Extra Part

1.6K 97 18
                                    

Hai hai...
Setelah tenggelam terlalu lama akhirnya saya kembali lagi ke permukaan.
Kali ini ada kabar gembira -menurut saya- yup akhirnya Your, Mine, Us pecah telur peringkat pertama!!!!!!!
Yeay!!!
Jadi karna hal itu, saya kembali termotivasi untuk menulis.
Dan... Mulai sekarang  InsyaAllah akan di usahakan weekly update untuk setiap cerita yg lagi on going secara acak.
Jadi semoga masih ada yg berkenan untuk mampir di lapak saya ini.
Happy reading!!!
***

Aku bersedekap di depan pintu kamar mandi. Sudah hampir tiga puluh menit dan Leo belum menunjukkan tanda-tanda untuk menyudahi sesi memandikan Tiana yang menurutku lebih seperti dia yang memuaskan keinginannya untuk bermain air.

“Jadi mau sampai kapan kamu mandiin Tiana?” Tanyaku sedikit kesal.

“Bentar lagi. Ini juga mau selesai.”
Itu yang ketiga kalinya Leo menjawab dengan kalimat yang sama.

Aku berjalan ke tempat tidur Tiana. Menunggu sebentar lagi, kalau-kalau Leo sadar anaknya bisa masuk angin jika terlalu lama dia ajak main air.

“Sudah!” Leo keluar kamar mandi menggendong Tiana yang sudah digulungnya dengan handuk tebal. Sementara pakaiannya sendiri sudah lembab semua.

“Dah.” Beo Tiana. Usianya hampir dua tahun. Hobinya sekarang adalah menirukan apapun kata-kata yang didengarnya. Membuat aku sering mewanti-wanti Leo dan diri sendiri juga sebenarnya untuk bicara lebih hati-hati.

Ngin, Mama.” Ucapnya ketika sudah duduk di pangkuanku.

“Ya dingin kalo mandinya kelamaan.” Gemasku menggusapkan wajahku ke leher Tiana yang membuatnya tertawa geli. “Udah, duduk sini pakek minyak telon dulu biar anget.”

“Papa juga dingin nih.” Leo berjongkok di depan kami.

Tiana menoleh. Mengusap pipi Leo dengan telapak mungilnya. “Papa ngin.”

Leo mengecup telapak tangan Tiana. “Iya, Papa juga kedinginan kayak Tiana. Mau dong diangetin sama Mama.” Ucapnya dengan mata yang mengerling nakal. Kebiasaan buruk yang belum juga berubah sampai sekarang.

Aku mendelik cepat. Benarkan, meski sudah sering diingatkan Leo itu tetap saja suka semaunya kalau bicara.

“Teyon.” Tiana mengangkat botol minyak telonnya. Aku dan Leo sontak tertawa dibuatnya. Yang bayiku itu tau, aku selalu memberinya minyak itu setiap dia selesai mandi atau kedinginan.

“Iya deh, Papa pakek minyak telon aja.”

“Udah, kamu ganti baju sana. Nanti malah kamu yang masuk angin.”

“Nggak akan masuk angin. Kan ada Mama yang angetin.” Leo semakin menyeringai senang saat melihatku melotot. Baru dia berdiri dan mengecup pipi Tiana yang sudah ditaburi bedak bayi. “Papa ganti baju dulu ya. Nanti baru main lagi.”
Setelah sempat mencubit pipiku, baru Leo keluar dari kamar Tiana menuju kamar kami yang tepat berada di sebelah.

Aku mengusapkan pelan handuk kerambut Tiana yang basah sebelum menyisirnya lembut. “Sisir rambut dulu ya.”

“Ciciy!” Ulangnya semangat.
Lagi-lagi aku tertawa mendengar cara Tiana bicara. Anakku itupun juga ikut tertawa, merasa puas sudah meniru satu kata lagi hari ini.

Kami turun kebawah setelah Leo selesai mandi. Berjalan lambat menuruni tangga karna Tiana yang tidak mau digendong dan ingin jalan sendiri. Rencananya malam ini kami akan makan malam diluar berhubung tadi Leo pulang cepat dari kantornya dan belum terlalu larut untuk mengajak Tiana keluar.

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang