintainya? Apalagi di tambah bukti-bukti sialan itu.

"Maaf Mom, aku---aku meyesal," ucap Hye Jin pilu.

Ya, dia menyesal karena meragukan Sehun. Ia menyesal karena tidak memberikan Sehun kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman mereka. Dan ia juga menyesal karena menjadi wanita yang lemah, bodoh dan mudah ditipu.

Irene Sialan!!

"Sudah tidak ada gunanya kau menyesal, Hye. Sehun sudah terlanjur kecewa denganmu. Dan lagi satu, bukankah pertunanganmu dengan Jaemin akan di laksanakan dua bulan lagi?" tanya Jinri sinis.

"Bahkan belum sah perceraianmu dengan anakku, tapi kau sudah mau melangsungkan pertunangan. Ck!"

Hye Jin menggeleng. Pertunangan itu akan segera ia batalkan. Lagipula Hye Jin tidak menyukai Jaemin. Hubungan mereka berdua hanya sebuah kesepakatan bisnis untuk memperkuat posisi Hye Jin sebagai Ceo. Orang tua Jaemin adalah seorang konglomerat yang memiliki pengaruh besar di Korea, jadi pertunangan mereka akan sangat menguntungkan perusahaan kedua belah pihak.

Dan dari semua alasan itu, ia dan Jaemin tidak mungkin saling mencintai, mengingat umur mereka yang berbeda jauh. Ya, Jaemin masih muda, lebih tepatnya baru saja lulus SMA.

"Aku akan membatalkannya, Mom." Hye Jin menatap Jinri pilu, "a.ku masih mencintai Sehun"

Jinri menggeleng-gelengkan kepalanya tanda mengejek. "Kalau cinta kenapa dulu pergi. Dasar anak muda."

Shopaholic Girl And Mr. Perfect✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang