sori ya, kalo skrg mungkin cerita ini terlalu fokus sama konflik Jean, Alex, dkk. sehingga karakter yg tadinya sering muncul lama-lama gak keliatan sama sekali, contohnya Bang Rey. Rachel jg udah jrg muncul nih, tp aku usahain di part berikutnya, mereka bakal muncul. krn aku rada sulit juga sih dalam satu part masukin byk karakter, i mean semua karakter ada. aku orgnya lebih suka fokus ke konflik ini sama ini dulu, baru nanti yg lain muncul di part berikutnya, tp karakter yg sebelumnya muncul tuh gak muncul lg. semua cara ngetik org beda-beda, jadi aku harap kalian bisa memaklumi cara ngetik aku yg bisanya gitu.
maaf kebanyakan cuap-cuap.
happy reading!.
.
.
Aku mendengus pelan saat Rachel mencegahku yang tadinya ingin berjalan ke arah club ternama yang ada di kota kami. Aku lantas berjalan tanpa arah dan tanpa menatap Rachel sedikit pun.
"Jean lo marah?" tanya Rachel sambil berusaha menyamakan langkahnya denganku.
Aku hanya diam tidak menjawab, terdengar Rachel menghela napas.
"Gue tau lo marah," dia berbicara lagi, kini tangannya menggandeng tanganku. "Tapi lo tau, gue kayak gini karena gue nggak mau lo terjebak dalam arus pergaulan yang nggak bener, apalagi kalo sampe lo keluar-keluar udah nggak perawan, bisa digorok gue sama Bang Rey." lanjutnya.
Aku menghela napas, langkahku terhenti, mataku menatap tepat di mata Rachel. "Lo tau sendiri kan Chel, gue orangnya polos banget kata lo, bahkan bukan lo doang yang bilang gitu, yang lainnya juga. Salah ya kalo gue mau coba mengenal pergaulan mereka?"
Rachel tampak terdiam, dia balas menatapku. "Nggak salah, tapi lo masih awam, lo masih belum bisa jaga diri lo, kalo lo mau, gue kenalin pelan-pelan, nggak langsung kayak gini, dan yaa.. lo boleh kenal pergaulan mereka, tapi gue harap lo nggak akan melakukan sama apa yang mereka lakukan." Rachel menatapku penuh harap.
Aku mengangguk. Jari kelingking Rachel kemudian disodorkan ke arahku. Aku hanya menatap jari itu bingung.
Rachel terkekeh pelan melihat tanggapanku. "Janji?" tanyanya sambil tersenyum.
Tanpa berpikir panjang aku langsung menautkan jari kelingkingku ke jari kelingkingnya, kami sama-sama tersenyum lebar sebelum melanjutkan langkah kami.
Baru beberapa langkah kami berjalan, suara dari ponsel Rachel terdengar. Rachel mengambil ponselnya di kantung celana jeansnya, kemudian tersenyum saat melihat nama seseorang di layar. Rachel menengok ke arahku, memberi isyarat dengan tangannya bahwa dia akan mengangkat telepon, aku hanya mengangguk.
"Hallo?" samar-samar aku mendengar suara Rachel yang menjawab telepon berjarak tak jauh di belakang tempatku berdiri.
Aku hanya diam menunggu sambil menggoyang-goyangkan kakiku ke sana kemari--seperti sedang melukiskan sesuatu di lantai, padahal tidak ada apapun di sana. Kepalaku mengadah ke atas, melihat langit biru yang polos tanpa ada bulan dan bintang yang menghiasinya. Aku cukup lama mendongak, setelah dirasa kepalaku agak sakit aku menatap ke bawah. Tanganku meraih satu kaleng coklat yang tadi sempat kubeli di minimarket di kantung plastik yang kubawa. Aku membuang kantung plastik itu sembarangan dan mulai membuka penutupnya.
Aku menyesap coklatku dalam diam, mataku kini beralih melirik Rachel yang senyum-senyum dalam menjawab teleponnya. Aku mendengus, andai saja kisahku seperti Rachel mungkin aku akan lebih bahagia daripada itu. Aku kembali menatap jalanan di hadapanku yang jarang sekali dilewati kendaraan, lalu beralih ke bahu jalan. Dari arah yang berlawanan, kulihat seorang laki-laki mengenakan jaket yang berjalan ke arahku--lebih tepatnya mungkin dia akan lewat.
Wajahnya sama sekali tidak terlihat karena pencahayaan yang remang-remang dari lampu jalan, saat jarak kami hanya beberapa langkah, kulihat dia tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh selidik, takut-takut kalau dia orang jahat yang akan berbuat macam-macam.
Dia malah tertawa melihat tingkahku, aku semakin mengernyit bingung, mataku menatapnya tajam. Barulah saat jarak kami hanya satu langkah, aku baru mengenali wajahnya. Dia tersenyum kepadaku, aku membalasnya dengan senyum kikuk.
"Lo ngapain di sini?" tanyanya.
Aku melirik ke arah Rachel yang masih sibuk dengan ponselnya, kemudian beralih kepada laki-laki di hadapanku. "Abis dari minimarket, terus nunggu Rachel jawab telepon." balasku.
Neels sempat melirik Rachel sebelum kembali menatapku masih dengan senyumannya. "Kita bisa dong ya ngomong sebentar."
Aku mengangguk, sebenarnya agak bingung juga ingin merespon apa selain itu, jika aku berkata tidak bisa pastinya kan dia akan merasa tersinggung. Apalagi sekarang aku sedang tidak melakukan apa-apa, masa iya aku tidak bisa hanya untuk sekedar bicara saja.
Tiba-tiba aku jadi memikirkan apa yang akan dibicarakan oleh Neels, aku takut dia akan membicarakan seperti apa yang teman-temannya bicarakan kepadaku--untuk menghilangkan perasaanku kepada Alex. Tanpa sadar tanganku menggenggam erat kaleng coklatku.
"Gue tau lo suka sama Alex," Neels memulai, jantungku tiba-tiba berdebar dengan sangat kencang. Kata-kata seperti itu sama seperti yang teman-temannya ucapkan kepadaku sebelumnya. "Gue tau juga temen-temen gue juga udah bilang ke elo buat ngilangin perasaan lo sama Alex, iya kan?" Neels menatapku, aku hanya mengangguk tanpa balas menatapnya.
"Maafin temen-temen gue ya kalo cara mereka menyampaikan mungkin ada yang salah dan bikin lo sakit hati. Tapi serius, lo.." Neels menggantungkan ucapannya. "Dari pada sama dia, mending lo cari cowok lain aja, udah tau dia kayak gitu, apalagi yang mau lo harapkan dari dia?" dia melanjutkan, seketika ucapannya membuat jantungku mencelos.
Kenapa harus lagi?
"Yan, kita semua ngelakuin ini bukan karena kita nggak suka ada yang suka sama Alex. Tapi lo.. please, jangan lihat Alex dari luarnya, lo nggak tau rahasia-rahasia yang ada di diri Alex. Bahkan lo baru liat luarnya aja dia udah bersikap kayak gitu sama lo, gimana kalo lo tau semua tentang dia?" Neels menberhentikan ucapannya. "Lo harus ngerti kenapa gue sama yang lain ngelakuin ini. Gue mau bilang itu aja sih, yaudah, gue duluan ya." Neels menepuk bahuku pelan sebelum menghilang dari hadapanku.
Otakku masih memutar kejadian barusan, juga kata-kata yang Neels ucapkan kepadaku.
Satu yang masih tidak kumengerti, apa alasan mereka melakukan ini semua?
--
9 Juli 2017.
gak nyangka ternyata part ini panjang bgt dari ekspetasi, 800+ words lebih. aku gak tau knp yah, kok di setiap akhir part aku selalu ngasih pertanyaan gitu? wkwk. bodo ah ya. nanti jg waktu yg jwb wkwk, enjoy!
![](https://img.wattpad.com/cover/109240693-288-k450841.jpg)