8. Tuan Putri Elena

5.4K 387 0
                                    

Elena berjalan tertatih menuju parkiran. Kakinya sedikit lecet karena sepatu barunya itu apalagi dia sangat jarang menggunakan high heels. Hendra yang sedang berjalan di depan segera menoleh ke arah Elena yang kini sedang berjongkok menahan kakinya yang perih.

"Kenapa?"

"Gak apa-apa mas cuma agak lecet."

Hendra segera menghampiri Elena.

"Lepas sepatunya, sini saya gendong."
Hendra berjongkok dan menepuk punggungnya mengisyaratkan Elena untuk segera naik.

" Udah mas gak apa-apa ini sih. Saya masih kuat kok jalan ke mobil."

"Dasar keras kepala."

Tanpa basa basi Hendra langsung melingkarkan tangannya di pinggang Elena dan mengangkat Elena. Kini Elena sudah berada di dekapannya. Elena menatap Hendra sangat dalam masih dalam keadaan terkejut.

"Mas mas.. gak usah mas. Saya turun aja."

"Jangan banyak bergerak, kamu pikir badanmu ini gak berat? Gak usah protes."

Hendra menatap Elena tajam. Elena hanya diam tak membantah lagi. Keheningan terjadi sampai mereka berada di parkiran.
Mereka segera masuk ke dalam mobil.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Elena segera mengirimkan pesan kepada ibunya bahwa ia sedang di jalan pulang. Hendra yang daritadi mengkhawatirkan keadaan Elena segera membuka suara.

"Rumahmu dimana?"

"Hmm agak jauh mas dari kantor memang kenapa?"

"Ya dimana?"

"Pondok Terong mas,nanti saya turun di stasiun aja."

"Memangnya jam segini masih ada kereta?"

"Masih banyak kok mas."

Hendra pun mengangguk lalu menjalankan mobilnya menuju stasiun.

"Oh ya mas tadi itu rekan bisnisnya pak Eko semua?"

"Ya bisa dibilang begitu. Tapi kalau dengan Pak Basuki Ayahnya Roy itu ya Ayah saya sudah berteman lama. Makanya saya dan Roy juga sudah bersahabat dari kecil."

"Hmm gitu, terus tadi kenapa mas bilang saya calon pacar mas? Kalau nanti ada yang bilang ke Pak Eko gimana?"

"Bagus malah, setelah saya memutuskan pertunangan saya dengan Karina memang saya tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun. Saya sudah capek disuruh nikah terus. Jadi kalau ayah saya tau itu akan lebih bagus. Saya sudah muak dengan kencan buta yang direncanakan ayah saya. Seakan-akan saya gak bisa cari pasangan sendiri. Ayah saya itu sering sekali meragukan ketampanan saya."

"Tampan? hahaha."

"Kamu lupa ada dua karyawan wanita yang gosipin saya di hari pertama masuk?"

Elena terdiam karena ia tau Hendra sedang menyindir dirinya.

"Nah, jilat lah ludahmu sendiri Len."
Kata Hendra sambil memberikan senyuman kemenangannya itu.

"Ganteng sih, tapi kalau nyebelin dan anehnya kayak mas maka saya gak heran kalau mas susah dapat pasangan."

"Wah mulai kurang ajar kamu ya."
Seketika Hendra menghentikan mobilnya. Elena sampai terbentur kaca jendela mobil.

"Ampun mas."
Hendra mendekatkan wajahnya ke wajah Elena. Entah kenapa jantung Elena berdegup sangat kencang saat itu. Hendra semakin mendekat. Elena pun memejamkan matanya. Tak lama kemudian Elena merasa ubun-ubunnya terasa sakit. Ternyata Hendra menjitak kepalanya.

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang