2. Soto Mang Ujang

10K 530 0
                                    

Elena menghampiri Siska dengan wajahnya yang agak panik.
"Mba Sis, masa Pak Hendra ngajak aku makan siang. Eh bukan ngajak sih minta temenin katanya dia belum tau makanan yang enak disekitar sini."

Siska yang sedang asik bersolek di cermin kecil bergambar doraemon miliknya itu langsung menoleh ke arah Elena dan matanya yang besar itu terbelalak mendengar apa yang dikatakan Elena barusan.

"Apa? kamu? Pak bos ganteng itu ngajak kamu? Kok dia gak ngajak aku ya?"
Siska kembali menoleh ke cermin sambil mencubit pipinya sendiri.

"Padahal aku udah cantik gini. Kenapa malah kamu sih Len yang kucel gitu yang diajak makan siang."

Elena semakin terheran-heran melihat reaksi Siska yang aneh itu.

"Duh mba, apaan sih. Aku sih males sebenernya jalan sama orang sok kegantengan itu."

Siska pun mengangguk-anggukkan kepalanya . Lalu mengernyitkan alisnya.

"Tapi dia emang ganteng sih Len. Kayaknya dia orangnya asik kok. Coba gih, atau kalau kamu gak mau pergi sama Pak Hendra mending dia sama aku aja Len. hahaha"

Tanpa mereka sadari ternyata Hendra sudah dari beberapa menit yang lalu berada di belakang mereka. Pria itu hanya memperhatikan apa yang dua wanita itu sedang bicarakan. Tak lama kemudian ia berdeham untuk memecahkan perhatian Elena dan Siska.

"Ehemm, Asik sekali ya bergosip di jam kantor, Jadi Elena kamu gak mau nemenin saya makan siang nih? Tapi saya maunya sama kamu loh Len. Kalau mba yang satunya kapan-kapan deh saya traktir barengan staf kantor lainnya."

Elena dan Siska yang kaget langsung menoleh dan menutup mulut mereka berdua. Elena menepuk dahinya. Lalu berlari ke meja kerjanya.

"Eh bapak, ehhh mas Hendra, aduh bukan begitu tapi saya kayaknya agak banyak kerjaan. Mungkin lain kali saja, mas bisa sama mba Siska."

Elena menoleh ke arah Siska sambil mengedipkan matanya. Namun Hendra malah menghampiri meja kerja Elena. Elena hanya bisa menatap Hendra yang sedang berjalan ke arahnya itu.

"Oh begitu, Kerjaan kamu banyak sekali ya? Apa mau saya pindahkan ke divisi yang pekerjaannya lebih sedikit? Supaya kamu bisa nemenin saya makan siang."

Elena kaget mendengar pernyataan barusan dan akhirnya ia menggeleng pasrah.

"Baik pak, eh mas. Saya temani makan siang."

Hendra tersenyum penuh kemenangan. Kemudian ia melirik jam tangannya. Rupanya sudah waktunya makan siang. Hendra pun segera menarik tangan Elena dan menggenggamnya sambil terus berjalan keluar ruangan divisi finance. Siska dan staf lain yang daritadi berada di situ hanya dapat diam termangu melihat kelakuan bos baru mereka itu.

"Duh mas bisa gak sih tangan saya gak usah di tarik-tarik begini. Kesannya saya gimana gitu. Apalagi ini kan di kantor. Nanti ada karyawan lain yang lihat gimana?"

Elena menarik tangannya dari genggaman Hendra. Hendra tersenyum melihat Elena yang memanyunkan bibirnya itu.

"Oke deh Elena, kita makan apa hari ini?"

Elena terdiam, kalau urusan makanan Elena akan berpikir sangat serius. Ia memutar bola matanya lalu mengusap-usap dagunya dengan jari telunjuk. Lalu tidak lama kemudian ia terlihat tersenyum sumringah.

"Ahaaaa, saya tau. Gimana kalo kita makan soto ayam Mang Ujang di dekat perempatan jalan depan itu."

Hendra mengernyitkan dahinya.

"Jadi dari tadi kamu mikir susah-susah ujung-ujungnya kamu ngajak saya makan soto pinggir jalan?"

Elena melemparkan senyum menantang.

"Duh mas ini kalau belum tau rasanya soto Mang Ujang gak usah kebanyakan komen deh."

Kemudian Elena menarik tangan bosnya itu. Setelah Elena sadar ada yang aneh ia langsung melepaskan genggaman tangan Hendra. Hendra yang baru sadar akan hal itu tersenyum nakal pada Elena, sedangkan Elena hanya memasang wajah galaknya yang sama sekali tidak galak di mata Hendra. Hendra malah semakin tertawa dibuatnya.

"Terima kasih ya Elena, selera kamu sesuai sama lidah saya, ternyata kamu benar ini enak banget."

Hendra masih terus menyantap sotonya yang tinggal kuahnya itu. Elena tersenyum senang melihat Hendra lahap memakan makanan pilihannya. Kalau urusan makanan Elena memang tidak pernah salah. Jangan heran dengan hal itu karena hobinya adalah berwisata kuliner.

"Sejujurnya saya merasa gak asing saat pertama kali lihat kamu Len. Apa kita pernah ketemu ya sebelumnya?"

Hendra menggaruk kepalanya yang kini penuh keringat sepertinya ia terlalu banyak menaruh sambal di sotonya. Elena memandang ke atas, ia nampak sedang berpikir keras.

"Masa? tapi kayaknya saya gak pernah ketemu mas deh."

Hendra menganggukkan kepalanya lalu sedikit memanyunkan bibirnya.

"Ya walaupun ternyata sebelumnya kita belum pernah ketemu saya tetap senang bisa ngobrol sama kamu kaya sekarang ini."

Senyum Hendra pun menghiasi wajahnya yang tampan itu. Elena hanya tersenyum dan menunduk malu.

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang