Part 1

170 70 108
                                    


Aila Varisha Narendra, anak tunggal dari keluarga Narendra yang terkenal memiliki beberapa perusahaan di Indonesia dan Korea Selatan. Dia perempuan yang sedikit cuek dengan penampilan, dia bukan perempuan tomboy dan juga bukan perempuan yang feminim, dia sangat suka meng Cover Dance.

Aila kuliah di kampus milik keluarga Narendra yaitu University kalýteros yang atinya Universitas Terbaik.  Dia mengambil Jurusan management dan mengambil les khusus bahasa korea karna dia ingin meneruskan perusahaan papahnya yang ada di Korea, dan sekarang dia sudah memasuki semester akhir.

Aila sedang serius mengerjakan tugas kuliahnya di kantin, tapi terganggu oleh dua perempuan yang baru saja datang dan duduk di hadapan Aila.

"La, serius banget sih ngerjain tugasnya?" sapa perempuan berambut panjang yang terlihat sangat feminim, dan Aila hanya mengangguk dan terus mengerjakan tugasnya. Dari pada perpustakaan dia lebih menyukai kantin karna dia bisa mengerjakan tugasnya sambil memakan cemilan.

"Sok sibuk nih orang, udah lah kita makan dulu, ngebet banget ke KorSel sih La!!" ujar perempuan yang beramput pendek, Lena. "Taunih, eh,, Lena,jangan-jangan Aila mau cari jodoh orang Korea?" celetuk perempuan berambut panjang sambil menahan tawa.

"Hahaha bener banget Fer, biar bisa manggil, Oppa, Oppa Saranghae kaya di DraKor yang sering kita tonton loh" dan mereka ber dua tertawa bersama.

Ekspresi Aila berbeda dengan ke dua sahabatnya ini, rahang Aila mengeras dan matanya membulat karna marah, dia tidak terlalu suka dengan pembicaraan kedua sahabatnya itu. "Udah berapa kali aku bilang, aku tuh engga tertarik sama cowok Korea, aku bukan anak Zaman sekarang yang tergila-gila sama cowok Korea" Ujar Aila dengan marah dan langsung pergi meninggalkan sahabatnya di kantin dengan ekspresi terkejut karena Aila tiba-tiba marah. Hari ini mood Aila sedang tidak baik, mungkin karna hari ini dia juga sedang datang bulan.

"Kita salah ngomong ya Len? kok Aila ampe marah gitu sih?" tanya Fera yang sedikit panik, "Udah tenang aja, dia tau ko kita cuma bercanda, udah lanjutin makannya" Lena dan Fera pun melanjutkan makannya.

Aila Pov

Entah kenapa aku paling tidak suka mereka ngomong seperti itu, saat ini aku lagi diam-diam masuk ke aula, aku menyalakan  musik dari ponselku dan melalukan dance, menurut aku ini cara yang ampuh untuk menghilangkan setres, aku terus meliukkan badanku sampai semua basah karna keringat. Tidak terasa sudah hampir 1 jam aku ngedance di aula ini dan tenggorokan ku terasa kering.

"Mana ya airnya? Kayanya tadi bawa air deh?" ucapku sambil mencari botol air minum di dalam tas.

"Mungkin kamu butuh ini?" terdengar suara pria yang tak asing di telinga aku, ya dia Isfan "Thanks Fan, sejak kapan disini?" tanyaku sambil meminum air pemberiannya.

"Ai, kalau setelah lulus kamu ga usah ke Korea gimana? Kamu kerja di Indonesia aja" Aku mengerutkan keningku mendengar perkataan Isfan yang sangat tiba-tiba. Sejujurnya aku tidak mengerti maksud dari pertanyaan pria itu.

"Fan, aku ga bisa liat papah mamah aku terus - terusan bolak-balik Indonesia-Korea. Aku mau sedikit mengurangi beban papah aku Fan" Jawabku dengan jujur, aku hanya mangatakan ini ke Isfan. Dan dia hanya terdiam mendengarkan perkataanku.

"Udah yuk pulang, aku nebeng mobil kamu ya, hari ini ga bawa mobil soalnya males nyetir" Akupun jalan terlebih dulu keluar dari Aula menuju parkiran mobil. "Cepetan buka mobilnya, aku mau pulang" oceh ku yang sudah berdiri tepat di samping mobil Isfan.

Isfan mengerutkan keningnya "Punya mobil gak di gunain, ehh inget ya, umur aku 3 tahun lebih tua dari kamu" oceh Isfan sambil memasuki mobilnya, sungguh dia terlihat lucu kalo sedang ngambek. Isfan langsung melajukan mobilnya kaluar gerbang kampus, sahabat aku yang satu ini selalu nurut apa kata aku, mungkin karna kita sahabatan dari kecil, bahkan dari aku belum lahir, makanya itu dia selalu Care.

                         ☘☘☘

Aila tertidur dalam perjalanan pulang dari  kampus, dan dia terbangun saat keesokan harinya. Karna kemarin dia pulang cukup larut malam dengan Isfan. Tapi saat bangun dia merasa tenggorokannya kering, dan dia memutuskan untuk kedapur mengambil air minum. Tapi saat ingin kedapur, dia melihat pintu kamar orang tuanya terbuka. Karna penasaran, dia pun membuka pintu itu.

Terlihat Nasya sedang memasukan beberapa pakaian ke dalam kopernya, "Mau kemana mah?" tanya Aila saat melihat mamahnya sedang memasukkan pakaian. Nasya menghampiri anaknya dan mengelus lembut kepala Aila.

"Papah sama Mamah harus ke Seoul, papah kamu lagi ga enak badan jadi mamah harus ikut, dan lagi ada masalah di sana, maaf ya ga bisa nemenin hari libur kamu Ai" Aila memberikan senyum ke Nasya.

"Tapi gimana keadaan papah sekarang?, ayo Aila bantu bawa kopernya keluar" Aila menarik kopernya keluar rumah, di ikuti Nasya yang berjalan di sampingnya. "Papah kamu tadi udah di periksa dokter dan baik-baik aja, Mamah janji akan pulang sebelum kamu ulang tahun yang ke 21, dan mamah nitipin kamu ke Isfan, dia lagi ke bengkel ngambil mobil kamu" seketika wajah Aila terlihat murung saat mendengar nama Isfan.

"Mah, Aila udah besar, kayanya mamah mau buat Perang Dunia kalo nyatuin aku sama Isfan" oceh Aila dengan wajah cemberut dan tangan di lipat di dada.

"Ga boleh gitu Ai, mamah berangkat ya, jangan berantem mulu sama Isfan, bay sweet heart" Nasya pun masuk ke dalam mobil. "Bay mah" Aila masih memandangi mobil itu sampai mobil itu berjalan menjauh. "Sabar ya Mah Pah, tunggu aku selesai Wisuda, abis itu Aila yang akan nerusin pekerjaan kalian, agar kalian istirahat".

Saat Aila ingin masuk ke dalam rumah, Aila melihat Taxi berhenti tepat di depan rumahnya, dan keluar dua sosok perempuan yang sangat dia kenal.

"Ngapain kalian kesini?" tanya Aila sambil bertolak pinggang di depan pintu. Menampilkan wajah juteknya, tapi sebenarnya dia menahan tawa dengan ekspresi ke dua sahabatnya.

"Aila maafin kita ya, aku tau kamu marah, tapi jujur kemaren tuh kita bercanda, maaf ya Ai" Aila mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Fera, Aila bingung dengan apa yang terjadi sama kedua sahabatnya ini, karna dia tidak marah kemereka, hanya sedikit kesal.

"Dih,,, kesambet nih orang, mending masuk yuk, kita ngobrol di dalam" Aila mempersilahkan mereka masuk dan duduk di Sofa ruang tamu.

"Maaf ya Ai bercanda kita kelewatan, ampe kamu gak mau pulang bareng kita" ucap Lena sambil memegang tangan Aila. Aila menahan tawa mendengarnya, apa lagi kedua sahabatnya merasa bersalah. "Yaampun kalian fikir aku marah? Kemaren tuh aku pulang bareng Isfan, karena kita searah makanya aku nebeng dia, terus aku juga gak sempet ngabarin kalian karena handphone aku mati"

Fera dan Lena langsung melempari Aila dengan bantal sofa "Anak kecil nyebelin, suka banget bikin orang panik". Lena memukuli Aila dengan bantal, begitu pula Fera "Aww udah dong, iya iya maaf" ucapnya sambil terus menghindar dari pukulan Lena dan Fera, sampai telfon Fera berbunyi. "Kenapa kak, owh iyaiya, di depan, oke sip" ucap Fera lewat telfon, entah apa yang mereka bicarakan.

"Kenapa kak Uta?" tanya Aila dengan penasaran. "Minta di anterin beli kado, sekarang dia udah di depan, gapapa ya La aku balik duluan?" tanya Fera sambil memegang tangan Aila. "Ehh nebang dong Fer, aku juga mau ngambil Kue titipan bunda"

"Yaudah sana berangkat nanti keburu macet, salam ya buat kak Uta sama Bunda" Ailapun mengantar teman-temannya sampai ke pintu.

"Iya La, bay,,, Love you my little baby" setelah mencium pipi Aila bersamaan, mereka berdua pun keluar dari rumah Aila "Aisss,,, bener-bener ya mereka, masih aja menganggap aku anak kecil, padahal dikit lagi aku 21 tahun" Aila ngedumel sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
.
.
.
.
.
Haiii terimakasih udah membacanya, semoga kalian suka sama cerita baru aku ya, dan jangan lupa Voment + follow

Aila VarishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang