11. Kisah Lalu

5.1K 276 3
                                    

Hendra mencium tangan ibunya Elena. Sedangkan Elena asik dengan handphonenya.

"Bu, Hendra pulang dulu ya."

"Hati-hati ya, sering-sering main kesini."

"Iya bu. Len aku pulang dulu. Lusa nanti jangan terlambat kita ada meeting."

"Iya mas aku ingat ko."

Hendra pun menaiki mobilnya. Lalu ia melambaikan tangannya. Hendra melajukan mobilnya meninggal Elena dan ibunya yang kini sudah berjalan masuk ke dalam rumah.

"Len, kamu sama Hendra itu sudah kenal berapa lama deh?"

"Hmm.. baru kok. Baru banget. Emang kenapa bu?"

"Gak apa-apa ibu lihat kalian sudah akrab banget, kirain udah resmi jadi pacar. Habis kamu move on dari Didit lama banget sih."

"Tuhkan ibu mulai deh nyebut nama itu lagi. Males ah aku."
Elena meninggalkan ibunya yang kini tertawa geli melihat tingkah anaknya setiap ia menyebut nama mantannya itu.

Dulu Elena pernah menjalani hubungan yang cukup serius dengan pria bernama Didit Satria Utama. Kala itu mereka sudah hampir merencanakan pernikahan saat itu umur Elena sekitar 23 tahun. Didit sudah sangat akrab dengan ibunya. Mereka bisa dibilang tidak pernah bertengkar serius. Hubungannya selalu terlihat bahagia. Namun ternyata orang tua Didit tidak terlalu menyetujui hubungan mereka. Awalnya memang keluarganya menerima Elena dengan baik,tidak memperlihatkan ketidaksukaannya pada Elena. Setelah mereka merencanakan ke jenjang yang lebih serius justru orang tua Didit menjodohkannya dengan anak salah satu rekan bisnis mereka.

Elena pikir Didit dapat mempertegas hubungan mereka pada orang tuanya dan memperjuangkan impian mereka tapi Didit malah menyerah dan menyetujui perjodohan itu. Sampai saat ini setelah dua tahun kisah mereka berakhir, Elena tak pernah sekalipun mendengar kabar tentang Didit. Ia sengaja menghapus semua kontak Didit. Membuangnya jauh-jauh dari hidupnya.

Elena sempat berpikir Didit adalah Ksatria D semasa kecilnya. Namun sepertinya walaupun memang dia orangnya Elena merasa tidak perlu memperjuangkannya lagi.

Sepulangnya Hendra,Elena hanya berbaring di tempat tidurnya. Tiba-tiba ada satu pesan masuk.

"Elena?"

Ia memandangi pesan itu. Mencoba mengingat nomer yang mengiriminya pesan itu. Dahinya berkerut, ia tampak sedang berpikir cukup lama. Ia sangat mengenal deretan nomer itu.
"Ngapain lagi orang ini? tau darimana nomer ku yang sekarang?" batin Elena.

Elena tak menghiraukan pesan itu sampai akhirnya beberapa menit kemudian handphonenya berdering. Timbul nomer itu dilayarnya.
"Mau apa sih dia?" Gumam Elena.

Pikirannya memang menolak orang itu namun hatinya berkecamuk. Hatinya tak dapat berbohong bahwa ia sangat merindukan pria itu. Pria yang sangat dicintainya dulu.
Handphonenya masih terus berdering. Elena masih tetap menatap layar handphonenya.
Belasan kali handphone itu berdering namun Elena masih diam tak bergeming.

Ibunya yang mendengar suara dering handphone Elena langsung menghampiri Elena ke kamarnya.

"Loh ibu pikir kamu gak ada di kamar makanya handphonemu bunyi terus."

Elena menatap ibunya dengan tatapan kosong.

"Ada apa sayang? Siapa yang telepon kamu?"

Elena hanya menunjukkan handphonenya yang kini berdering lagi.

"Nomer siapa itu Len?"

"Dia bu."
Jawab Elena datar.

"Didit?"

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang