Part 12

4 0 0
                                    

Sejak pagi Fera mencari keberadaan Lena, dia ingin memintaaaf kepada sahabatnya itu. "Len, Lena" Panggilnya saat melihat Lena baru saja datang dan berjalan kearah perpustakaan kampus. Sedangkan Lena tak menghiraukan panggilan Fera dan terus berjalan, sampai Fera menahan tangannya.

"Apa lagi Fer? Kamu udah dapetin semua perhatian kak Uta dan kamu sekarang juga bisa dapetin Isfan" Saut Lena dengan kesal, dia sangat kesal dengan semua perkataan Fera beberapa hari lalu saat acara pertunangan kak Uta dan saat di kediamannya.

"Aku minta maaf tentang kejadian itu, aku salah. Aku terlalu cemburu dengan Aila, dia selalu mendapatkan perhatian lebih dari kak Uta" Fera menunduk menahan tangisnya, dia menyesali apa yang sudah dia perbuat sampai sahabatnya pergi jauh ke luar negeri.

Lena merasa sedih melihat keadaan Fera yang menyesali perbuatannya dan dia juga masih sedikit kesal saat  mengingat kejadian itu. "Aila sayang banget sama kamu Fer, dia ga tau kalau kamu menyukai Isfan. Rasa sayang kak Uta ke kamu dan ke Aila itu beda Fer, kamu adik kandungnya, kamu yang dia punya saat ini".

Tangis Fera pecah mendengar perkataan sahabatnya, Lena yang tidak tegapun memeluk Fera yang tengah menangis. "Trus aku harus gimana Len, aku nyesel. Aila tau percakapan kita dan dia minta maaf ke aku dengan surat yang kamu kasih waktu itu". Lena sangat terkejut mendengar nya, dia baru sadar arti ucapan Aila saat di Bandara.

" Menjauhlah dari Aila" Perkataan Isfan yang tiba-tiba membuat Lena dan Fera terkejut. "Tolong dengarkan baik-baik, Aila itu segalanya buat saya dan anda udah nyakitin dia dengan segala ucapan yang bahkan dia tau. Dan saya akan memperingatkan kakak anda untuk menjauh dari Aila dan lebih memperhatikan adiknya yang berlebihan ini. Ah,, tidak saya harus menelfonnya tepat di depan anda".

Isfan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Uta. "Aku minta maaf Fan, tolong jangan kasih tau kak Uta". Mohon Fera dengan derai air mata. " Shut up" Ucap Isfan dengan penuh penekanan menatap Fera.

"Kak Uta, tolong jangan terlalu dekat dengan Aila, menjauhlah jangan hubungi dia. Dan tolong lebih perhatikan adik kakak tersayang itu agar tidak menyakiti Aila". Isfan langsung mematikan sambungan telfonnya dan pergi meninggalkan Fera dan Lena.

Lena menggenggam tangan Fera dan memeluk nya. "Kita pulang dulu ya Fer, aku akan bantu menjelaskan semuanya ke kak Uta" Fera mengangguk dan ikut berjalan di bantu Lena menuju mobilnya.

                               ☘☘☘☘

Putra sangat terkejut mendengar ucapan Isfan di telfon, dia tidak mengerti apa yang tetjadi saat ini. "Ada apa sayang?" Tanya Risha yang kebetulan sedang berada di dekat Uta. "Aku ga ngerti, Isfan marah-marah dan minta aku ngejauhin Aila dan lebih memerhatikan Fera. Ada apa sih ini sebenarnya". Putra yang masih  bingungpun kembali menghubungi Isfan.

"Isfan, tolong jelaskan apa yang terjadi. Apa maksud semua ucapan kamu? Fera ga mungkin menyakiti Aila". Terdengar Isfan terkekeh mendengar ucapan Uta.

"Jangan terlalu percaya dengan kepolosan dia kak, aku akan kirim vidionya dan lihat baik-baik sikap wanita itu". Lagi-lagi Isfan mematikan sambungan telfonnya, dan tidak lama Uta mendapatkan notifikasi pesan masuk. Isfan benar-benar mengirimkan vidio yang tadi sempat dia bahas. Dengan penasaran, Utapun melihat vidio itu. Sedangkan Risha mengusap lengan calon suaminya agar lebih tenang.

"Fera" Ucapnya dengan lemas sambil memberikan handphone ke Risha agar Risha juga melihat vidio itu. Risha sama dengan Putra, dia juga sedikit terkejut dengan melihat vidio itu. "Kita bicarakan baik-baik ya, kamunya jangan emosi. Kita pulang kerumah". Risha mencoba membuat Putra sedikit tenang, karna wajahnya memperlihatkan kemarahan.

" Aku pergi dulu, ini kunci mobil. Kamu pulang sendiri ya, hati-hati" Setelah memberikan kunci mobilnya ke Risha, Putra meninggalkan Risha di kantornya dan terus berjalan dengan keadaan marah. Risha sangat khawatir melihat keadaan putra dan di satu sisi dia juga khawatir memikirkan keadaan Fera.

                                ☘☘☘☘

Aila sangat di sibukkan dengan beberapa laporan kerjanya, dia mempelajari semua hal tentang perusahaannya dari Lee Hyun Sik. "Hmm,,, sekertaris Lee, bisa bicara sebentar" panggil Aila saat Hyun sik baru saja masuk keruangannya. "Iya, ada yang bisa aku bantu" Hyun Sik duduk di bangku depan meja Aila.

"Aku udah mempertimbangkan ini, tapi aku juga butuh izin dari sekertaris Lee. Boleh aku panggil Sekertaris Lee dengan panggilan Oppa?" Ucap Aila cepat dengan mata tertutup. Sedangkan Hyun Sik menatap Aila dengan haru, dia tidka menyangka impiannya selama ini, setelah dia mendapatkan cerita tentang Aila dari kecil, kini impiannya terwujud.

"Thank you, I'm very happy to hear that. Aku akan jadi kakak yang baik buat kamu" Aila menatap mata Hyun Sik yang terlihat hendak menangis dengan senyuman terukir di bibirnya. "Aku akan jadi adik yang baik untuk oppa" Hyun Sik menggenggam tangan Aila erat, dia sangat bahagia saat ini. Dia mempunyai keluarga, selama ini dia yidak nengizzinkan siapapun memanggilnya oppa, dia hanya ingin mendengar kata-kata itu dari Aila.

"Mau makan malam? Ah,, tidak, kamu mau kemana hari ini? Aku akan merayakan kebahagiaan aku dengan kamu". Aila terkekeh melihat ekspresi Hyun Sik yang sangat senang. Dia tidak menyangka keputusannya membuat pria yang ada di hadapannya sangat senang.
"Aku lagi mau makan, makanan khas Indonesia" Jawab Aila, karna dia benar-benar rindu makanan Indonesia.

"Ayo kita ke Daegu, aku tau salah satu restauran khas Indonesia di sana" Tanpa sadar Hyun Sik menggenggam tangan Aila dan berjalan keluar dari ruangannya, mereka masih belum menyadari kalau banyak pasang mata yang melihat kearahnya. Terlebih lagi Hyun Sik terlihat sedang tersenyum, karna selama ini Image Hyun Sik terkesan dingin dan jarang tersenyum.

                              ☘☘☘☘

Risha langsung mencari Fera saat dia sampai rumah Putra, terlihat Fera sedang menangis sambil memeluk Lena di kamarnya. "Fera" Panggil Risha dan Fera langsung menghampiri Risha dan memeluk calon kakak iparnya itu. "Aku salah kak, kak Uta pasti marah sama aku, aku harus gimana sekarang" Tangis Fera semakin pecah, dia sangat menyadari kesalahannya.

"Fera, Putra itu sangat sayang sama kamu dan dia juga sayang sama Aila. Kalian itu punya tempat masing-masing di hatinya. Kamu ga perlu takut atau cemburu kalau Putra dekat dengan Aila. Bahkan Putra akan melalukan apapun untuk kamu walaupun nyawa taruhannya. Setelah orang tua kalian pergi, kamu satu-satunya keluarga Putra, kamu yang dia punyapunya".

"Aku harus gimana sekarang kak?" Tanyanya di sela isak tangis. "Kamu biaa bicarain semua ini baik-baik dan minta maaf. Tapi sekarang kamu istirahat dulu ya, jangan mikirin macem-macem, kakak akan selalu ada untuk kamu".  Risha merebahkan badan Fera agar dia sedikit istirahat. " Kalo gitu, aku pamit pulang ya  kak Risha, Fera" Setelah pamitan, Lenapun pergi dari rumah Fera dan Risha masih menemani Fera sampai dia tertidur.

Saat memastikan Fera sudah tertidur, Rishapun keluar dari kamar dan menunggu kedatangan Putra. Sudah cukup lama dia menunggu kedatangan prianya, Risha juga teruseng hubungi putra tapi tidak ada yang terhubung.
"Sayang kamu dimana, angkat telfon aku" Risha sangat khawatir, apalagi Putra meninggalkan kantor dengan keadaan sedang marah.

"Apa aku harus menghubungi Aila?” Tanyanya, Putra pasti akan mengangkat panggilan telfon Aila. Tapi dia utungkan niatnya larna takut mengganggu Aila, Risha hanya bisa berdoa semoga Putra baik-baik saja, dia akan menunggu prianya sampai pulang.

Hai semua, terimakasih banyak udah mau baca cerita aku, semoga kamu suka ya sama cerita-cerita aku. Salah hangat dari aku untuk kalian semua.
Tinggalkan jejak ya, karna jejak kalian berarti buat aku.

Are.u                                                           r.u

            

Aila VarishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang