3. Absurd

8.2K 454 5
                                    

Elena dan Hendra pun kembali ke kantor. Mereka melihat banyak karyawan lain sedang berbisik-bisik ketika mereka lewat. Elena menatap Hendra, Hendrapun membalas tatapan Elena sambil mengangkat bahunya mengisyaratkan bahwa ia tidak tau apa yang sedang karyawan lain bicarakan. Hendra langsung masuk ke ruangannya sedangkan Elena langsung menuju meja kerjanya. Siska yang daritadi menunggu Elena langsung menarik kursinya ke meja Elena. Siska menaikan alisnya, kalau sudah begitu Elena sangat tau bahwa teman karibnya itu ingin mendengar ceritanya.

"Kenapa mba Sis ku ?" Tanya Elena sambil mencolek pipi Siska yang merah karena blush on itu.

"Kamu kemana tadi ? makan apa? gimana Pak Hendra?"

"Duh mba kalau tanya tuh satu-satu dong." Kemudian Elena tersenyum malu membuat Siska semakin penasaran.

"Len ayolah, jangan buat aku penasaran!"

Saat Elena ingin berbicara tiba-tiba Hendra keluar dari ruangannya. Siska pun langsung menarik kursinya, sedangkan Elena menunduk sambil berpura-pura membereskan beberapa berkasnya. Hendra pun berjalan ke arah toilet sambil sesekali memperhatikan gerak-gerik Elena dari sudut matanya. Hendra tersenyum senang seperti remaja yang baru merasakan jatuh cinta.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 , Elena pun bergegas untuk pulang. Hari ini memang tidak terlalu banyak pekerjaan jadi ia tidak perlu kerja lembur. Tanpa basa basi Siska langsung menarik lengan Elena menuju parkiran untuk menagih cerita tentang makan siang Elena dengan Hendra.

"Len, ayo dong cerita. Aku penasaran banget tau."

Elena tersenyum menggoda sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku traktir jus mangga kesukaan kamu ya? mau gak? mumpung aku lagi baik loh ini." Ajak Siska dengan penuh semangat. Karena selama ini ia tidak pernah melihat Elena dapat berinteraksi dengan pria, bahkan melirikpun Elena enggan. Maka dari itu Siska sangat penasaran dengan apa yang dilakukan Elena dan Hendra tadi siang.

Akhirnya mereka pun sudah duduk di warung jus depan kantor. Elena menyeruput jusnya dengan bersemangat. Siska hanya dapat menunggu sampai Elena mau membuka mulutnya untuk bercerita.

"Len, cepetan ih nanti keburu malam."

"Oke oke, jadi tadi aku sama mas Hendra makan siang di tempat mang Ujang."

Siska menaikan alisnya lalu melirik ke segala arah memastikan kondisi aman karena sudah beberapa kali ia dan Elena kepergok oleh Hendra ketika sedang membicarakannya.

"Eh tunggu dulu, tadi kamu sebut dia apa? mas? sejak kapan? sejak kapan kamu bisa panggil bos besarmu itu dengan sebutan mas?"

Elena tertawa melihat ekspresi Siska yang kaget.

"Mba Sis, aku tuh gak pernah bilang mau manggil dia mas. Tapi dia yang minta ke aku supaya manggil dia mas. Lagipula kalo gak aku turutin dia mengancam bakal mindahin aku ke divisi lain. Emangnya mba Siska mau aku tinggalin?"

Siska semakin kaget sampai-sampai tersedak jusnya. Elena langusung memberikan Siska Tisu.

"Duh mba, pelan-pelan sih minumnya."

Siska membersihkan mulutnya yang belepotan jus itu. Lalu membenarkan duduknya.

"Kok bisa-bisanya dia mengancam kamu pindah divisi cuma karena hal sepele begitu."

Elena mengangkat bahunya menandakan ia tidak tau kenapa Hendra berbuat begitu. Siska memajukan kursinya semakin dekat dengan Elena lalu dia agak berbisik.

"Jadi alasan dia yang keliatannya mengincar kamu tuh apa? apa jangan-jangan dia itu..."

"Duh mba Sis jangan mikir yang ngga-ngga deh. Ini bukan kaya di ftv itu mba. Gak sekebetulan itu. Bukan karena apa-apa juga. Jadi mas Hendra pikir dia pernah ketemu aku sebelumnya. Tapi setelah aku jelasin kalau aku gak pernah merasa kenal dia ya dia langsung ngerti. Cuma tadi dia sempat bilang senang bisa kenal aku. Dia juga bilang kalau selera makan aku dan dia itu sama."

Elena asik bercerita dengan senyum sumringah. Siska mendekati wajah Elena, ia sentuh dahi Elena dengan punggung tangannya.

"Asli, kamu sakit Len. Aku gak pernah liat kamu senyum-senyum cuma gara-gara cowok loh. Ya udah kalau ternyata memang gak ada apa-apa.  Akan aneh kalau kalian langsung dekat gitu. Setelah dengar penjelasan kamu aku jadi paham. Berarti aku masih punya kesempatan buat deketin pak Hendra dong ya?"

Siska mencolek pipi Elena sambil tersenyum nakal. Tawa Elena pecah seketika.

"Buat mba aja gak apa-apa kok. haha. Asal mba tau aja ya dia tuh makannya banyak banget. Tadi aja kuah sotonya sampai bersih. Aku aja malu duduk samping dia. Sayangnya dia bosku."

Elena dan Siska pun larut dalam canda tawa mereka tanpa sadar bahwa dari sebrang jalan ada pria yang sedang memperhatikan mereka. Nampaknya pria itu mulai tidak tahan untuk mengganggu Elena dan Siska.

"Ehemm.. Kayaknya paling enak itu memang gosipin saya ya."

Elena dan Siska menoleh ke arah suara itu berasal secara bersamaan. Mereka memalingkan wajah mereka lagi.Elena menatap tajam ke arah Siska seakan-akan berkata "Kenapa orang itu bisa disini?" .
Elena dan Siska kembali menoleh ke sumber suara itu, siapa lagi kalau bukan Hendra. Mereka berduapun memberikan senyum yang terlihat dipaksakan. Hendra pun ikut duduk bersama mereka berdua lalu menopang dagunya dengan tangan kirinya.

"Kok berhenti sih ceritanya? Padahal lagi seru loh tadi. Saya gak dengar kok tadi cuma entah kenapa firasat saya bilang kalau kalian itu lagi ngomongin saya makanya saya kesini."

Elenapun memberanikan diri untuk membuka suara.
"Ah mas ini geer."

Hendra memasang wajah kagetnya.
"Loh saya gak geer, cuma kalian itu sudah kepergok saya dua kali loh. Gimana saya gak curiga?"

Siska yang sedaritadi diam saja kini membuka suara.
"Ah bapak ini bisa aja sih. Kami gak lagi ngomongin bapak kok. Kami lagi bahas pacar barunya Elena."

Elena melotot ke arah Siska, namun siska malah menginjak kakinya sambil mengedipkan matanya. Hendra memasang wajah kagetnya yang membuatnya terlihat semakin tampan. Siska kembali membuka suara saat Elena mengisyaratkannya untuk segera pergi dari tempat itu.

"Oh ya pak sudah mau malam, kami berdua pamit ya."

Siska segera menarik Elena dari tempat duduknya meninggalkan Hendra yang masih terkejut dengan pernyataan Siska.

"Mba kenapa bilang gitu sih? Emang gak apa-apa ya langsung ninggalin mas Hendra gitu aja? Duh aku gak enak jadinya sama mas Hendra."

Siska hanya melototi temannya itu.
"Kamu mau terus-terusan diikutin dia? kamu sadar gak sih kita udah kepergok berapa kali sama dia? Terus sejak kapan kamu mulai mikirin perasaan orang lain? Len inget ini baru hari pertama dia. Kita gak tau besok dia mau deketin staf yang mana. Aku gak iri sama kamu. Aku juga tadi itu cuma bercanda soal aku tertarik sama dia. Justru aku ngerasa ada yang aneh sama pak Hendra ini. Aku harap kamu jangan sampai terbawa perasaan. Karena aku yakin anak bos macam dia itu bisa dapetin wanita yg cantiknya berkali-kali lipat dari kita. Aku gak mau kamu dimainin atau apapun itu namanya."

Mendengar nasihat Siska yang panjang itu Elena malah tersenyum lalu memeluk lengan Siska.

"Ini yang bikin aku sayang banget sama mba Sis. haha. iya mba Sisku aku gak akan kebawa perasaan. Lagipula aku mengkhawatirkan itu bukan karena aku punya perasaan tapi aku gak mau di ancam pindah divisi lagi. Soalnya tadi raut wajahnya berubah pas mba ngomong begitu. Aku jadi takut aja mba."

Siska tersenyum mendengar jawaban Elena seakan ia merasa lega bahwa teman yang sudah dia anggap sebagai adiknya itu tidak terkena pesona Hendra yang baru dikenalnya sehari.  Saat tadi Siska melihat Elena dapat berinteraksi dengan Hendra ia merasa senang dan juga takut. Senang karena Elena dapat membuka diri,  dan takut Elena memilih orang yang tidak tepat. Siska sangat tau kenapa Elena selalu menjaga jarak dengan para pria itu karena masa lalunya. Siska tidak ingin melihat Elena terpuruk lagi seperti dua tahun yang lalu.

Sementara itu di warung jus Hendra masih duduk dengan wajah kagetnya itu. Ia mengacak-acak rambutnya.
"Ini hari pertama aku melihatnya tapi kenapa rasanya sesak sekali saat tau dia sudah punya pacar. Hendra sepertinya kau sudah gila."
Hendra keluar dari tempat itu dia berjalan dengan santai. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Lalu dia bergumam.
"Setidaknya aku sudah menemukanmu."

White BalloonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang