Part 9

13 1 1
                                    

"Cemburu itu buta, tidak kenal sahabat atau saudara, semua salah dimatanya"

Lena sedang mencari keberadaan Fera, karena sejak acara tiup lilin Aila, Fera tidak kelihatan di dekatnya. Lena berjalan kearah luar gedung, dan saat dia sampai di depan pintu keluar, Lena melihat Fera sedang duduk di bangku yang tak jauh dari tempatnya berada. "Kamu kemana aja sih Fer dari tadi ngilang mulu? Kamu gak taukan apa yang terjadi di dalem?"

"Gak penting, persahabatan mereka itu munafik, seharusnya aku sadar, kalau mereka punya hubungan special". Fera tersenyum sinis kearah Lena, sedangkan Lena tidak mengerti apa maksud dari ucapan Fera.

"Kamu tuh ngomong apa sih Fer? Aku gak ngerti deh kenapa kamu marah begini?" tanya Lena bingung. "Kamu tau kenapa aku begini Len!!" bentak Fera dan langsung menatap Fera. Lena mendekat ke Fera dan memegang pundaknya. "Kamu cemburu, Fer, mereka cuma sahabat".

Fera menepis tangan Lena yang berada di pundak nya. "Cih,,, sahabat? Jelas-jelas ada cinta di antara mereka, aku udah gak percaya sama semua omongan anak kecil itu. Dia selalu dapetin apa yang dia mau, perhatian kak Uta dan cinta Isfan, aku gak terima itu. Bahkan kak Uta gak pernah ngasih aku kado gelang berlian, sedangkan Aila, dia berani ngeluarin duit banyak buat Aila. Aku adiknya, tapi dia lebih sayang ke Aila".

Fera tidak bisa lagi menahan air matanya, saat ini dia menangis di hadapan Lena. Dan Lena malah menampar Fera "Aila sahabat kita Fer!!" bentak Lena yang juga sedang menahan tangisnya.

"Aku benci dia, gak ada sahabat yang merebut segalanya, jangan pernah sebut nama dia lagi di depan aku" Fera menyeka air matanya dan dia langsung berjalan meninggalkan Lena.

                     ,☘☘☘☘☘

Semua sudah berkumpul di rumah Hendra. "Kenapa kamu mendadak mau ke Korea Ai?" tanya Nasya, sebenarnya dia sudah marah saat mereka masih berada di pesta, tapi dia tahan sampai sekarang.

"Enggak mendadak mah, Aila udah nyiapin ini semua dari jauh-jauh hari, dan keputusan Aila udah bulat, buat gantiin posisi papah di Korea" Aila berbicara dengan penuh ketegasan.

"Papah masih sanggup buat bolak-balik Indonesia-Korea, kamu cinta Indonesia Ai, wujudkan cita-cita kamu buat traveling ke pelosok Indonesia". Rahang Hendra mengeras dan matanya memerah saat sedang bicara ke Aila. "Iya Ai, tetap disini ya Ai" tambah Tania.

"Enggak bisa, aku tau sebenernya mamah sama papah itu capek bolak-balik terus, papah sering sakit, tapi kalian gak ada yang mau cerita ke Aila. Aila emang cinta Indonesia, tapi Aila lebih cinta mamah sama papah, cita-cita Aila buat kalian bahagia" setetes air mata Aila mengalir, ya saat ini dia menangis di hadapan keluarganya.

Hendra mendekat ke Aila dan memegang tangan putrinya. "Bahagia kita liat senyum bahagia kamu Ai, putri papah". Aila menyeka air matanya dan menatap lurus ke arah Hendra. "Aila gak akan biarin perusahaan papah bangkrut". Hendra dan Nasya terkejut mendengar ucapan Aila. "Perusahaan kita baik-baik aja Ai"

Aila menepis tangan Nasya dan Hendra. Dia berdiri dengan air mata yang mengalir di depan keluarganya dan keluarga Isfan. "BOHONG,, Kalian gak bisa bohongin Aila lagi, Aila tau semuanya, papah selalu tersenyum di depan Aila, tapi sebenernya papah lagi banyak pikiran dan menanggung beban yang banyak. Aku akan ngelakuin apapun agar perusahaan papah dan mamah yang kalian bangun dari nol gak akan bangkrut"

Nasya menggenggam tangan Aila dan Tania pun sama. "Mamah gak bisa jauh dari kamu Ai". Aila menghapus air mata Nasya yang membanjiri pipinya. "Mah, mamah pernah bilang sama Aila, kalo kepercayaan seorang orang tua dan anak itu sangat kuat. Apa lagi Ai anak kandung mamah, putri kalian, kalo dalam dua bulan aku gak bisa bikin perusahaan kalian bangkit, aku siap pulang ke Indonesia dan kalian bisa sita semua barang aku".

Aila VarishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang