R.E.E

3.6K 324 14
                                    

Happy reading guys!!! Selamat menikmati!!

***

"Nggak ada orang baik dan sempurna dalam hal mencintai. Kalau nggak bersikap egois maka artinya kamu bodoh. Dan aku dengan bodohnya selalu bersikap egois untuk mencintai dan mempertahankan kamu."

***

Kalian tau bagaimana rasanya menyayangi dan membenci seseorang disaat yang sama? Aku benar-benar merasakannya saat ini. Kadang aku muak dengan segala sikap baik Leo yang seolah dia tidak pernah menyakiti ku. Tapi aku juga merasa kasihan setelah aku memilih mengabaikan atau mematahkan semangatnya untuk melakukan sesuatu untukku, dan aku sangat membenci diriku sendiri setiap kali merasakan hal ini. Dan aku semakin membenci diri ku sendiri karena sudah mengakui jika aku menyayangi Leo atau bahkan lebih dari itu.

Menerima atau pun mengabaikan Leo sama-sama membuat hati ku seperti di remas oleh tangan tak kasat mata. Semakin aku membencinya semakin aku sadar jika aku lebih dari sekedar menyayanginya. Dan setiap persaan ku yang lebih dari sekedar menyayanginya bertambah maka sebesar itu pula rasa benciku bertambah padanya.

Kami sudah baik-baik saja. Setidaknya itu yang dipikirkan orang-orang. Namun tidak dengan aku yang kadang masih bersikap labil pada Leo. Aku bisa menerima dia untuk memeluk atau menciumku namun saat itu pula aku mengabaikan segala ucapannya. Atau aku yang menanggapi obrolannya namun menolak untuk berdekatan dengannya.

Aku memang payah. Tapi ayolah, siapa yang bisa memaafkan orang yang menyakitimu berkali-kali dengan mudah. Dan siapa pula yang bisa dengan mudahnya pergi begitu saja dari suamimu ketika sedang mengandung, aku sudah memikirkannya berkali-kali dan aku akan baik-baik saja namun aku tidak bisa menjamin bayiku juga bisa begitu.

Aku tidak bermaksud untuk melimpahkan kemarahanku atas semua yang terjadi hanya pada Leo. Mami, mertuaku dan bahkan Clara juga memiliki andil dalam hal ini. Aku sudah baik-baik saja dengan mertuaku, aku cukup sadar diri bukan kapasitas ku untuk mengamuk pada mereka. Sementara dengan Clara, sejak awal kami memang dekat tapi jauh, saling sayang tapi jarang bicara, saudara tapi terlihat begitu berbeda, dan aku memilih mengabaikannya saja. Lalu Mami, aku sudah memaafkannya. Dia ibuku, karena dia aku bisa ada di dunia ini. Dan lagi aku juga sedang hamil, aku sudah sangat menyayangi bayi ini bahkan sebelum dia lahir. Aku tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti anakku akan membenci ku, walau aku tidak akan pernah memperlakukan anakku seperti Mami memperlakukan aku dulu.

"Ree...!" Aku tersadar dari lamunan panjangku ketika mendengar Leo memanggilku dengan cukup keras, sepertinya dia beberapa kali memanggilku sebelumnya.

"Kamu mikirin apa? Aku panggil berkali-kali nggak jawab." Aku hanya menggeleng pelan pada Leo. Lamunanku sudah terlalu panjang, tidak mungkin untuk di ceritakan. "Masuk yuk, sebentar lagi mau hujan." Aku mengalihkan pandangan ku pada langit yang memang sudah sangat gelap karena awan hujan, setelahnya mengangguk pelan pada Leo. Dia membantuku berdiri perlahan.

Kehamilanku sudah memasuki bulan ke lima. Setelah tiga bulan lamanya aku harus bed rest, baru beberapa hari lalu saat check up dokter kandunganku menyatakan jika kondisi bayiku sudah cukup kuat dan aku sudah dibebaskan dari kekangan bed rest sepanjang hari. Walau semua yang aku lakukan tetap tidak boleh berlebihan.

Dan selama tiga bulan itu pula lah, peperangan dalam hati dan pikiranku belum juga berakhir. Sedangkan selama itu juga Leo tetap bersikap biasa saja padaku. Manis, hangat dan menyebalkan seperti biasa.

"Aww...!" Aku memekik kaget saat Leo menyentil keningku. "Apa sih kamu! Sakit tau!" Tidak sakit sama sekali sebenarnya.

"Makanya jangan melamun terus." Dia menjawab tanpa rasa bersalah. "Kamu itu mikirin apa sih? Lagi mau sesuatu?"

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang