L.E.O

3.8K 360 18
                                    

Hai..hai aku kembali. Masih adakah yang mengingat cerita ini? Semoga masih ya. Maaf untuk kelalaian updatenya selama ini. Untuk selanjut-selanjutnya semoga aku bisa medisiplinkan diri sendiri untuk update lebih teratur ya.

Langsung aja deh, hope your enjoy this part, guys!!

***

"Aku mau ngomong sesuatu."

"Ngomong apa?"

"About your question..."

"Kamu udah punya jawabannya?"

"Ya, I mean Yes."

"Yes?"

"Yes, I want."

"Seriously? Aku nggak akan terima jawaban lain setelah ini. Ingat jawaban kau itu nggak bisa ditarik lagi, okay?

"Okay."

"So, now you're mine. Right?"

"Yes, I'm yours."

***

Sepanjang perjalanan menuju hotel tempat pesta yang di buat Mami akan dilaksakan aku dan Leo masih saling berdiam diri. Tadi sebelum kami berangkat dia sempat mengecup kening, hidung dan bibirku sebentar. Setelahnya dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Aku juga sangat malas untuk memulai obrolan lebih dulu. Biasanya juga Leo yang lebih dulu memancingku berbicara, jadi ketika dia mendiamkanku begini maka sepertinya dia memang sedang enggan buka suara.

Ketika kami memasuki ball room tempat pesta diselenggarakan terlihat para undangan sudah memadati ruangan tersebut. Pertama kami menemui Mami yang tampak sedang asik berbicara dengan beberapa orang yang pastinya menjadi teman sosialitanya saat ini.

Mami tampak begitu antusias saat melihat aku dan Leo menghampirinya. Ya mungkin hanya melihat Leo saja. Mami dengan begitu bangganya memperkenalkan Leo sebagai menantunya pada orang-orang yang tadi diajaknya bicara. Walau aku yakin tanpa harus diperkenalkanpun seluruh orang dalam ruangan ini tau siapa seorang Leonardo Juandratama. Dan aku tau jika Mami begitu bahagia.

Selanjutnya kami menyapa orang tua Leo yang juga turut hadir malam ini. Aku merasa lebih dianggap disini. Apalagi dengan sikap hangat yang ditunjukkan Ibunya Leo. Tidak hanya pada putranya, tapi beliau juga begitu hangat dan penuh kasih pada ku. Sikap keibuan yang sudah sangat lama tidak aku rasakan dari Mami ku sendiri. Begitupun dengan Ayah mertuaku, walau tidak terlalu banyak bicara tapi aku tetap bisa merasakan hangatnya kehadiran seorang ayah.

Setelahnya kami sempat bicara dengan beberapa rekan bisnis Leo yang juga turut menghadiri pesta. Menemani Leo dan orang-orang itu membicarakan entah hal apa yang aku tidak mengerti.

Aku mulai lelah dan bosan berada di pesta. Karna sejak awal memang aku tidak pernah menyukai hal semacam ini. Apa lagi aku harus terus memasang topeng wajah bahagia ini dihadapan semua orang. Menunjukan pada mereka seolah begitu bahagianya hidupku sebagai bagian dari keluarga Juandratama yang terkenal itu. Andaisaja mereka tau jika aku menyimpan begitu banyak rasa hina dan sakit hati dibalik semua ini. Lagi pula percuma mengeluh, toh mereka tetap tidak akan ada yang peduli padaku.

"Leo!"

Aku dan Leo reflex menoleh pada suara yang memanggil suamiku itu. Alarm bahaya bagiku ketika sosok itu semakin mendekat kearah kami. Artinya sebentar lagi pesta akan benar-benar dimulai bagiku.

"Hai. Dari tadi aku mencari kamu. Tapi sepertinya kamu sedikit terlambat, benar?"

Clara, sudah berdiri tepat dihadapan ku dan Leo. Mengenakan gaun berwarna merah darah yang tampak begitu kontras dengan kulit putihnya. Begitu cantik dan memukau. Dengan senyum merekah dan begitu hangat menyapa Leo, suamiku.

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang