Jangan lupa vote sebelum baca😎
***
Sehun tersenyum memamerkan deretan gigi rapinya saat melihat gadis itu memakan makanannya dengan lahap. Dengan lembut, ia menarik selembar tisu lalu mengusapnya di sudut bibir gadis itu. "Makan pelan-pelan, Ren."
Si wanita hanya terkekeh lalu mengangguk kecil.
Setelah selesai memakan sarapannya, Irene mengambil buku novel romance yang selalu ia bawa kemana-mana. "Sehun, maaf. Karena aku, kau tidak ke kantor hari ini," ucapnya dengan nada menyesal.
Sehun mengangguk mengerti, ia juga tidak akan tega meninggalkan Irene di rumah sakit seorang diri. Keluarganya berada di LA dan Irene sendirian Korea. Sebagai teman, sudah sepatutnya Sehun menjaga Irene.
"Sehun, aku tahu aku terlihat seperti gadis tidak tahu diri. Tapi aku serius dengan perasaanku. Aku masih menyukaimu, tidak ada yang berubah. Detak jantungku saat melihatmu, kecemburuanku saat melihatmu dengan wanita lain masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah..."
Irene terdiam sejenak menahan rasa sakit yang menghantam ulu hatinya. "Tapi aku tidak boleh egois, kau sudah menjadi milik wanita lain, jadi aku cukup tahu diri. Lagipula hidupku tidak lama lagi... aku... aku---"
Suara Irene tercekat, dengan cepat Sehun membawa wanita rapuh itu kedalam dekapannya. Irene terisak di dalam pelukan Sehun. Ia marah pada dirinya sendiri karena masih menginginkan Sehun saat ia berada di ujung maut.
"Ssssstttt... jangan menangis, Ren. Aku juga mencintamu," ucap Sehun lembut.
Apakah aku memang benar mencintaimu Ren?
Saat Sehun mengatakan hal itu, tangis Irene pecah. Ia menyalahkan kenapa takdir sangat kejam membiarkan pria dan wanita yang saling mencintai tidak bisa bersatu?
***
Hye Jin melangkahkan kaki nya gontai menuju parkiran kampus. Kepalanya terasa meledak karena jadwal kuliahnya dari pagi sangat padat, hingga membuatnya mabuk mendengar celotehan dosen-dosen berperut buncit itu.
Dengan wajah suntuk, Hye Jin langsung menjalankan mobilnya menuju apartemen. Ia merindukan ranjangnya yang empuk.
Jam menunjukkan pukul 05.00 sore, berarti dua jam lagi Sehun akan pulang. Hye Jin sungguh malas menyiapkan makanan. Tapi mengingat kewajibannya sebagai istri, Hye Jin dengan terpaksa memasak nasi goreng telur untuk Sehun. Setelah itu, ia membaringkan dirinya di sofa. Hye Jin benar-benar butuh istirahat.
Hye Jin mengerjap beberapa kali, ternyata ia tertidur cukup lama. Seingat Hye Jin, dia tertidur di sofa, tapi kenapa bisa ia berada di kamarnya? Ahh... mungkin Sehun yang memindahkannya.
Baru saja ingin beranjak dari tempat tidur, tapi lengan kekar menghentikan pergerakannya. Hye Jin mendesah pelan, ternyata Sehun memeluknya dengan sangat erat.
"Sebentar lagi, Hye. Aku membutuhkanmu," gumam Sehun serak.
Hye Jin memutar bola matanya malas, dia sudah muak dengan sikap Sehun seminggu ini. Bagaimana tidak, Sehun bahkan melalaikan tugasnya di kantor hanya demi menemani Irene di rumah sakit. Sehun tidak pernah menjaga perasaannya dan selalu mementingkan Irene.
Dengan wajah memerah menahan air mata, Hye Jin berusaha melepaskan dekapan Sehun. "Aku mau mandi. Aku mohon lepas!"
Sehun menggeleng. Ia menyerukkan kepalanya di leher Hye Jin, menghirup aroma gadis itu yang seminggu ini ia rindukan. Hye Jin masih marah, ia bahkan tidak pernah berbicara dengan Sehun lagi. Itu membuat Sehun frustasi, ia tidak suka Hye Jin mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shopaholic Girl And Mr. Perfect✔
Fanfiction[SELESAI] Awalnya Sehun benci dengan sebuah pernikahan. Bagi Sehun pernikahan hanya sebuah ikatan konyol yang menghengkang kebebasannya. Tapi saat makan malam, Sehun dikejutkan dengan fakta bahwa ia akan dinikahkan dengan seorang wanita rekan bisnis...