26. Akhir?

3.8K 210 4
                                    

Elena pergi ke sebuah taman. Di sana sangat ramai. Anak-anak bermain jungkat-jungkit, ada juga yang sedang berlarian tak tentu arah. Orang tua mereka sedang bercengkrama. Riuh suara canda tawa terdengar disana. Elena berjalan pelan. Menyusuri seisi taman itu. Ia selalu pergi ke sini setiap ia merasa tak mampu menahan emosinya. Elena menghampiri penjual balon di ujung taman itu. Ia membeli sebuah balon berwarna putih. Kemudian ia mengeluarkan spidol hitam yang selalu ia bawa dari tasnya.

"Tante kok sudah besar main balon sih?" Tanya seorang anak perempuan, ia memakai dress berwarna pink. Rambutnya di ikat dengan pita berwarna senada.

"Tante pasti lagi sedih ya?" Timpal seorang anak laki-laki,wajahnya sangat imut. Ia memakai celana jeans dengan kaos lengan panjang yang di gulung hingga siku.

Elena hanya mengangguk lesu.
"Tante tulis saja kesedihan tante di balon itu. Lalu biarkan kesedihan tante terbang...."

"Bersama angin." Ucap Elena bersamaan dengan anak perempuan tadi. Mereka saling berpandangan lalu tertawa.

"Aku bosan dengar kamu bilang itu setiap ada orang yang sedih." Ucap anak perempuan itu pada anak laki-laki tadi. Anak laki-laki itu berlari meninggalkan Elena berdua dengan anak perempuan itu.

"Kamu akan merindukannya nanti." Ucap Elena sambil membelai rambut anak perempuan itu.

"Mana mungkin aku rindu anak nakal seperti dia. Dahh tante jangan sedih lagi ya." Anak perempuan itu meninggalkan Elena sendirian.
Elena terus memandangi dua anak itu yang sedang bermain kejar tangkap. Senyum terlukis indah di wajahnya.

Tadinya ia sangat ingin menuliskan kekesalannya dengan Hendra. Namun ia urungkan semua itu. Pikirannya kini melayang jauh ke masa kecilnya.
"Ah andai ksatria D ada di sini mungkin dia akan melindungiku dan menghajar mas Hendra habis-habisan ahahaha." Gumam Elena, ia terkekeh sendiri membayangkan Ksatria D yang sedang memukul Hendra lalu berkata jangan ganggu tuan putriku.

Elena kemudian menggambar wajah tersenyum di balon itu. Di sisi yang masih kosong ia tuliskan "Aku ingin bertemu Ksatria D dan menikah dengannya." Elena tersenyum lalu ia berdiri memandang ke arah langit yang berwarna biru cerah itu. Ia melepas balon putih itu hingga terbang tinggi sekali.

Kemudian Elena berjalan keluar taman. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Elena melihat wajah pria itu. Lalu tersenyum meminta maaf. Pria itu mengangguk sopan.
Elena berjalan ke kiri pria itu ke kiri. Elena ke kanan ia ke kanan. Begitu seterusnya. Mereka tertawa bersama karena hal konyol itu.

"Mba duluan deh." Pria itu mempersilahkan Elena jalan.

"Hmm oke." Elena tersenyum ramah lalu berjalan melewati pria itu. Namun suara pria itu membuatnya menoleh lagi.

"Tunggu."

"Ya?"

"Aku Danish siapa namamu?" Tanya pria itu ramah.

"Elena." Jawab Elena singkat.

"Senang bertemu denganmu Elena." Danish tersenyum lalu mengangguk sopan dan ia berjalan memunggungi Elena.

Elena tersenyum kegirangan. "Apa do'aku dikabulkan ya? Apa itu ksatria D?" Batinnya.

***
Elena memasuki rumah, ia melihat ibunya sedang menonton tv di ruang keluarga.
"Elena pulang."

"Loh bukannya kamu pergi sama Hendra?" Tanya ibunya heran karena Elena izinnya itu pergi bersama Hendra.

"Ah aku sudah benci sekali dengan pria itu." Gerutu Elena yang kini duduk di samping ibunya.

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang