ini grgr nulis part 15 pake bagian a, b, c, d, gitu jadinya part 16 jd ikutan gitu jg kan -,- semoga part selanjutnya satu part doang jgn bercabang lg, capek nyelesaiinnya.
.
.
.
Michael memanggil seorang pelayan untuk menambah pesanan mereka, karena sekarang ada aku dan Rachel juga, jadi kami juga akan ikut makan, lagi pula untuk apa kami datang kemari kalau tidak makan? Kan buang-buang waktu saja, apalagi jika hanya untuk melihat cowok-cowok ganteng ini makan, itu sangat tidak ada kerjaan.
Setelah menyebutkan beberapa pesanan yang kami inginkan, kami terhanyut ke dalam obrolan, aku kira suasana di antara kami akan kaku atau canggung, ternyata tidak. Mereka sangat pintar dalam mencari topik, dan di setiap obrolan juga pasti disertai lawakan, membuatku tanpa sadar tidak berhenti tertawa.
Saat pesanan datang, kami hanya maka dalam diam. Dari ekor mataku, aku tidak sengaja melihat Luke di sebelahku yang terus memandangku, sambil sesekali menyesap coca cola di tangannya.
"Buat para cewek, makanannya kita yang traktir. Jadi terserah kalian mau pesen apa, sebanyak apa pun." laki-laki yang lainnya yang kuketahui bernama Asthon itu berucap, dengan mulut penuh makanan menbuatku dan Rachel tertawa kecil karena pipinya yang menggembung lucu.
Sebenarnya saat mengobrol tadi kami sempat saling berkenalan, jadi aku tahu nama laki-laki itu, dan yang tidak aku sadari ternyata laki-laki itu satu ruangan denganku saat Middle School dulu. Pantas saja aku merasa pernah melihatnya dan namanya juga familiar di telingaku.
"Kamu kenapa tadi nggak bilang kalo mau ke sini beli buku? Kan aku bisa nemenin." ucap Calum sambil menatap Rachel di sebelahnya dengan jarak dekat, bahkan menurutku sangat dekat.
Rachel balik menatap Calum dengan pipi memerah. Siapa pun perempuan pasti akan tersipu jika ditatap laki-laki sedekat itu, apalagi tatapan matanya terasa berbeda.
"Kamu kan abis pulang dari NY, jadi aku mau kamu istirahat dulu." balas Rachel dengan suara pelan.
Aku melebarkan mataku saat melihat Calum mengecup bibir Rachel sekilas, aku segera memalingkan wajah, tidak ingin ketahuan jika aku melihat kejadian yang baru saja terjadi. Mataku mengamati setiap teman Calum, mereka tampak tak terganggu dengan hal itu, bahkan mereka menatapnya sambil memakan-makannya dengan santai.
Sepertinya aku memang harus belajar sedikit tentang pergaulan Amerika saat ini, aku terlalu menutup diri dengan lingkungan dan mengurus semua program yang aku ikuti, makannya aku merasa kaget dengan hal wajah yang dilakukan oleh remaja jaman sekarang.
Aku mengesap tehku terakhir kalinya, sebelum bersender kepada punggung sofa dan menatap semua yang dilakukan orang-orang yang bersamaku.
"Nonton kuy! Ada film baru nih yang seru!" celetuk Michael tiba-tiba sambil menunjukan layar ponselnya yang bergambar sebuah poster film.
"Kuy lah!" balas Luke di sebelahku.
"Gue mah ngikut aja." timpal Ashton sambil mengusap bibirnya dengan tissue.
"Gimana cewek-cewek?" Michael kini beralih kepadaku dan Rachel.
Rachel tersenyum, dia mengangguk antusias. Aku di tempatku hanya diam, memikirkan antara mau ikut mereka atau tidak. Kalau aku ikut dengan mereka, aku tidak terlalu suka berada di antara banyak laki-laki dengan waktu yang cukup lama, ya walaupun mereka hanya ber-4, pengecualian jika aku bersama Alissa dan teman-temannya, aku malah merasa nyaman. Dan kalau aku tidak ikut, kasian Rachel hanya perempuan sendirian, meski ada Calum pacarnya, tapi aku tidak terlalu percaya kepada laki-laki, karena semua laki-laki memiliki nafsu.
"I-ikut." jawabku dengan ragu. Semuanya tersenyum, lantas beranjak dari sofa yang diduduki masing-masing sebelum membayar dan keluar dari restoran itu.
Kami melangkah berjalan menuju bioskop dengan tenang, tidak ada yang membuka percakapan, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku berjalan ke sana dengan Luke di sebelahku, Rachel dengan Calum, sedangkan Michael dengan Asthon, mereka persis seperti pasangan homo.
Aku hanya diam di sepanjang langka kami menuju bioskop yang terletak lumayan jauh dari restoran sebelumnya. Luke di sebelahku berdehem, seperti ingin berbicara sesuatu.
"Boleh nggak, gue gandeng tangan lo?" tanya Luke tiba-tiba membuat duniaku terasa terhenti saat itu juga.
Aku berjalan dengan gelisah, tanpa sadar kepalaku mengangguk, memperbolehkan Luke menggandeng tanganku. Aku tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan saat itu, semuanya refleks.
Ada rasa hangat yang menjalar saat kulit kami bersentuhan. Aku merasa nyaman dengan genggaman tangan Luke.
Luke bisa memberikan kehangatan kepadaku, apa aku bisa membuka hatiku kepadanya dan melupakan Alex yang sekarang seperti es?
--
19 Juli 2017.