14. Cemburu?

4.4K 258 1
                                    

Hendra menatap Elena yang daritadi sedang menatap kosong ke arah jalan.
Ia merasa ada yang aneh setelah pulang dari meeting dengan Pak Satria tadi. Elena jadi sedikit murung dan lemas.

"Len?"

Elena masih diam tak bergeming. Sampai akhirnya Hendra meminggirkan mobilnya dan memegang kedua pipi Elena dengan tangan kirinya,menggerakkan wajah Elena agar menghadap wajahnya.

"Kamu kenapa?"

"Gak apa-apa mas."
Elena kembali tenggelam dalam lamunannya.

"Cerita apapun yang mau kamu ceritakan."
Elena masih tetap diam.

"Kamu mau sushi gak?"

Elena menoleh ke arah Hendra lalu tersenyum.

"Mau."

"Duh kalau soal makanan nomor satu ya "

"Yaudah gak jadi kita balik kantor aja mas."

"Ngambek kayak anak abg deh. Sekarang kita cari meja kerja baru untukmu dulu,setelah itu kita makan sushi."

"Deal."
Senyum Elena kembali terukir di wajah cantiknya. Sedangkan Hendra hanya tersenyum melihat tingkah Elena yang lucu itu.

Mereka sampai di sebuah toko furniture yang cukup besar. Elena seperti biasa,selalu memasang wajah lugunya ketika mengunjungi tempat baru.

"Pilih meja manapun yang kamu mau,beserta peralatan lainnya yang kamu mau."

"Oke deh."
Elena berjalan menyusuri deretan meja kantor itu. Ia memperhatikan setiap detailnya sambil membayangkan ruang kerja Hendra yang dominan warna coklat dan hitam. Kemudian ia berhenti pada satu meja yang warnanya persis seperti meja Hendra. Ia mengelus meja tersebut sambil memperhatikan semua detailnya.

"Kamu suka?"

"Hmm.. Elegan."

"Pilihanmu bagus, aku pikir bakal pilih yang ada gambar barbienya."

Elena menatap Hendra dengan tatapan sinis.

"Iya nanti meja mas Hendra yang bergambar Ken ya."
Balas Elena.

"Bagus, berarti kita berpasangan dong." Hendra mengulurkan kedua tangannya seakan ingin memeluk Elena. Elena sadar dengan apa yang akan dilakukan Hendra, ia pun segera menghindar. Tanpa sadar Elena tersandung salah satu kaki meja dan terjatuh.

"Gak bisa diem sih."
Ejek Hendra sambil membantu Elena bangun. Elena menatap Hendra dengan tatapan kesal.

"Habisnya mas rese."
Air mata Elena sedikit berlinang, ia merasakan siku dan lututnya perih namun lebih perih hatinya karena malu dilihat banyak orang.

"Iya maaf ya Len."
Hendra memeluk Elena, membiarkan Elena menangis. Kini ia mulai mengerti sifat Elena yang sangat sensitif. Ia mudah sekali tersentuh dan mudah sekali menangis jika merasa malu. Hendra tertawa kecil mengingat Elena dulu, yang ia tahu tuan putri Elena adalah anak yang bersemangat tapi kenapa ketika sudah besar sesensitif ini.

Elena melepas pelukan Hendra sambil menghapus sisa air matanya. Ia bingung, ia pikir Hendra akan mengejeknya tapi yang dilakukan Hendra sungguh di luar dugaannya.
Dan Elena merasa ia pernah merasakan pelukan itu tapi entah dimana.

"Kamu mau meja yang ini kan? Kamu tunggu depan aku bayar dulu ke kasir. Kita makan sushi dan jangan nangis lagi nanti cantiknya hilang."
Hendra mengusap pipi Elena lalu segera mengurus pembelian meja itu. Elena berjalan sendirian menuju depan kasir. Ia mendengar dua orang wanita yang sedang membayar di kasir membicarakannya dengan Hendra.

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang