25

9.8K 580 31
                                    


Carrie's POV

Ara ternyata adalah pribadi hangat. Ia yang menemaniku sejak aku pulang di mansion Alex beberapa hari lalu. Ia sangat perhatian kepadaku. Kami menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan mansion dan sekitarnya. Pantas saja Alex jatuh cinta dengannya. Ia memang berhati lembut. Aku merasa bersalah pada Alex selama ini. Tentu saja ia sulit melupakan Ara. Bahkan aku sebagai seorang wanita pun ingin menjadi seperti Ara juga. Cantik, hangat, dan penuh perhatian. Jika memikirkan perbandingaku dengannya saat disandingkan dengan Alex, aku merasa sangat kecil dan lemah. Membuatku merasa tak pantas sebagai mate Alex.

"Carrie, kau sudah makan?" tanya Ara.

"Euhmm belum, Ara."

"Bagaimana jika kita memasak?"

"Tentu."

"Tapi aku tak terlalu bisa memasak." ujar Ara.

"Tenang saja. Aku biasa memasakkan untuk ibu dan kakakku."

"Bagus. Mari ke dapur!"

Ara sangat bersemangat membantukku memasak. Ia ingin memasakkan sesuatu yang special untuk Alex. Kali ini kami membuat nasi goreng special andalanku. Tanganku cekatan meracik bumbu-bumbu. Ara terlihat kesusahan membantuku.

"Carrie, bagaimana cara memotong wortel ini?"

"Biar kutunjukkan."

-L-

Masakan kami telah matang.

"Hey! Apa yang kalian kerjakan?" suara Alex terdengar di belakang kami.

"Hai Sayang. Kami membuat nasi goreng special, Carrie yang mengajariku. Mari ke meja makan!"

Mereka berdua menuju meja makan dan dari dapur aku melihat kebersamaan mereka berdua. Hatiku tersayat sejak Ara memanggil mateku 'Sayang'. Satu tetes air mata turun di pipiku. Segera ku menghapusnya sebelum ada yang tau.  Melihat kebersamaan mereka membuatku merasa bersalah jika mereka sampai berpisah karena keberadaanku.

Andai aku berada di posisi Ara. Aku akan jadi she-wolf paling bahagia. ucap Andien sendu.

Aku pun begitu. Aku tak tega memisahkan mereka karena kita, An.

Air mata menumpuk lagi di pelupuk mataku. Aku bergegas pergi agar tak ada yang menyadari bahwa aku menangis.

Langit hari ini sangat cerah, secerah kebersamaan mereka berdua. Sedangkan aku duduk sendiri di bawah pohon rindang dan meratapi nasibku. Aku memukul dadaku keras. Mengapa ini menyakitkan sekali? Moongoddes kapan ini akan berakhir?
Tangisku semakin deras seiring dengan angin sepoi yang menabrak rambutku. Bahkan alam mengejekku karena kecengenganku.

Aku rindu Ayah.

Aku rindu Ibu.

-L-

Author's POV

"Lex, bolehkan aku mengunjungi ayahku? Sudah lama aku tak menemuinya." ucap Carrie pada Alex yang tengah sibuk dengan berkas kerjanya.

"Tentu, Carrie. Tapi aku tak bisa mengantarmu. Bisakah kau meminta tolong pada Lexi saja?"

"Uhmm ya. Tentu."

Carrie harus menelan kekecewaan lagi. Tapi ia mengerti bahwa memang Alex memiliki setumpuk tugas pack yang harus diselesaikan. Ia pun segera bergegas mencari Lexi yabg kebetulan melintas dekat dengannya.

"Lexi! Uhmm bisakah kau antarkan aku ke rumah Ayahku?"

"Kenapa tidak bersama Alex?"

"Ia sedang mengerjakan tugas packnya yang menumpuk. Jika kau sedang mempunyai kesibukan, aku tak apa untuk berangkat sendiri." Carrie tersenyum tulus.

"Aku akan mengantarmu."

"Terima kasih, Lexi."

-L-

Bagaimana bisa kakakku mengabaikan takdirnya demi angel itu? batin Lexi sambil melirik Carrie yang duduk di sebelahnya.

Mereka sedang perjalanan menuju ke rumah orang tua Carrie. Tak ada percakapan diantara mereka selama perjalanan. Seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di halaman rumah Zain.

"Kutunggu di mobil saja ya." ucap Lexi.

"Ya."

Tokk

Tokk

Tokk

Christina lah yang membuka pintu.

"Oh kau rupanya. Untuk apa datang kemari?" ucap Christina dengan tatapan tajamnya.

"Euhmm apa Ayah berada di rumah?"

"Oh ternyata kau masih mengingat Ayah setelah beberapa bulan tak kemari huh!?"

"Maaf." Carrie tertunduk sedih. Kalimat Christina menohoknya.

"Tcih! Jangan berpura-pura sedih. Dasar lemah!"

"Ada apa ini?" ucap Zain muncul dari arah belakang.

"Oh Carrie. Anakku. Masuklah, Sayang."

"Permisi." ucap Carrie kepada Christine karena tubuhnya menghadang pintu. Ia pun segera meghampiri Zain dan memeluknya sayang.

"Ayah, aku merindukanmu."

"Ayah juga. Ayah tau, kau ada masalah yang pelik. Kau kabur dari pack kan beberapa hari lalu?"

"Uhmm ya. Aku.."

"Tak apa. Ayah mengerti. Yang terpenting sekarang kau sudah disini."

Carrie tersenyum mendengarnya. Ia sangat beruntung masih memiliki ayah yang menyayanginya di dunia ini. Yah, mungkin memang hanya ayahnya satu-satunya orang yang menyayanginya. Carrie tak mempermasalahkan itu.

Obrolan kecil mengenai masalah Carrie diperbincangkan ringan oleh mereka serta dengan bumbu nasihat - nasihat dari Zain.

"Carrie, Ayah ingin mengatakan sesuatu yang penting kepadamu."

"Sesuatu yang penting? Mengenai apa?"

"Oh Carrie kau disini! Bagaimana kabarmu?" suara Ruth mengintrupsi dari arah dapur. Tentunya dengan tatapan bahagia palsu.

"B-baik, Bu."

"Kalian sedang membicarakan apa? Terlihat sangat penting."

"Bukan apa-apa." ucap Zain cepat.

"Sebaiknya kita bisa membicarakannya lain waktu."

"Uhmmm baik, Ayah. Kalau begitu Carrie pamit."

Carrie pun bergegas menuju mobil yang menunggunya di pelataran.

"Hati-hati di jalan." salam Zain ketika mobil meninggalkan pelatarannya.

-L-

Jangan lupa vommentnya❤

Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang