Aku mengerjapkan mataku saat telingaku menangkap suara jam weker yang berada di atas nakas. Aku melirik ke arahnya, lalu sedikit mengeluh saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul 05.30. Dengan malas, aku bangkit dari tidurku, terdiam sebentar untuk mengembalikan kesadaranku. Sekitar 5 menit aku duduk di sisi ranjang, suara berat laki-laki mengembalikan kesadaranku sepenuhnya.
"Yan, bangun, hari ini kan hari pertama lo masuk SMA," ujarnya di luar pintu kamar. Aku sedikit meringis saat menyadarinya, lalu kemudian bangkit dari dudukku dan pergi membuka pintu. Tepat seperti dugaanku, di sana dia bersandar di dinding yang berada di depan pintu kamar.
"Ya ampun, bener kan sesuai dugaan gue, lo pasti masih berantakan." Dia mengacak rambutku gemas. "Kenapa telat bangun hm? Lo lupa kalo hari ini sekolah?"
Aku menyengir sebagai jawaban.
Mendapat jawaban seperti itu dariku, dia lantas semakin mengacak rambutku. "Yaudah sana lo mandi, abis itu jangan lupa sholat shubuh, gue udah delivery makanan buat sarapan."
Aku masih diam di tempatku dan belum beranjak. "Lo delivery apa?" tanyaku sambil bersender di kusen pintu.
"Kepo! Udah sana mandi buruan, ntar telat kan nggak lucu, baru juga masuk masa udah telat aja." dia mendorongku ke dalam kamar mandi yang terletak di sebelah kamarku, lalu menutup dan mengunci pintunya dari luar.
"10 menit harus udah selesai, kalo nggak lo nggak usah sarapan." ucapnya dari luar kamar mandi. Aku hanya bisa mengumpat dan pasrah, dia memang selalu seperti itu.
Tepat 10 menit kemudian, aku sudah selesai dengan mandiku. Untungnya di dalam kamar mandi terdapat kimono, kalau tidak, mungkin sekarang sudah dipastikan kalau aku hanya memakai handuk saja untuk menutupi tubuh telanjangku, karena aku tidak membawa pakaianku ke dalam.
Aku mengetuk pintu kamar mandi dengan cukup keras dan berteriak 'Abang' beberapa kali, baru lah pintu kamar mandi dibuka dari luar, di sana ada dia dengan senyum menyebalkan khasnya.
"Udah sana lo pakai baju cepetan, jangan lupa sholat shubuh, gue tunggu di bawah sama Papa buat sarapan." ujarnya terdengar memerintah─oh ya, bukannya dia memang selalu memerintah?
Aku memutar bola mataku malas dan masuk ke dalam kamar, tak lupa mengunci pintu karena dia suka masuk ke kamarku seenaknya─dan terlebih, tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Aku sudah siap dan rapi saat waktu menunjukkan pukul 06.00. Aku segera turun ke bawah untuk sarapan bersama keluargaku sebelum dia memarahiku karena aku lelet atau sebagainya.
Saat aku turun, di meja makan sudah ada Papa yang menyambutku dengan senyum hangatnya seperti biasa dan dia dengan senyum menyebalkannya itu.
"Pagi semua." sapaku sebelum aku duduk di kursi favoritku─di sebelah kiri Papa yang dulunya selalu di tempati oleh Mama.
Bertanya soal Mama, Mama sudah meninggal satu tahun yang lalu tepatnya saat aku naik kelas sembilan. Aku begitu terpukul saat kehilangannya, tapi apa lagi yang bisa kuperbuat selain mendo'akannya agar diterima di sisi-Nya di sana? Aku tidak mungkin 'kan menetang takdir?
"Pagi," sapa papa dan dia balik secara bersamaan membuat lamunanku tentang Mama terbuyar. Aku tersenyum saat mereka membalas sapaanku.
"Kamu udah siap pergi ke sekolah baru sayang?" tanya Papa sambil menatapku, tatapan itu lah yang membuatku kuat sampai sekarang. Tatapan hangat yang diberikan dari seorang Papa kepada anaknya.
Aku tertawa kecil. "Siap dong Pa," balasku semangat.
"Bagus, nanti kamu mau Papa anter?" tanya Papa lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/109240693-288-k450841.jpg)