9

15.6K 1.1K 12
                                    

Di mulmed itu pictnya Alex ya..
Oke next...

Author's POV

Paparan cahaya matahari mulai mengintip melalui sela-sela jendela rumah sakit. Carrie yang masih setia menutup matanya dan Alex yang tak ingin beranjak dari kamar yang ditempati matenya. Semalaman ia tidur menyender di tepian ranjang Carrie. Merasa bahwa cahaya mulai masuk ke retina matanya, ia pun membuka matanya. Badannya terasa pegal-pegal karena tertidur dengan posisi yang tak nyaman. Ia hanya menghiraukan rasa sakit di tubuhnya. Menurutnya, melihat matenya terkapar lemah lebih menyakitkan daripada merasakan pegal di seluruh tubuhnya. Carrie yang saat ini masih menjadi objek utama yang ditunggu-tunggunya untuk membuka mata. Lama ia memandangi Carrie.

"Kapan kau akan kembali membuka mata indahmu, Carrie." gumamnya sendu.

Tak berapa lama kemudian, terdengar knop pintu yang dibuka.
"Hei Lex! Sebaiknya kau makan sarapanmu dulu." Itu adalah Lexi.

"Nanti akan kumakan." ucap Alex tanpan mengalihkan pandangannya dari Carrie.

"Jangan hiraukan kesehatanmu! Jika kau sakit siapa yang akan menjaga Carrie disini, huh?" ucap Lexi menasehati.

"Aku tau."

"Terserah kau saja." ucap Lexi jengkel.

Ia akhirnya meninggalkan ruangan yang ditempati Carrie. Lama Alex memandangi, kelopak mata Carrie tiba-tiba bergerak. Alex langsung melek dibuatnya.

"Carrie. Kau sudah sadar?"

Carrie's POV

Lama ku berlari, hingga kulihat mansion Alex telah dekat denganku. Sakitku semakin menjadi-jadi. Kakiku terasa lemas sehingga runtuh pertahananku. Aku akan jatuh. Tapi...
Kenapa tak terasa sakit?. Kulihat dengan lemah ternyata ada sebuah lengan yang menopang tubuhku. Mataku sudah tak tahan dan akhirnya kegelapan menguasaiku.

- L -

Dimana ini?
Aku melihat sebuah taman bunga Lily. Hamparan bunganya luas sampai di ujung sana. Tak terlihat oleh mataku. Awan ini sedang berkabut. Tapi masih terlihat indah bunga Lilynya. Putih, bersih dan harum.
Apa aku sudah mati?
Apa ini yang namanya surga?
"Hallo Carrie!"
Terdengar seseorang memanggil namaku. Ku edarkan pandanganku di taman ini.
Siapa disana?
"Ini aku." Ia pun mendekat. Semakin dekat hingga kulihat wajahnya. Cantik dan bersih.

"Ah Moongoddes, hormat saya."

"Anggap saja aku ibumu, Carrie."

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." lanjutnya.

"Apa itu?"

"Duduklah disini." Moongoddes menepuk-nepuk bangku disebelahnya.

"Semua kekuatan kuciptakan berdasarkan tujuan dan kebutuhan." Carrie menyimak.

"Kekuatan tersebut pasti akan kuberikan kepada jiwa-jiwa yang kuat menerimanya. Tabah akan ujiannya. Dan Bijaksana dalam pengendaliannya. Dulu ada seorang laki-laki yang kuberikan kekuatan sedemikian rupa. Ia menggunakannya dengan bijaksana. Ia membela dan membantu makhluk-makhluk yang setia terhadapku. Selang beberapa lama, ia pun menikah dengan seorang gadis. Satu tahun pernikahannya, mereka akhirnya kuberikan momongan. Janin itu terlahir sebagai gadis kecil yang manis. Tapi, disaat gadis itu dilahirkan terjadi peperangan antara sebuah pack werewolves dan pack rogue secara besar-besaran. Lelaki itu pun meninggal di medan peperangan karena membela pack werewolves. Tinggallah istrinya dan bayi yang baru dilahirkan. Istrinya berusaha melindungi sang bayi mati-matian. Dan akhirnya, ia pun tak kuat lagi melindungi sang bayi hingga di akhir hayatnya, ia menitipkan sang bayi kepada seorang laki-laki yang merupakan sahabat mendiang suaminya. Laki-laki itupun membawa sang bayi pergi sejauh-jauhnya dari daerah konflik tersebut. Kau tau Carrie. Ayahmu saat ini bukanlah ayahmu yang sesungguhnya. Kau mewarisi kekuatannya."

"Apa maksudnya, goddes?"

"Sekarang bangunlah dan temui matemu. Ia telah menunggu."

"Tapi..."

- L -

Cahaya mulai memasuki retina mataku. Kepalaku terasa berat. Mataku terbuka perlahan. Kutelusuri ruangan ini.

"Carrie. Kau sudah sadar?"

"Dimana ini?" gumamku.

"Kau sekarang berada di rumah sakit. Aku menemukanmu terluka sore itu. Darimana saja kau?!" ucap Alex yang mungkin sedang marah padaku.

"Maafkan aku, Alex." ucapku lirih. Tak terasa bulir bening jatuh ke pelipisku (karena Carrie lagi terbaring jadi jatuhnya di pelipis).

"Hey.. Tak usah menangis. Aku minta maaf." ucap Alex melembut sambil menegelus rambutku.

"Sekarang istirahatlah. Aku menyayangimu." ucapnya sambil mengecup kening.

Apa yang terjadi padanya?

Apa ia baru saja terjatuh dan kepalanya terbentur?

Aku menyayangimu.

Sekarang kalimat itu berputar terus di pikiranku. Kupu-kupu mulai terbang di perutku. Aku bahagia sekali. Tak kusangka Alex ternyata menyayangiku. Kupikir ia hanya terpaksa menerimaku sebagai matenya.

"Kenapa kau tersenyum-senyum seperti itu? Aku sudah bilang beristirahatlah. Kau butuh banyak istirahat untuk mengembalikan energimu." Ya! Itu adalah kata terpanjang yang pernah Alex  lontarkan kepadaku. Walaupun terkesan dingin (ya! Dia dingin kembali) tetapi tersirat bahwa ia juga sedang memperhatikan kesehatanku.  Aku pun hanya mengangguk-anggukkan kepalaku.



Pendek?
Author lagi sibuk banget nih..
Part selanjutnya aku panjangin deh..
Happy reading!
Jangan lupa vommentnya ya..

Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang