12

14.1K 959 54
                                    

Carrie's POV

"Ara?"

Siapa dia?

Apa ia kekasih Alex?

Ahh yang benar saja.

Aku mengikuti mereka menuju rumah sakit pack. Dengan sembunyi-sembunyi aku melihat Alex yang terlihat memberontak di depan suatu kamar inap.

"Alpha, tolong mengertilah. Nona Ara masih butuh penanganan dokter." ucap seorang warrior yang mengadang Alex. Terlihat bahwa warrior tersebut sedang kuwalahan menghadapi Alex yang notabenenya seorang Alpha yang kekuatannya jauh lebih besar dari warrior tersebut.

Aku pun akhirnya keluar dari persembunyianku untuk menenangkan Alex. Lagipula gadis itu.. err maksudku Ara kemungkinan masih membutuhkan penanganan intensif dan para dokter juga membutuhkan ketenangan ketika menanganinya.

"Alex tenanglah. Aku tau ia pasti kuat untuk bertahan. Percayalah."  ucapku lembut sambil mengelus pundaknya.

"APA KAU PIKIR IA TAK AKAN BISA BERTAHAN?! AKU PUN YAKIN IA PASTI KUAT MENAHAN LUKANYA! BUKAN SEPERTI KAU YANG LEMAH!" bentak Alex padaku.

Refleks aku kaget dan melangkah mundur darinya.

"Aku tau." gumamku sendu. Aku tak menyangka Alex akan mengatakan kata - kata pedas seperti itu. Hatiku seakan teriris mendengar ucapannya. Aku memang lemah. Bahkan di umurku yang 22 tahun ini aku masih belum bisa berganti shift dengan wolfku. Kau payah Carrie.

Setelah beberapa menit, Alex pun akhirnya dapat lebih tenang. Kemudian ia pun mengambil tempat untuk mendaratkan bokongnya. Nafasnya tersengal. Masih tersisa amarah yang menempel di ulu hatinya. Ia terlihat berusaha mengendalikan dirinya. Sementara aku hanya berdiri terdiam dan menahan air mataku yang sudah berada di pelupuk. Kutengadahkan wajahku ke atas, berusaha agar air mata itu tak terjatuh ke pipiku.

Aku tak boleh terlihat lemah.

Aku pun memutuskan untuk duduk di sebelah Alex dan berusaha menenangkannya lagi.

"Tenangkan dirimu Alex." ucapku lembut tetapi sedikit bergetar karena kejadian tadi. Aku pun mengelus pundaknya berusaha menenangkan gejolak amarahnya dan berusaha tersenyum lembut untuknya.

"Maafkan aku, Carrie." ucapnya penuh penyesalan.

"Aku tidak ber.."

"Tak apa, Lex. Seseorang ketika marah memang selalu mengucapkan kata yang tak diduga-duga olehnya pula. Itu terjadi begitu saja. Aku mengerti." ucapku lembut seraya memberikan senyum tulus padanya.

"Jadi, kau mau menceritakannya?" lanjutku.

"Hmm, aku sedang tak ingin berbicara banyak sekarang."

"Baiklah, aku mengerti."

Tak lama kemudian, terdengar knop pintu yang dibuka.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" ucap Alex penuh kekhawatiran. Sebenarnya hatiku teriris melihat Alex lebih mengkhawatirkan gadis lain daripada diriku, tapi aku mengerti rasanya jika seseorang yang kita sayangi sedang berada dalam bahaya. Seperti dulu ketika aku diselamatkan oleh ibuku dari rogue - rogue itu.

"Nona Ara tak apa. Luka di sayapnya tak terlalu parah. Anda dapat menjenguknya sekarang." jawab sang dokter.

Alex menerobos masuk dengan tergopoh - gopoh.

"Terima kasih, Dok." ucapku lembut seraya tersenyum padanya.

"Sama - sama, Luna. Saya permisi." Dokter pun berlalu meninggalkanku. Aku

-L-

Alex's POV

Aku berlari menghampiri Ara, kekasihku. Ya. Ara adalah cinta pertamaku ketika 17 tahun. Aku sangat mencintainya. Bahkan lebih dari mateku sendiri. Katakan aku brengsek. Tapi itu kenyataannya. Aku mencintai mereka berdua tetapi dengan kadar yang berbeda. Aku lebih mencintai malaikat cantikku, Ara.

Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang