36. "Talk"

65.9K 8.3K 531
                                    

Hal terburuk yang pernah terjadi dalam hidup adalah saat kau berusaha melupakan sosok orang tersebut namun ia kembali hadir dalam hidupmu. Bukankah itu rasanya menyulutkan dirimu yang sudah tersiram minyak ke dalam bara api? -Jar Of Hearts

Hye Jin memandang gedung tinggi yang berjarak kurang lebih 10 meter dari hadapannya. Mungkin terdengar menyedihkan, tapi memang kenyataannya bahwa ia merindukan tempat ini.

Hye Jin tahu Sehun berusaha mati-matian mencarinya keliling Korea dan Jerman, maka dari itulah dia terbang ke New York dan bersembunyi disana seperti pengecut. Tapi apa yang bisa ia lakukan selain itu? Ia tidak mempunyai pilihan lain.

Hatinya sangat sakit saat mengetahui cinta Sehun kepadanya tidak berarti apa-apa. Ayolah, mereka baru saja menyempurnakan pernikahan mereka, tapi Sehun menghianatinya. Hye Jin merasa dirinya dianggap terlalu mudah oleh Sehun. Bahkan gugatan cerainya dengan mudah ia tanda tangani dalam waktu yang cukup singkat.

Hye Jin kira Sehun tidak akan mau menandatangi surat cerai itu, atau mungkin dia saja yang terlalu banyak berharap? Sehun terlihat santai dengan pilihannya, pria itu bahkan bersikap biasa saja saat pesta tadi malam. Bukankah itu artinya dia tidak berarti apa-apa untuk Sehun?

Hye Jin tersenyum sinis, lalu mengangkahkan kakinya untuk masuk ke lantai atas apartemen Sehun. Lebih baik ia cepat-cepat mengakhiri semua ini. Dia sudah cukup muak dengan pernikahannya.

Hye Jin tahu Sehun hanya memanfaatkan pernikahan mereka hanya demi harta warisan. Selama ini dia saja yang cukup bodoh dan berpura-pura tidak tahu. Benar kata orang, cinta bisa saja membuat seseorang menjadi bodoh, idiot, dan bahkan nyaris gila.

Hye Jin merapikan sedikit tatanan rambutnya, ia berusaha menormalkan degub jantungnya yang tidak beraturan, lalu menekan bel apartemen Sehun. Hye Jin merapalkan sejuta doa agar ia tidak menjatuhkan air matanya lagi. Dia tidak mau terlihat terlalu menyedihkan di mata Sehun.

Tidak perlu menunggu terlalu lama, seorang pria dengan wajah kusutnya membukakan pintu untuk Hye Jin.

Dengan senyum terbaiknya Hye Jin menyapa pria itu, "Hai!"

Keheningan terjadi seperkian detik, tapi dengan cepat si pria mengembalikan kesadarannya.

"Begitu mudahnya kau mengatkan hai. Ayo masuk."

Hye Jin tersenyum lirih, lalu mengukuti Sehun dari belakang. Asal pria itu tahu, ia baru saja mengomsumsi obat penenang sebelum datang ke tempat ini. Sungguh, bertemu dengan Sehun, rasanya tidak mudah. Luka lama yang mati-matian Hye Jin sembuhkan terasa kembali menganga. Sepertinya hatinya sudah terinfeksi.

Pandangan Hye Jin meneliti ruangan demi ruangan apartemen Sehun. Semuanya masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Jujur saja dalam hati kecilnya, Hye Jin rindu memasak dan menghabiskan waktu seharian di tempat ini.

"Mana surat cerainya?" tanya Hye Jin to the point.

Dia tidak ingin bermeye-meye lagi dengan suasana rindu. Hye Jin ingin semuanya cepat selesai dan segera pergi dari sini, sebelum hatinya semakin sakit.

"Buatkan aku makanan dulu, aku belum makan."

Hye Jin membulatkan matanya, "Jangan main-main Sehun! Aku tidak punya waktu!"

"Hye..."

Suara Sehun terdengar lirih, pandangan matanya bahkan teduh, menatap Hye Jin penuh permohonan.

"Aku lapar," balas Sehun.

Pandangan mata mereka terkunci satu sama lain. Hye Jin menatap Sehun lama, ia bisa merasakan tubuh Sehun lebih kurus dibanding dulu. Rahangnya menirus, bahkan otot-otot tangannya tidak terlalu kekar lagi. Selintas pemikiran tidak masuk akal mengganggu Hye Jin.

Shopaholic Girl And Mr. Perfect✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang