Hai..hai!!!
Aku kembali. Semoga masih ada yang menunggu cerita ini. Sebelumnya sorry karna ini sudah terlambat dari target yang aku tentuin di part sebelumnya. Beberapa minggu ini emang lagi sibuk banget soalnya.
Ok langsung aja, please enjoy this story. I hope you can give me 15 vote and comment guys. Then I'll continued for the next chapter.
"Mau bagaimana lagi? Ketika cinta sudah tumbuh tampa bisa ku cegah, maka satu-satunya hal yang bisa ku lakukan hanya mempertahankan mu."
***
"Eh non Ree! Aduh non kenapa lama sekali nggak pulang ke rumah? Saya sudah sangat rindu sama non Ree. Setiap hati saya tunggu, siapa tau non Ree pulang. Akhirnya hari ni pulang juga."
Sapaan hangat Bi Mar langsung menyambutku begitu aku memasuki rumah Mami. Aku tersenyum dan langsung memeluknya. Beliau sudah ku anggap seperti keluarga sendiri, lebih tepatnya ibu kedua bagiku. Aku menyayanginya. Tentu saja. Sejak aku kecil beliaulah satu-satunya orang yang tak pernah menghakimi ku karna keberadaan ku di rumah ini. Dan tidak menganggap aku seperti boneka juga tentunya.
"Iya, bi. Baru sempat sekarang. Bibi sehat?"
"Sehat, non. Non Ree gimana? Sehat? Non Ree sudah makan? Mas Leo nggak ikut ke sini? Non Ree nginapkan?"
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat Bi Mar yang begitu antusias menanyaiku. Selalu seperti itu. Dari dulu Bi Mar memang selalu heboh bila sudah lama tak berjumpa dengan ku. Dan aku menyukainya. Setidaknya ada orang yang masih senang dengan keberadaan ku.
"Sehat, bi. Tadi udah makan sebelum ke sini. Leo lagi kerja. Nggak nginap, nanti aku pulang ke rumah Leo lagi. Mami mana, bi?"
"Ibu lagi keluar, non. Dari tadi pagi. Katanya baru pulang nanti pas makan malam."
Bi Mar tampak sedikit kecewa saat aku mengatakan tidak akan menginap di rumah Mami. Dan aku juga kecewa karna Mami tidak ada di rumah. Walau aku tau, Mami tidak akan kecewa meski aku tidak datang ke rumahya.
"Oh..lagi keluar. Ya udah, aku ke kamar dulu ya, bi."
"Iya, non. Istirahat dulu aja. Nanti bibi masakin makanan kesukaan non Ree."
Aku mengucapkan terima kasih pada Bi Mar, setelahnya aku langsung berjalan menuju kamar ku.
Tiba di kamar aku langsung menghempaskan tubuh di ranjang. Tidak ada yang berubah. Semua barang masih di tempat yang sama seperti saat aku tinggalkan beberapa minggu lalu. Aku yakin Bi Mar masih rutin membersihkan kamar ku. Karna kamar ini sama sekali tidak terlihat seperti sudah ditinggal beberapa minggu.
Aku menatap hampa pada langit-langit kamar ku. Membiarkan fikiran ku melayang sesuka hati. Berharap bisa mendapat sedikit ketenangan.
Sia-sia. Tak ada satupun ingatan yang mampu menenangkanku. Yang ada hanya air mata ku yang mengalir tampa bisa ku bendung. Setiap lintasan kejadian yang berganti di kepalaku seolah berlomba untuk menjadi kenangan terpahit yang mampu membuat ku menangis.
***
"Hal..."
"Dimana kamu?"
Belum sempat menyelesaikan kata-kata ku Leo sudah langsung menyela di ujung telepon. "Di rumah Mami."
Ku dengar dia menghembuskan nafas sejenak. "Kenapa ke sana?"
"Kamu cuma larang aku kerja kan? Nggak larang aku ke tempat lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your, Mine, Us
RomanceBagiku cinta itu bodoh. Hanya orang bodoh yang percaya dengan cinta. Dulu, aku seangkuh itu terhadap cinta. Setidaknya sampai aku mengenal dia. Lalu setelah itu, bisa dipastikan akulah orang paling bodoh itu di dunia ini. ~Leo Apa yang membuat seseo...