Isfan mengendarai mobil dengan sangat serius, Aila pun tidak mengeluarkan suara dari tadi, dia terus saja diam sambil melihat keluar mobil, padahal Aila ini perempuan yang cerewet saat sedang bersama Isfan.
"Kenapa sih Ai diem aja dari tadi? Lagi sakit gigi ya?" tanya Isfan sambil melirik ke arah Aila dan mencolek dagu gadis di sampingnya ini.
"Berisik, diem napa sih Fan, tuh mulut nyerocos mulu kaya mercon" jawab Aila jutek tanpa melihat Isfan. Entah kenapa dia lagi enggak mood meladeni ledekan Isfan. Saat mereka memasuki daerah rumahnya, mereka melihat mobil ambulance melintasi mereka.
"Ada ambulance, siapa yang sakit tuh Ai?" tanya Isfan sambil melihat ke arah luar. "Dokter Isfan Farabi yang sangat terhormat, kamu enggak liat aku dari tadi disini, mana aku tau siapa yang sakit, lagian jadi orang kepo banget banget sih" omel Aila. Dan Isfan pun menghentikan mobilnya. Karna mereka sudah berada di perkarangan rumah Aila.
"Galak banget, cepet tua baru tau rasa" terlihat Bik Ina mengetuk kaca pintu mobil Isfan dengan keras, dan Isfan pun menurunkan kacanya. "Aya naon bik?" tanya Isfan dalam bahasa Sunda.
"Bik Ina kenapa panik gitu? Emang rumah kebakaran ya? Apa ada maling masuk? Atau bibik mules?" tanya Aila yang melihat raut wajah kepanikan bik Ina. "Orang lagi serius masih aja di ledekin sih Ai". Isfan yang berada di sampingnya langsung menatap wajah Aila dengan tajam, menandakan untuk dia berhenti bicara.
"Mamah, mamah Den Isfan masuk rumah sakit" jawab bik Ina, detik itu juga Isfan langsung lemas mendengar jawaban bik Ina. "Ambulance tadi, bawa mamah?" tanyanya dengan raut wajah yang sulit di artikan.
"Ii..iya den" Isfan mengacak rambutnya frustasi. "Akkhh... Aku harus ke rumah sakit" ucapnya sambil menyalakan kembali mesin mobilnya. "Tapi kamu lagi panik Fan, biar aku yang bawa mobil" elak Aila yang memegangi tangan Isfan. Isfan orang yang paling di takutkan kalau sedang kalap atau panik. "Kamu belum lancar bawa mobil, cukup kamu diem di samping aku Ai" Isfanpun langsung melajukan mobilnya ke arah rumah sakit.
Isfanpun mulai melajukan mobilnya keluar area perumahan mereka, kali ini Isfan yang diam, bahkan dia tidak menghiraukan ocehan pengemudi lain saat dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sesekali Isfan marah karena keadaan jalan yang macet, kadang dia terus saja membunyikan klakson mobilnya dengan kesal. Sesampai di rumah sakit, Isfan langsung bertanya ke suster keberadaan mamahnya dan suster itu mengarahkannya ke ruang UGD.
"Sabar dulu Fan, jangan panik kaya gini. Tante pasti baik-baik aja kok, kamu diam dong, ga usah mondar-mandir gini" ujar Aila yang melihat Isfan terus saja mondar mandir di depan ruang UGD.
"Jangan panik? Sabar? Mana bisa Aila, kamu mikir dong, coba kamu bayangin kalo tante Nasya masuk Rumah Sakit? gak punya pikiran banget sih kamu Ai, emang kamu pernah sedikit saja mikirin perasaan orang lain Ai? Mending kamu jauh-jauh deh Ai, aku pusing denger suara kamu" bentak Isfan, dan Aila benar-benar terkejut, karena Isfan tidak pernah meninggikan suaranya.
Aila berjalan menjauhi Isfan, dia tau kalau Isfan pasti butuh sendiri dan jujur, dia sakit hati dengan apa yang di ucapkan Isfan. Dan terlihat dokter baru saja keluar ruangan.
"Gimana ke adaan nyokap gue Roy?" tanya Isfan ke dokter itu, yang ternyata temannya Isfan.
"Nyokap lo gapapa, cuma kurang istirahat sama darah rendah, kalo gitu gua keruangan dulu Fan" Isfan hanya menjawab dengan anggukan, dan langsung masuk menghampiri mamahnya.
"Gimana keadaan mamah?" tanya Isfan sambil memegang tangan Tania mamahnya. Mamahnya terlihat pucat dan lemas. "Mamah engak apa-apa ko Fan" jawab Tania yang tersenyum lembut ke Isfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aila Varisha
Подростковая литератураTak semua apa yang terlihat baik-baik saja itu berarti benar baik-baik saja, Menyimpan rasa suka bertahun-tahun itu tidak mudah, Aila mencoba memendam semuanya dan terus membuat pria yang dia sukai behagia bahkan dia membantu untuk pria itu melamar...