Hari ini aku berangkat sekolah bersama Rachel, karena semalam Rachel menginap di rumahku. Kami berangkat diantar oleh Bang Rey. Untungnya Bang Rey sabar, jadi dia dengan ikhlas mengantarkanku kemana saja yang aku mau. Mungkin jika aku mau ke bulan dia juga akan mengantarkannya hahaha.
Bang Rey bersandar pada pintu mobil menunggu aku dan Rachel selesai memakai sepatu kami. Setelahnya kami bertiga masuk ke dalam mobil dan mobil mulai membelah jalanan kota Los Angeles yang mulai padat.
Kami sampai di sekolah 20 menit setelahnya. Aku dan Rachel langsung turun dari mobil, tak lupa juga pamit kepada Bang Rey.
Aku dan Rachel melangkahkan kaki menuju loker, setelah mengambil beberapa buku yang kami butuhkan, kami langsung ke ruang Kesenian.
Aku menaruh tasku di bangku yang biasa kududuki. Sedangkan Rachel duduk di sebelahku.
Aku mulai mengeluarkan beberapa buku kesenian dan alat tulis. Aku melirik Rachel yang sedang senyum-senyum sambil memandangi ponselnya. Aku mencolek bahunya membuat Rachel tersentak dan menatapku bingung.
"Lo sehat kan?" tanyaku dengan alis berkerut.
Rachel mengangguk, dia menggeplak tanganku yang terdapat di atas meja. "Sehat lah!"
"Terus kenapa tadi lo senyum-senyum sendiri kayak orang gila? Gue ngeri lo Hel." aku bergidik.
Rachel menggeleng. "Ini tuh tadi gue dapet pesan dari yayang tau." balas Rachel.
"Emang harus senyum-senyum segala ya?" aku menaikkan sebelah alisku.
"Ih lo mah! Makannya sekali-kali rasain yang namanya jatuh cinta, biar tau!"
Aku hanya menggeleng-geleng pelan menanggapi ucapan Rachel, lalu kembali terfokus kepada bacaan di hadapanku.
"Eh Yan Yan!" panggil Rachel, aku menengok ke arahnya.
"Omongan Calum kemarin itu," Rachel menjeda. "Lo nggak mau mikirin baik-baik gitu?" tanya Rachel membuat otakku mau tak mau memutar kejadian kemarin.
Aku menggeleng. "Enggak deh Hel, gue lagi nggak mau fokus ke situ dulu, gue mau fokus ke program pertukaran pelajar."
Rachel hanya menghela napas. Aku tahu niat Rachel sebenarnya baik, hanya saja aku belum siap. Karena aku tahu, yang namanya jatuh pasti akan merasakan sakit. Dan aku belum siap akan hal itu.
─
"Kok kayaknya sepi ya?" ucapku sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Seperti ada yang kurang.
Rachel yang tadinya sedang makan mendongak. "Mana ada sepi, sama aja kayak kemarin-kemarin." ucapnya sambil mengunyah makanan.
Aku memperhatikan isi kantin sekali lagi. Lalu tatapanku jatuh kepada kursi yang biasanya Alissa dan teman-temannya duduki. Di sana kosong, kemana mereka?
"Kok gue nggak liat Alissa dkk ya?" gumamku yang ternyata terdengar oleh Rachel.
"Ngapain lo nyariin dia?" tanya Rachel membuatku tersentak.
"Eh? Enggak. Cuman kayak ada yang kurang aja gitu, biasanya kan mereka selalu jadi pusat perhatian." ucapku memberi alasan.
Rachel menatapku seolah aku adalah makhluk paling aneh. Lalu dia memainkan ponselnya dan menunjukan sesuatu kepadaku.
"Mereka lagi liburan ke Paris, enak banget ya." jelasnya.
Aku menajamkan pandanganku. Saat aku melihat akun instagram yang terletak di atas fotonya, aku mengerutkan kening bingung.
"Itu ig siapa?" tanyaku kepada Rachel.
Rachel menatapku tak percaya. "Lo nggak tau?"
Aku hanya menggeleng polos.
Rachel berdecak. "Ini tuh ig squad mereka Yan, namanya Squad Ten."
Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku tanda mengerti lalu menyeruput minuman milikku. "Mereka punya squad udah berapa lama?"
"Gue nggak tau tuh," balas Rachel kembali fokus kepada makanannya.
"Kenapa namanya harus Squad Ten? Padahal anggotanya aja nggak ada sepuluh."
"Gue nggak tau juga, mending lo tanya langsung aja ke mereka, bukannya belakangan ini lo deket sama Alissa?"
Aku menggeleng, tidak membenarkan ucapan Rachel, karena faktanya kami tidak dekat. Hanya sebatas, ya seperti itu lah.
Aku sekali lagi menengok ke arah kursi itu.
Entah kenapa aku merasa kehilangan.
─
24 Juni 2017.
![](https://img.wattpad.com/cover/109240693-288-k450841.jpg)