Elena melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 09.00. Ia menatap Hendra yang sedang fokus mengendarai mobilnya. Hari ini sangat macet, entah karena besok sudah weekend lagi atau kenapa. Jakarta selalu tidak memiliki alasan pasti kenapa bisa terjadi kemacetan disana-sini. Hendra menghela nafas panjang karena penat melihat kemacetan yang mengular ini.
"Kan aku udah bilang jangan jemput aku. Kena macet kan jadinya ahahaha." Elena menertawai Hendra yang kini mulai tampak frustasi.
"Kalau macetnya sama kamu aku bahagia kok." Hendra menoleh ke Elena sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Duh gombalnya."
Elena menaikkan alisnya sambil memberikan senyuman menggoda."Kamu kok kuat sih Len macet kayak gini setiap hari?"
Tanya Hendra sambil tetap fokus mengendarai mobilnya."Rezekiku di sini jadi ya aku syukuri aja. Kalau kita sudah bersyukur apapun akan terasa ringan ketika dijalani mas."
Hendra tersenyum lalu kembali fokus ke jalan. Namun kali ini wajahnya sudah tampak tenang kembali. Entah kenapa kata-kata Elena membangkitkan semangatnya. Hendra sadar selama ini terlalu sering hidup senang. Apapun ia dapatkan dengan mudah. Bahkan setiap pindah kantor ia akan mencari apartemen baru untuk memudahkan aksesnya menuju kantor. Ia tidak pernah memikirkan bagaimana sulitnya kehidupan orang lain.
"Kok senyum-senyum sendiri? Mas Hendra kenapa?"
"Gak apa-apa Len, aku senang."
"Senang kenapa mas?"
"Senang karena tuan putriku benar-benar memiliki hati yang lembut." gumam Hendra dalam hati.
"Loh kok diam aja sih mas? Malah senyum-senyum sendiri lagi."
"Pokoknya aku senang. Hehe."
Setelah berjuang sekitar dua setengah jam akhirnya mereka sampai di kantor. Sudah pukul 09.30 dan semua karyawan sudah berkumpul di ruang meeting. Hari ini adalah rapat bulanan perusahaan Hendra. Hendra bergegas memasuki ruangannya dan mempersiapkan beberapa data yang akan ia bahas selama meeting. Elena nampak bingung karena meja kerjanya yang lama terdapat tas milik orang lain. Hendra keluar ruangannya lalu menarik Elena menuju ke ruangannya.
"Mejamu di sini sekarang."
Hendra menunjuk meja yang Elena pilih beberapa hari yang lalu."Ah iya mas, maaf aku pikir mejanya belum sampai hehehe. Ya udah aku siapkan beberapa data dari meeting bulan lalu dulu."
Elena kemudian mencetak beberapa lembar data dan menyusul Hendra yang sudah keluar ruangan terlebih dahulu. Merekapun memasuki ruang meeting bersamaan."Selamat pagi. Maaf atas keterlambatan kami."
Suara tegas Hendra memecahkan keheningan di ruang meeting.
Elena segera duduk di samping kursi Hendra. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Terutama para karyawan wanita. Mereka memandang Hendra kagum namun tatapan kagum itu berubah menjadi tatapan kesal saat melihat ke arah Elena.Meeting berjalan lancar. Semua kembali ke ruangan masing-masing.
Begitu juga dengan Hendra dan Elena. Waktu makan siang tinggal tiga puluh menit lagi. Elena bergegas menyelesaikan laporan hasil meeting hari ini. Sedangkan Hendra sedang fokus memperhatikan grafik penjualan yang meningkat dari bulan sebelumnya. Senyum puas tampak terlukis di wajah tampan Hendra.Handphone Elena berdering, ternyata pesan dari Siska.
"Len, ayo makan siang."
Elena menoleh ke arah Hendra yang sedang fokus dengan pekerjaannya lalu ia berdiri dan berjalan ke depan meja Hendra."Mas, aku makan siang dulu ya sama mba Siska."
"Loh mau makan siang sama Siska? Gak mau sama aku?"
Hendra memasang muka memelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
White Balloon
Romance[COMPLETE] Elena adalah wanita karir yang sederhana. Namun hidup Elena berubah sejak perusahaan tempat ia bekerja diambil alih oleh anak sang pemilik perusahaan. Hari-harinya kini penuh dengan banyak kejutan. Apa yang terjadi antara Elena dan sang b...