Mike's POV
"Baiklah. Lebih baik kita jalan - jalan." Aku menggandeng tangannya lembut.
"Jadi, kau ini seorang Raja?" tanya Carrie.
"Bisa dibilang seperti itu." Carrie anya mengangguk - anggukkan kepalanya. Ia begitu cantik dan anggun dengan dandanan seperti ini. Bibirnya begitu ranum dengan sentuhan lipstick merah muda cerah. Pikiranku melayang memikirkan sesuatu yang tak seharusnya kupikirkan.
"Jadi, kita akan kemana, Mr. Shakespeare?" ucapnya membuyarkan lamunanku. Aku mengerjap dan segera menormalkan diriku.
"Kita akan keliling di daerah masyarakat kecil di sekitar astilku. Kau tak keberatan kan untuk turun ke daerah rakyat kecil?"
"Tentu saja. Bahkan aku berasal dari kalangan bawah, Sir." jawabnya.
"Apa matemu berasal dari kalangan bawah juga?" tanyaku penasaran dengan matenya. Aku masih bertanya - tanya, apa motifnya kabur dari packnya dengan keadaan semenyedihkan itu? Apalagi dengan tubuhnya yang bertelanjang bulat karena usai berganti shift dengan wolfnya? Ahhh pikiranku kacau mengingat hal itu. Kulihat kembali wajahnya. Tersirat guratan sendu di matanya. Apa ia disakiti oleh matenya? Bagaimana mungkin wanita secantik dirinya disakiti oleh matenya? Apalagi ia telah ditandai. Yang benar saja.
"Emm.. suasana desa ini masih terlihat kuno ya?" ucapnya. Ia mengalihkan pertanyaanku. Mungkin ia tak ingin membahas tentang matenya untuk saat ini.
"Ya. Klan Vampire disini masih mempertahankan adat kuno. Kmi tak ingin kebiasaan kami pada zaman dahulu enyah begitu saja. Dengan begini, kami selalu merasa menjadi muda terus dan seperti tak termakan oleh waktu. Padahal kenyataannya walaupun kami hidup layaknya era modern seperti sekarang, kami juga tak akan termakan oleh waktu. Maksudku tak akan menjadi tua." jawabku sambil terkekeh. Carrie menganggukan kepalanya mengerti.
"Hmm ya. Kalian terlihat begitu kuno. Tapi aku begitu menyukainya. Gaya berpakaian dan sikap sopan santunnya masih begitu kental. Tapi.. ada satu yang tak kusuka.." ucapnya menggantung. Aku menatapnya intens agar ia melanjutkan klimatnya.
"Yaitu.. korset yang melekat ditubuhku. Ya Tuhan! Ini begitu menyesakkan." ucapnya sambil memegang perutnya. Ekspresinya begitu menggemaskan. Aku terkekeh geli melihatnya.
"Yang benar saja." kataku. Kami melanjutkan perjalanan kami dan mengambil kotak keluhan di pinggiran desa. Di setiap desa yang ada di wilayahku memang harus ada kotak keluhan di setiap pinggiran daerah/desanya agar pihak kerajaan tahu mengenai asalah - masalah yang dihadapi oleh para rakyat dan dapat membantu mengatasinya. Pihak kerajaan juga ingin melihat rakyatnya makmur dan damai walaupun mereka di kalangan paling bawah sekalipun. Kotak keluhan ini tak hanya untuk rakyat jelata semata, Rakyat yang berada di kalangan atas pun juga boleh menuliskan keluhannya di sebuah kertas dan memasukkannya di kotak keluhan. Pihak kerajaan akan mengambil kotak tersebut selama sebulan sekali agar kami tahu perkembangan rakyat kami seperti apa.
"Kerajaanmu sungguh ramah dan bijaksana. Baru pertama kali aku menjumpai kerajaan yang mau mendengarkan keluhan rakyatnya secara detail. Sungguh mengagumkan." ucapnya yang sudah kuberitahu tentang kotak keluhan sebelumnya.
"Your Highness, Saya pikir orang suruhan Anda yang akan datang." ucap seorang lelaki yang merupakan rakyatku sedang menyapaku.
"Aku ingin melihat sendiri bagaimana keadaan kalian." ucapku padanya.
"Saya pikir Anda dan teman Anda memerlukan segelas minum dan tempat duduk yang nyaman untuk berehat sejenak?" ucapnya menawariku.
"Ahh tepat sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I ?
WerewolfCarrie Catasthrope yang mengalami kisah pelik di keluarganya. Ia yang dianggap she-wolf rendahan oleh keluarganya sendiri hanya karena belum bisa berganti shift dengan Andien, wolfnya. Belum lagi ia pun bertemu dengan matenya yang merupakan seorang...