1. Kau kah itu?

15.2K 730 6
                                    

Pagi itu Elena terbangun mendengar alarmnya yang sudah berbunyi untuk kesekian kalinya. Ia mengerjapkan matanya yang masih mengantuk itu. Saat ia tersadar bahwa sudah pukul 7.30 ia pun bergegas lari ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama, tiga menit kemudian Elena pun sudah keluar dari kamar mandi dan segera masuk ke kamarnya untuk memakai baju kerjanya. Sepuluh menit kemudian ia sudah rapih dengan kemeja pink dan rok hitam selutut. Elena memang tidak pernah memakai make up dari rumah karena make upnya akan langsung luntur terkena asap metromini saat ia mengendarai sepeda motor kesayangannya itu.

Jarak antara rumah dan kantor Elena memang cukup jauh. Biasanya bisa sekitar 45 menit jika jalanan tidak macet. Sepertinya hari ini keberuntungan tidak berpihak padanya. Jalanan macet, sedangkan sudah pukul 8.15. Ia masih harus menempuh setengah perjalanan namun waktunya hanya 15 menit agar tidak terlambat.

"Duhhh, kenapa pas banget lagi mau meeting bulanan lagi. Mati aku."
Umpat Elena dalam hati.

Jam dinding menunjukkan pukul 8.47. Elena datang dengan wajah kusut dan langsung berlari ke arah meja kerjanya. Siska yang kebetulan adalah teman kantor yang cukup dekat dengan Elena menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Duh Len, kamu ko jam segini baru dateng sih. Untung ya bos besar tuh gak masuk hari ini. Kalo gak hhh... aku gak tau deh nasib kamu itu. Apalagi kamu gak ada kabar, coba kamu ngabarin aku lah kalo bakal telat begini. Aku juga gak akan khawatir dan kalo di tanya pak bos setidaknya kamu punya alasan jelas gitu loh Len."

Suara Siska yang cempreng itu memecahkan keheningan ruangan divisi finance.

"Ya ampun mba Siskaku yang cantik, aku juga mana mau sih telat. Sumpah ya mba ini bukan telat yang aku rencanakan."

Elena pun bergegas ke toilet untuk merapihkan penampilannnya. Rambut yang sedari tadi ia kuncir ke atas itu akhirnya ia gerai. Elena menyisir setiap helai rambutnya yang hitam itu hingga menjadi rapih. Ia sisipkan sebuah jepitan berbentuk kupu-kupu cantik di dekat pelipis kanannya. Ia pakai sedikit pelembab wajah agar kulitnya tidak terlalu kering kemudian ia poleskan lipstik berwarna pink. Sedetik kemudian Elena mengedipkan matanya ke cermin. Sambil bergumam.
"Sepertinya aku sudah cukup cantik."

Elena keluar dari toilet dengan senyum yang merekah tanpa sadar bahwa ada seorang pria yang sedari tadi menunggu di sana,kebetulan di setiap divisi hanya memiliki satu toilet. Elena yang daritadi menunduk tanpa sadar menabrak pria tersebut. Namun ia benar-benar asing dengan wajah pria itu. Ia perhatikan lagi dari atas ke bawah, Pria itu sempurna pikirnya. Badan yang tinggi, kulit sawo matang, hidung mancung, mata yang sangat bersahaja, ditambah senyum manis yang merekah. Wah pria itu benar-benar membuat Elena terpaku dalam beberapa detik.

Suara pria itu memecahkan lamunannya.
"Hmmm, mba sudah selesai ke toiletnya? Saya mau masuk nih kebelet banget."

Elena yang akhirnya sadar dari lamunannya segera menyingkir dari pintu toilet sambil tersenyum kikuk.
"Oh iya, maaf mas. Silahkan."

Elena pun berlari ke meja kerjanya. Ia mengguncangkan tubuh Siska yang sedang asik memakai lipstik merah kesukaannya itu.

"Ih apaan sih Len, kamu tuh ganggu aja sih. Kita itu mau ada rapat. Sama anak pak bos besar. Aku harus tampil cantik."

Siska pun kembali asik dengan lipstiknya.

"Duh, mba Siska sepertinya aku tadi nabrak malaikat deh di toilet. Ganteng banget. Tapi siapa ya itu? aku belum pernah tuh liat cowok seganteng itu di divisi kita."

Siska pun tersadar dengan kata-kata Elena, ia segera menempelkan tangannya di dahi Elena.

"Wah anget nih anak, tumben banget bisa bilang ganteng. Biasanya mau ada cowok seganteng apapun kamukan males ngelirik. Ini pasti gantengnya super deh. Eh tapi tunggu, kayaknya aku gak liat ada cowok ganteng lewat deh."

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang